Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Anafilaksis yogi 2023-04-12T15:27:13+07:00 2023-04-12T15:27:13+07:00
Anafilaksis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Anafilaksis

Oleh :
dr.Adrian Prasetio SpKJ
Share To Social Media:

Patofisiologi anafilaksis melibatkan reaksi hipersensitivitas yang dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE) atau tanpa IgE. Setelah terjadi paparan berulang terhadap antigen spesifik, terjadi degranulasi sel mast dan basofil. Reaksi anafilaksis meliputi pelepasan berbagai mediator inflamasi, misalnya histamin, triptase, carboxypeptidase A, dan proteoglycan. Degranulasi dari sel mast dan basofil ini yang menyebabkan respon imun yang berlebihan dan menimbulkan tanda dan gejala anafilaksis.[1]

Peran Immunoglobulin E

IgE memainkan peranan penting dalam aktivasi dari reaksi anafilaksis. Immunoglobulin ini terdeteksi memiliki kadar tinggi pada individu dengan penyakit alergi tertentu. IgE terikat pada reseptor FcεRI di permukaan sel mast dan basofil. Ikatan ini terjadi pasca paparan terhadap alergen dan menyebabkan reaksi silang, kemudian menginduksi degranulasi. Mediator inflamasi kemudian membentuk metabolit asam arakidonat melalui perantaraan phospholipase A, cyclooxygenase, dan lipoxygenase.

Metabolit asam arakidonat yang terbentuk adalah leukotrien, prostaglandin, dan platelet activating factor. Respon inflamasi kemudian diperantarai oleh tumor necrosis factor (TNF)-alpha. Leukotrien menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan bronkokonstriksi. Prostaglandin menyebabkan bronkokonstriksi, vasokonstriksi pulmoner, dan vasodilatasi perifer. Histamin dan platelet activating factor menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi. Perubahan fisiologis ini berkontribusi dalam tanda dan gejala anafilaksis pada seluruh tubuh, misalnya peningkatan laju nadi, dispnea, urtikaria, angioedema, dan mual muntah.[1,3]

Reaksi yang Tidak Melibatkan Immunoglobulin E

Selain dimediasi oleh IgE, terdapat reaksi lain yang tidak diperantarai oleh IgE. Anafilaksis juga bisa disebabkan oleh aktivasi kaskade komplemen, misalnya akibat produk darah atau antiserum dari bahan hewan. Aktivasi komplemen menghasilkan beberapa produk, termasuk plasma-activated complement 3 (C3a), plasma-activated complement 4 (C4a), dan plasma-activated complement 5 (C5a). Produk ini disebut anafilatoksin dan bisa menyebabkan degranulasi sel mast dan basofil.[2,3]

 

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Khrisna Rangga Permana

Referensi

1. McLendon K, Britni T S. Anaphylaxis. StatPearls. 2021.
2. Mustafa S. Anaphylaxis: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Medscape. 2018.
3. Reber LL, Hernandez JD, Galli SJ. The pathophysiology of anaphylaxis. J Allergy Clin Immunol. 2017;140(2):335–48.

Pendahuluan Anafilaksis
Etiologi Anafilaksis

Artikel Terkait

  • Pemberian Epinefrin yang Tepat untuk Kasus Anafilaksis
    Pemberian Epinefrin yang Tepat untuk Kasus Anafilaksis
  • Reaksi Alergi dan Anafilaksis terkait Vaksin COVID-19
    Reaksi Alergi dan Anafilaksis terkait Vaksin COVID-19
  • Antibiotic Skin Test Bukan Prediktor yang Tepat untuk Reaksi Alergi
    Antibiotic Skin Test Bukan Prediktor yang Tepat untuk Reaksi Alergi
  • Omalizumab untuk Penanganan Berbagai Alergi Makanan
    Omalizumab untuk Penanganan Berbagai Alergi Makanan
  • Efikasi Premedikasi Oral untuk Hipersensitivitas terhadap Media Kontras Imaging
    Efikasi Premedikasi Oral untuk Hipersensitivitas terhadap Media Kontras Imaging

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.fahmi abadi
Dibalas 04 Desember 2024, 14:16
Urtikaria dan takikardi tidak disertai dengan sesak dan pembengkakan di area mukosa
Oleh: dr.fahmi abadi
2 Balasan
Ijin bertanya dokter.Saya ada pasien dengan urtikaria.Saat di lakukan pemeriksaan HR nya 120 x.Di EKG irama regular.Sesak di sangkal.Pembengkakan area mukosa...
dr. Radi Prawira Darma
Dibalas 16 Oktober 2024, 16:45
Reaksi anafilaktik setelah pemberian injeksi ranitidin
Oleh: dr. Radi Prawira Darma
1 Balasan
Alo dokter. Izin Bertanya, saya memiliki pasien di klinik wanita usia 65 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati(+), mual (+), muntah (-), dan nyeri perut...
Anonymous
Dibalas 27 September 2023, 21:08
Pilihan terapi untuk reaksi anafilaksis
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Dok, sy mau tanya pada kasus anafilaksis kapan sebaiknya kta memberikan inj. Dexamethasone, inj. Diphenhydramine atau inj. Epinephrin? Karena pada prakteknya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.