Diagnosis Keracunan Merkuri
Diagnosis dari keracunan merkuri perlu dicurigai pada pasien yang menunjukkan gangguan saraf atau organ lain setelah riwayat paparan merkuri. Paparan merkuri dapat terjadi melalui konsumsi makanan tinggi merkuri, kosmetik, atau penggunaan alat kesehatan seperti termometer atau manometer raksa. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari bukti paparan merkuri, misalnya dengan pemeriksaan urine atau darah.[1,3]
Anamnesis
Anamnesis terhadap pasien yang dicurigai mengalami keracunan merkuri adalah menggali riwayat pekerjaan, hobi, atau konsumsi dari makanan laut. Tanda dan gejala dari merkuri tergantung dari paparan, durasi paparan, rute paparan, dan usia pasien. Umumnya fetus dan pekerja berisiko yang terpapar secara kronis akan menunjukkan tanda dan gejala yang lebih parah dibandingkan orang lain.[6,15]
Populasi Berisiko
Beberapa populasi yang berisiko mengalami keracunan merkuri adalah pekerja tambang, terutama tambang ilegal, memakai produk kosmetik yang mengandung merkuri, prosedur pemasangan amalgam gigi, atau paparan terhadap merkuri yang bocor misalnya pada termometer, baterai, atau alat listrik. Riwayat konsumsi ikan juga perlu ditanyakan, terutama pada populasi yang mengonsumsi ikan laut dalam jumlah besar.[4,7,11-16]
Gejala Klinis
Keracunan merkuri bersifat sistemik dengan toksisitas utama pada persarafan sentral dan perifer. Oleh karena itu, tidak ada gejala yang patognomonik pada keracunan merkuri.
Pasien dapat mengeluhkan gejala nonspesifik seperti rasa lelah, menggigil, demam, dan nyeri kepala. Gejala klinis lain dapat berupa gangguan dalam pergerakan seperti tremor, ketidakseimbangan tubuh, dan penurunan kemampuan motorik. Gejala gastrointestinal dapat berupa mual, muntah, dan hematoskezia. Gejala lain adalah gangguan emosi seperti mudah marah, depresi, atau ekspresi wajah yang aneh.[1,3]
Pemeriksaan Fisik
Derajat keparahan tanda klinis keracunan merkuri tergantung dari tipe merkuri yang terpapar, dosis paparan, usia pasien, durasi paparan, dan rute paparan. Pada umumnya, merkuri bersifat korosif dan akan menyebabkan iritasi pada jalur masuknya ke tubuh.[1,15]
Ada tiga tanda klasik pada keracunan merkuri yang dapat memudahkan klinisi dalam menegakkan diagnosis, yaitu metal fume fever, akrodinia, dan erethisme. Metal fume fever terjadi pada fase akut dari keracunan merkuri dengan gejala nonspesifik berupa kelelahan, demam, menggigil, nyeri abdomen, atau sesak. Pada akrodinia ditemukan edema pada tungkai, pruritus, diaforesis, hipertensi, dan iritabilitas. Erithisme adalah gejala psikologis berupa mudah emosi, kecemasan, sulit tidur, dan depresi.[1,2,17]
Efek pada Fetus dan Bayi
Metilmerkuri dan merkuri elemental bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat dan perifer. Paparan metilmerkuri atau merkuri elemental pada fetus dalam dosis besar dapat menyebabkan cerebral palsy.
Pada dosis yang lebih kecil, fetus berisiko mengalami keterlambatan perkembangan dan defisit kognitif. Gejala toksisitas pada bayi baru lahir umumnya berupa paresthesia, ataksia, gangguan dalam bicara dan visual, atau gejala ekstrapiramidal.[2,4]
Gangguan Motorik, Sensorik, dan Emosi
Gangguan motorik dapat terjadi akibat gangguan pada persarafan tubuh. Beberapa tanda yang dapat ditemukan adalah penurunan waktu reaksi, kontrol motorik yang buruk, dan gangguan dalam konsentrasi.
Pada pasien mungkin diamati terdapat ekspresi wajah yang berubah termasuk ekspresi emosi yang tidak wajar, seperti mudah emosi, kecemasan, dan depresi. Beberapa juga melaporkan kehilangan pada penglihatan perifer, paresthesia, dan kesulitan dalam bicara.[1,2]
Paparan Inhalasi
Setelah terpapar secara inhalasi, merkuri elemental dalam dosis rendah dapat menyebabkan tanda nonspesifik, seperti demam, rasa lelah, anoreksia, penurunan berat badan, atau gangguan pada pencernaan.
Pada dosis yang lebih tinggi, merkuri elemental akan menyebabkan pneumonitis disertai dengan tremor, gingivitis, dan hipersalivasi. Gejala sistemik umumnya terjadi dalam beberapa jam setelah paparan dan bertahan selama beberapa hari.[2,4]
Paparan Ingesti
Ingesti dari merkuri anorganik dan garam merkuri dapat menyebabkan iritasi pada mukosa oral dan saluran cerna. Merkuri bersifat korosif dan akan mengganggu saluran cerna. Beberapa tanda yang dapat ditemukan adalah muntah, hematoskezia, nyeri abdomen berat, hingga gangguan hemodinamik. Kerusakan ginjal akan terjadi mengikuti gejala abdominal dengan tanda awal berupa oliguria atau anuria.[1,3]
Paparan Kronis
Pada paparan kronis, akumulasi merkuri pada sistem organ akan semakin banyak dan menyebabkan kerusakan permanen pada sistem persarafan dan ginjal. Gejala neuropsikiatri yang terjadi adalah kecemasan, depresi, insomnia, tremor, erethisme, dan labilitas emosional.
Fungsi ginjal akan semakin menurun dengan tanda awal berupa oligouria atau anuria. Akrodinia dapat terjadi pada anak yang terpapar kronis terhadap uap merkuri sebagai tanda hipersensitivitas lambat.[1,4,18]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari keracunan merkuri cukup luas karena tanda dan gejala yang tidak khas dan onset gejala yang bervariasi. Penggalian riwayat paparan terhadap merkuri dan pemeriksaan laboratorium adalah kunci dalam menegakkan diagnosis. Beberapa penyakit yang mungkin menyerupai gejala kerusakan sistem saraf pada keracunan merkuri adalah penyakit Alzheimer, demensia senilis, penyakit Parkinson, dan depresi.[1,3]
Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang umumnya menyerang manusia berusia lebih dari 65 tahun. Kerusakan neuron pada penyakit Alzheimer dimulai dari hipokampus dan bersifat progresif hingga akhirnya menyebabkan kematian.
Gejala pada penyakit Alzheimer meliputi masalah pada konsentrasi, atensi, memori, kemampuan berbahasa, dan fungsi eksekutif. Pemeriksaan lain umumnya normal, dan tidak ditemukan kerusakan sistem organ lain pada pasien tanpa komorbid.[19]
Demensia
Demensia adalah penurunan memori dan kemampuan kognitif lain yang bersifat progresif dan mengganggu kemampuan seseorang dalam beraktivitas sehari-hari. Penyebab demensia paling sering adalah penyakit Alzheimer.
Gejala pada demensia adalah mudah lupa, perubahan suasana perasaan, kesulitan dalam mengerjakan tugas sehari-hari, hingga menyebabkan munculnya perilaku yang mengganggu. Pada pasien dengan demensia tanpa komorbid lain, pemeriksaan fisik lain umumnya normal.[20]
Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson ditandai dengan tremor istirahat, rigiditas, bradikinesia atau akinesia, dan gangguan postur tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan sel pada ganglia basalis yang mengganggu neuron dopaminergik dan menyebabkan gangguan pergerakan. Adanya gejala-gejala khas penyakit Parkinson dan eksklusi dari kondisi neurodegeneratif lain umumnya cukup untuk menegakkan diagnosis.[21]
Depresi
Gejala neuropsikiatri pada keracunan merkuri mungkin menyerupai depresi. Depresi sendiri disebabkan oleh kurangnya neurotransmitter monoamine, terutama serotonin pada otak. Gejala pada depresi adalah suasana perasaan sedih, berkurangnya energi, rasa tidak bersemangat yang cukup berat hingga mengganggu fungsional seseorang.
Diagnosis depresi dapat ditegakkan apabila didapatkan kriteria Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), termasuk tidak ditemukan penyakit organik yang mungkin menyebabkan kondisi depresi tersebut.[22]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sebagai metode konfirmasi terhadap keracunan merkuri. Merkuri yang masuk ke dalam tubuh akan diserap oleh berbagai jaringan, seperti rambut, darah, dan urin. Oleh karena itu, biomarker dari kadar merkuri dalam tubuh adalah menganalisis jaringan tersebut. Namun, biomarker dari merkuri ini tidak menunjukkan tingkat kerusakan organ akibat toksisitas merkuri.[1,4]
Analisis Kadar Merkuri pada Rambut
Sekitar 80-90% rambut tersusun atas keratin yang mengandung asam amino sulfhidril yang mudah tergabung dengan besi. Ikatan merkuri dengan rambut bersifat ireversibel, sehingga pemeriksaan merkuri pada rambut baik dilakukan pada dugaan paparan kronis.
Batas konsentrasi merkuri pada rambut yang direkomendasikan WHO adalah 1 mg/kg. Pada keracunan sedang, kadar merkuri dapat meningkat hingga 200-800 mg/kg, dan pada keracunan berat dapat mencapai 2.400 mg/kg.[1,4]
Analisis Kadar Merkuri pada Darah
Metilmerkuri terikat pada eritrosit, sehingga kadar merkuri dalam darah akan tinggi dalam kondisi toksisitas akut. Metilmerkuri sendiri mudah diserap dan akan bertahan dalam tubuh sampai 44 hari, sehingga pemeriksaan darah dapat menjadi parameter dari keracunan akut.
Kadar merkuri dalam darah yang dianggap normal adalah <10 µg/L, sehingga kadar di atas itu merupakan konfirmasi positif dari diagnosis keracunan merkuri. Menegakkan diagnosis keracunan merkuri kronis melalui pemeriksaan darah cukup sulit, karena kadar merkuri akan tetap tinggi meskipun paparan sudah tidak ada.[4,23]
Analisis Kadar Merkuri pada Urine
Pemeriksaan urine cukup mudah, cepat, tidak invasif, dan cenderung stabil pada dugaan keracunan akut. Urinalisis sendiri berguna dalam mengidentifikasi keracunan merkuri metalik atau anorganik, sedangkan merkuri organik kurang representatif dalam pemeriksaan urin. Kadar merkuri urin normal berkisar antara <10 hingga 20 µg/L.
Sebagaimana dengan pemeriksaan darah, pasien dengan paparan kronis terhadap merkuri dapat mengakibatkan konsentrasi tinggi merkuri dalam urin meskipun paparan sudah dihentikan. Gejala neurologis terjadi ketika konsentrasi merkuri mencapai 100 µg/L, dan kadar 800 µg/L umumnya mengakibatkan kematian. Kadar merkuri pada urine juga dapat menunjukkan efektivitas dari terapi khelasi.[1,4]
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan rontgen pada abdomen atau toraks dapat menunjukkan merkuri elemental berupa gambaran radioopak baik pada toraks maupun saluran pencernaan.
Pada MRI otak, atrofi pada kalkarina, korteks, dan serebelum tampaknya berkorelasi terhadap gejala neurotoksisitas merkuri. CT scan pada toraks dan abdomen dapat menunjukkan tanda lesi fokal hiperdens sistemik pada paru, hati, jantung, ginjal, dan saluran pencernaan.[1,4]
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi hati, dan elektrolit dilakukan untuk menilai beban merkuri terhadap jaringan tubuh. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan sebagai bagian dari evaluasi adalah elektrokardiografi (EKG), pemeriksaan fungsi paru, elektroneuromiografi, dan tes neurofisiologis.
Tes biomarker terhadap efek autoimun dari merkuri adalah anti-glomerular basement membrane antibody, antibodi anti-DNA, serum IgE, dan IgE total, namun pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan.[1,4]