Penatalaksanaan Keracunan Arsenik
Penatalaksanaan keracunan arsenik dilakukan dengan terapi khelasi. Agen khelasi yang tersedia di Indonesia adalah dimerkaprol. Terapi khelasi dilakukan hingga kadar arsenik dalam urin 24 jam <50 mcg/L. Selain itu, dapat dilakukan eliminasi dan dekontaminasi dengan bilas lambung, serta pemberian karbon aktif. Resusitasi cairan dan pemberian elektrolit juga dapat dilakukan, terutama pada pasien dengan syok hipovolemik karena keracunan akut.[2–4]
Terapi Khelasi
Terapi khelasi diindikasikan pada pasien dengan dugaan kuat keracunan arsenik, bahkan tanpa menunggu hasil pemeriksaan laboratorium kadar arsenik. Penundaan pemberian agen khelasi dapat menurunkan efektivitas terapi. Pemberian terapi khelasi dapat dihentikan jika konsentrasi arsenik dalam urin 24 jam <50 mcg/L.[2–4]
Terapi khelasi dapat dipertimbangkan pada pasien dengan keracunan arsenik kronik. Namun, terapi khelasi lebih umum digunakan pada pasien dengan keracunan arsenik akut dan paling efektif bila dimulai dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah terpapar.[7–9]
Agen khelasi yang tersedia di Indonesia adalah dimerkaprol (British Anti-Lewisite/BAL), diberikan intramuskular (IM), dengan dosis 3–5 mg/kg setiap 4–6 jam, lalu secara berangsur dikurangi sampai menjadi setiap 12 jam.[2,3]
Agen khelasi lain yang umum digunakan adalah 2,3-dimercapto-1-propanesulfonic acid (DMPS) dan 2,3-dimercaptosuccinic acid (succimer). Dosis DMPS 5% adalah 3–5 mg/kg IM setiap 4 jam selama 2 hari, kemudian menjadi 3-5 mg/kg IM setiap 6 hingga 12 jam atau diganti dengan succimer.[3,4]
Dosis succimer adalah 10 mg/kg per oral (PO) setiap 8 jam, selama 5 hari diikuti dengan pemberian 10 mg/kg PO dua kali sehari.[2,3]
Pada keracunan arsine, terapi khelasi tidak efektif. Pertimbangkan hemodialisa untuk pasien dengan gagal ginjal dan oligouria. Alkalisasi urin dapat dilakukan untuk melindungi ginjal dari penumpukkan sel hemolitik.[3,11]
Pertimbangkan untuk melengkapi terapi khelasi dengan mineral penting, seperti magnesium, seng, dan besi, yang dapat diekskresikan juga akibat pengobatan khelasi, untuk menghindari efek samping.[2–4]
Dekontaminasi dan Eliminasi
Pasien yang terpapar arsenik trioksida mungkin memerlukan dekontaminasi darurat di tempat kejadian untuk mencegah keracunan lebih lanjut. Dokter perlu untuk menstabilkan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pada semua pasien. Pemberian cairan direkomendasikan untuk pasien dengan tanda-tanda syok hipovolemik atau hipotensi setelah keracunan akut.[2–4]
Paparan arsenik pada kulit dapat diatasi dengan mencuci area yang terpapar memakai air dan sabun.[3]
Pada kasus tertelan arsenik, tidak boleh merangsang muntah. Jika menelan arsenik dalam 1 jam terakhir, dapat dilakukan bilas lambung dan pertimbangkan intubasi sebelum melakukan prosedur. Bilas lambung dilakukan untuk mengeluarkan isi lambung melalui selang nasogastrik atau orogastrik.[2–4]
Pada pasien yang mampu menelan, dapat diberikan karbon aktif 1 g/kg untuk menyerap arsenik di saluran pencernaan. Pertimbangkan irigasi seluruh usus (lavage) dengan larutan elektrolit polyethylene glycol, jika bahan radiopak di saluran pencernaan terdeteksi pada foto polos abdomen.[2–4]
Terapi khelasi dapat digunakan pada pasien dengan dugaan kuat keracunan arsenik. Penundaan pemberian terapi khelasi dapat menurunkan efektivitasnya.[2,4]
Transfusi pertukaran plasma dapat diindikasikan tujuan untuk menghilangkan arsenik dari darah dan mencegah gagal ginjal yang berkelanjutan. Dokter juga perlu mengelola koma, kejang, dan aritmia yang terjadi sesuai protokol standar.[2–4]
Pemberian Cairan dan Elektrolit
Pemberian cairan direkomendasikan untuk pasien dengan tanda-tanda syok hipovolemik atau hipotensi setelah keracunan akut. Pada anak dengan gangguan perfusi, berikan NaCl 0,9% 20 mL/kg bolus IV selama 10-20 menit, diikuti dengan penilaian ulang untuk penggantian cairan lebih lanjut.[2]
Pada orang dewasa dengan tekanan sistolik kurang dari 80 mmHg, berikan bolus awal NaCl 0,9% atau larutan ringer laktat 1.000 mL/jam IV, diikuti dengan penilaian ulang dan bolus tambahan sesuai kebutuhan.[2]
Pemberian Vitamin, Mineral, dan Antioksidan pada Keracunan Arsenik Kronik
Tidak ada pengobatan spesifik yang terbukti untuk toksisitas arsenik kronik. Vitamin, mineral, dan antioksidan serta diet gizi seimbang dapat membantu metabolisme dan ekskresi arsenik. Diet tinggi protein serta konsumsi vitamin A, E, dan C baik dari makanan sumber ataupun suplemen, bersama dengan suplemen antioksidan dan asam folat dapat membantu mempercepat pemulihan. Selain itu, pada penatalaksanaan keracunan arsenik kronik penting untuk mencari sumber dan menghilangkan paparan arsenik.[7–9]
Follow Up
Pada kasus keracunan akut, pasien tanpa gejala dengan paparan minimal, seperti karena arsenik anorganik dosis rendah, mungkin tidak memerlukan follow up jangka panjang.[2]
Pasien dengan paparan arsenik minimal, hasil pemeriksaan normal dan tidak menunjukkan gejala keracunan dapat dipulangkan setelah observasi 6–8 jam. Dokter perlu menginformasikan pasien untuk segera ke unit gawat darurat (UGD) jika muncul gejala nyeri abdomen, diare, muntah, berdebar-debar, sesak napas, batuk, atau wheezing.[2–4]
Jadwalkan evaluasi tindak lanjut pada pasien yang selamat dari paparan arsenik berat untuk mengevaluasi beberapa hal, antara lain fungsi neurologis, sistem kardiovaskular, ginjal, paru-paru, hematologi, dan fungsi hepar. Pada lesi kornea, lakukan pemeriksaan ulang dalam 24 jam.[2]
Keracunan kronik yang terjadi pada anak-anak membutuhkan pemantauan jangka panjang. Paparan di awal kehidupan mungkin tidak bermanifestasi selama beberapa tahun pertama dan baru terlihat pada usia dewasa.[8]