Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Dehidrasi general_alomedika 2024-03-26T13:57:17+07:00 2024-03-26T13:57:17+07:00
Dehidrasi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Dehidrasi

Oleh :
dr.Daniel Budiono Sp JP
Share To Social Media:

Patofisiologi dehidrasi melibatkan proses kurangnya asupan cairan yang biasa berasal dari diet makanan atau minuman, dan jumlah cairan yang keluar dari tubuh melalui urin, keringat, dan insensible water loss  pada kulit ataupun proses respirasi.[1-4]

Fisiologi Cairan di Dalam Tubuh

Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Pada laki-laki, air mencapai 60% dari total berat badan, sementara pada wanita 50-55%. Cairan dalam tubuh terdistribusi ke dalam dua komponen, yaitu cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler. Air dalam tubuh memiliki fungsi untuk menjaga integritas struktur sel dan cairan tubuh, serta menjadi media untuk mengantarkan nutrient pada darah, cairan interstisial, dan membuang zat-zat sisa metabolism melalui urin.[1]

Kadar osmolalitas ≥ 285 mOsm/kg merupakan ambang batas pelepasan arginine vasopressin (AVP) atau yang lebih dikenal dengan hormone antidiuretik. Pada keadaan tersebut, kelenjar hipofisis posterior akan meningkatkan produksi hormon antidiuretik yang selanjutnya akan meningkatkan reabsorbsi air pada duktus koligentes, sehingga produksi urin akan berkurang. Pada keadaan hiperosmolaritas, tubuh akan merasakan haus sebagai mekanisme kompensasi untuk mencegah terjadinya dehidrasi.[1,2]

Patofisiologi Dehidrasi Secara Umum

Defisit cairan dapat disertai gangguan keseimbangan kadar elektrolit. Berdasarkan proses patofisiologinya, dehidrasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu dehidrasi isotonic, dehidrasi isotonik, dan dehidrasi hipertonik.[1-4]

Dehidrasi Isotonik

Dehidrasi isotonik (isonatremik) merupakan keadaan dimana defisit cairan yang dialami oleh tubuh sebanding dengan defisit natrium, sehingga volume cairan ekstraseluler akan berkurang, dan perfusi ke jaringan akan menurun. Penurunan perfusi pada ginjal akan mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, yang memiliki efek kompensasi untuk reabsorbsi natrium dan air.

Sekresi hormone ADH selanjutnya akan menyebabkan retensi cairan, sehingga memperbaiki defisit cairan.  Pada dehidrasi isotonik biasanya kadar osmolalitas, kadar natrium, dan kadar cairan intraseluler tetap normal. Dehidrasi isotonik biasanya terjadi pada pasien yang mengalami perdarahan, luka bakar, orang yang sedang berpuasa, muntah, atau diare.[1,4,5]

Dehidrasi Hipotonik

Dehidrasi hipotonik (hiponatremia) merupakan keadaan dimana defisit natrium lebih besar dibandingkan defisit cairan. Penyebab utama dehidrasi hipotonik adalah muntah, diare (gastroenteritis), berkeringat, hiperventilasi, perdarahan, olahraga, dan kelainan pada ginjal yang menyebabkan ekskresi elektrolit berlebih.[4,5]

Dehidrasi Hipertonik

Dehidrasi hipertonik (Hiponatremia) merupakan keadaan dimana defisit air lebih besar dibandingkan defisit natrium. Dehidrasi tipe ini dapat terjadi ketika rasio BUN terhadap kreatinin ≥20 atau kadar natrium ≥150 mmol/L. Peningkatan kadar natrium pada plasma akan meningkatkan osmolalitas, yang mengakibatkan cairan akan berpindah ke kompartemen ekstraseluler, termasuk pada jaringan otak, yang dapat menyebabkan penyusutan volume otak dan perdarahan intraserebral atau subarachnoid. Dehidrasi hipertonik dapat terjadi pada pasien diabetes insipidus, pasien yang mendapat terapi diuretic loop (furosemide), demam, luka bakar (maupun luka bakar pada anak), ataupun hiperventilasi.[4,5]

Referensi

1. Serra-Prat M, Lorenzo I, Palomera E., et al. Total body water and intracellular water relationship with muscle strength, frailty, and functional performance in an elderly population: A cross sectional study. J Nutr Health Aging.2019;23(1):96-101.
2. Kanbay M, Yilmaz S, Dience N., et al. Antidiuretic hormone and serum osmolarity physiology and related outcomes: what is old, what is new, and what is unknown. J Clin Endocrinol Metab.2019;104(11):5406-20.
3. Morley JE. Dehydration, hypernatremia, and hyponatremia. Clin Geriatr Med. 2019; 31:389-399.
4. Reber E, Gomes F, Dahn IA, et al. Management of dehydration in patients suffering swallowing diffiulties. J Clin Med. 2019; 8:1923-42.
5. Asdie RH, Witjaksono DP, Loehoeri S. Rehidrasi. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 3. 6th ed. Interna Publishing. Jakarta. 2017: p. 4052-61.

Pendahuluan Dehidrasi
Etiologi Dehidrasi

Artikel Terkait

  • Kristaloid vs Koloid untuk Resusitasi Cairan
    Kristaloid vs Koloid untuk Resusitasi Cairan
  • Terapi Cairan Intravena pada Anak
    Terapi Cairan Intravena pada Anak
  • Cairan Ringer Laktat vs Salin Normal untuk Diare dengan Dehidrasi pada Anak
    Cairan Ringer Laktat vs Salin Normal untuk Diare dengan Dehidrasi pada Anak
  • Red Flag Diare pada Anak
    Red Flag Diare pada Anak
  • Pandangan Dokter terhadap Pentingnya Rehidrasi Oral untuk Penyakit dengan Demam
    Pandangan Dokter terhadap Pentingnya Rehidrasi Oral untuk Penyakit dengan Demam

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 31 Desember 2024, 16:53
terapi cairan untuk anak usia 5 bulan kasus
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dok,Izin menanyakan, pada kasus anak usia 3 bulan, dtg ke puskesmas dibawah ibunya dalam kondisi diare ringan sedang, namun tidak tersedia cairan d5 1/4...
Anonymous
Dibuat 11 Juli 2024, 23:28
Terapi cairan pada anak obesitas dengan dehidrasi ringan
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Alo dokter saya mendapat px anak usia 10 tahun BB 78kg dengan muntah muntah lebih dari 10x hari ini sejak 2 jam SMRS. dri klinis tampak dehidrasi ringan...
Anonymous
Dibuat 10 Juli 2024, 16:33
Anak 7th BB 20kg dengan dehidrasi
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Tabe dok izin bertanya, apabila dapat pasien anak dgn tanda² dehidrasi ringan, sdh diberikan terapi rehidrasi, tetapi masih tetap lemas dan kurang nafsu...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.