Etiologi Keracunan Merkuri
Etiologi keracunan merkuri adalah paparan tubuh terhadap merkuri. Merkuri sendiri adalah elemen alam yang secara natural terdapat pada air, udara, dan tanah. Pelepasan merkuri dapat terjadi akibat aktivitas vulkanik, pelapukan batu, atau akibat aktivitas manusia. Tidak semua merkuri berbahaya, misalnya etilmerkuri yang digunakan sebagai pengawet dalam vaksin dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan.[6,7]
Paparan Merkuri
Paparan terhadap merkuri dapat terjadi secara inhalasi, ingesti, atau kontak terhadap kulit. Merkuri digunakan secara luas dalam industri dan agrikultur, seperti untuk pembuatan termometer, barometer, manometer, produk kosmetik, dan amalgam gigi.
Paparan merkuri terbanyak umumnya terjadi pada prosedur yang melibatkan amalgam gigi dan konsumsi makanan laut yang memiliki kandungan merkuri besar. Paparan merkuri lain yang lebih jarang terjadi adalah melalui tumpahan merkuri.[3,7]
Faktor Risiko
Faktor risiko dari keracunan merkuri adalah semua aktivitas yang meningkatkan paparan terhadap merkuri. Kontaminasi merkuri dapat terjadi dari konsumsi makanan laut, prosedur gigi dengan amalgam merkuri, penggunaan kosmetik, air yang terkontaminasi, peralatan rumah tangga, atau pengawet vaksin (thimerosal).[3,8]
Paparan ikan terhadap merkuri sering disebabkan oleh aktivitas pertambangan mineral atau emas dekat dengan sumber air. Merkuri tersebut kemudian dikonsumsi ikan. Kadar merkuri tertinggi ditemukan pada ikan karnivora atau predator puncak seperti ikan hiu, ikan todak, tilefish, dan makarel raja.
Environmental Protection Agency (EPA) merekomendasikan asupan harian merkuri yang aman adalah 0,1–0,5 µg/kg/hari. Sementara itu, Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan bahwa ibu hamil, menyusui, dan anak-anak menghindari konsumsi ikan dengan kadar merkuri tinggi (>1 ppm), termasuk ikan tuna.[1,9]