Epidemiologi Fistula Ani
Menurut data epidemiologi, insiden fistula ani di dunia mencapai 8,6 kasus per 100.000 populasi. Fistula ani lebih sering terjadi pada laki-laki, yang diduga berkaitan dengan faktor hormon androgen dan lebih kuatnya tonus otot sfingter ani.[7]
Global
Prevalensi fistula ani yang berkembang dari abses perianal pada seluruh populasi di dunia berkisar antara 26–38%. Suatu penelitian melaporkan bahwa insiden fistula ani mencapai 8,6 kasus per 100.000 populasi.[7]
Fistula ani lebih sering terjadi pada laki-laki, yaitu 12,3 kasus per 100.000 populasi bila dibandingkan dengan 5,6 kasus per 100.000 populasi pada perempuan. Lunniss, et al. menyatakan kondisi ini disebabkan oleh hipotesis kriptoglandular, yaitu laki-laki memiliki hormon androgen yang dapat turut berperan dalam patogenesis fistula ani dari aspek hormonal. Selain itu, adanya tonus sfingter anus yang lebih kuat pada laki-laki juga meningkatkan risiko obstruksi duktus yang menyebabkan inflamasi kelenjar anus.[7-9]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional yang adekuat di Indonesia. Namun, menurut studi yang dilakukan oleh Kurniawan, et al. di RSUP Dr. Sardjito selama 2010–2014, kasus fistula perianal memang lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan, dengan usia terbanyak berkisar antara 30–40 tahun.[10]
Mortalitas
Fistula ani sangat jarang menimbulkan kematian. Namun, dalam penatalaksanaannya, kegagalan operasi dapat terjadi, yakni berupa persistensi fistula atau rekurensi gejala dalam waktu 6 bulan pascaoperasi (15,6%), inkontinensia alvi pascaoperasi (15,6%), dan sepsis (7,3%).[10,11]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur