Epidemiologi Gigitan Serangga
Data epidemiologi gigitan serangga masih terbatas. Prevalensi sesungguhnya sulit ditentukan secara pasti karena mayoritas kasus gigitan serangga dengan gejala ringan tidak terlaporkan. Sebagian besar pasien yang mengalami gigitan serangga melakukan penanganan secara mandiri dan tidak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.[3,6]
Global
Angka kejadian gigitan serangga tidak dapat diketahui secara pasti, karena kebanyakan kasus hanya menimbulkan reaksi ringan dan tidak terlaporkan. Diperkirakan 56–94% populasi dewasa di seluruh dunia setidaknya pernah mengalami gigitan serangga satu kali selama hidupnya. Reaksi alergi sistemik diperkirakan terjadi pada 0,15–0,8% populasi anak dan 0,3–8,9% populasi dewasa.[7,8]
Pada tahun 2016, American Association of Poison Control Centers (AAPCC) melaporkan bahwa angka kejadian gigitan serangga adalah 8.983 kasus. Sebanyak 590 pasien mengalami reaksi sistemik dan 16 pasien mengalami reaksi berat yang mengancam nyawa. Sebuah studi di Inggris melaporkan bahwa gigitan serangga dialami oleh 5 pasien dari total 100.000 kunjungan ke dokter umum dalam 1 minggu.
Jumlahnya meningkat menjadi 12 pasien per 100.000 kunjungan pada musim panas di bulan Agustus dan September. Angka tersebut hanya mewakili jumlah pasien yang berkonsultasi ke dokter, sehingga angka kejadian sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.[3,9,10]
Insidensi gigitan serangga meningkat pada musim panas. Saat musim panas, orang cenderung menggunakan pakaian yang lebih terbuka sehingga meningkatkan risiko paparan terhadap serangga yang juga lebih aktif selama musim panas. Tidak terdapat predileksi pada ras, jenis kelamin, atau usia tertentu.[2,3]
Indonesia
Sampai saat ini, belum ada data prevalensi gigitan serangga di Indonesia. Sebagai negara beriklim tropis, cuaca yang panas dan lembap sepanjang tahun sangat mendukung pertumbuhan serangga, khususnya flea atau kutu. Dengan demikian, penduduk Indonesia cukup rentan mengalami gigitan serangga dan penyakit yang ditransmisikan oleh vektor serangga.[11]
Mortalitas
Mortalitas pada gigitan serangga disebabkan oleh syok anafilaksis. Insect stings atau sengatan serangga merupakan penyebab mortalitas yang lebih sering daripada gigitan serangga. Sebanyak 40–60% kasus anafilaksis di unit gawat darurat disebabkan oleh sengatan serangga. Di Amerika, mortalitas anafilaksis yang disebabkan oleh sengatan serangga berkisar antara 0,3–0,48 kematian per 1 juta penduduk per tahun atau sekitar 40–100 kematian per tahun.[4,7]