Edukasi dan Promosi Kesehatan Ruptur Limpa
Edukasi dan promosi kesehatan terkait ruptur limpa (spleen rupture) atau ruptur lien bertujuan untuk mencegah dan mengurangi risiko komplikasi yang dapat terjadi pasca penatalaksanaan ruptur limpa.[1,2]
Edukasi
Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mencakup pendekatan penegakkan diagnosis, pilihan tata laksana yang terbaik, risiko komplikasi yang dapat terjadi, serta pemantauan yang diperlukan. Pasien setelah splenektomi perlu mewaspadai risiko gangguan fungsi limpa yang meningkatkan risiko seumur hidup untuk infeksi berat. Tindakan pencegahan terhadap infeksi dapat berupa vaksinasi terhadap bakteri berkapsul dan penggunaan antibiotik profilaksis. Antibiotik dapat digunakan dalam bentuk profilaksis harian ataupun antibiotik empiris yang digunakan ketika gejala muncul.
Antibiotik profilaksis harian direkomendasikan untuk pasien asplenik dan hiposplenik yang berisiko tinggi mengalami infeksi berat, seperti anak-anak di bawah 5 tahun, pasien imunokompromais, dan pasien pada tahun pertama pasca-splenektomi. Pasien tersebut disarankan untuk menyimpan persediaan antibiotik darurat yang digunakan jika demam atau tanda-tanda infeksi sistemik lain (seperti muntah, diare, atau sakit kepala) berkembang. Edukasi pasien untuk segera melapor ke unit gawat darurat terdekat jika gejala infeksi muncul.[2,11,24]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pada pasien yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor, nyeri bahu kiri yang terisolasi dapat mengindikasikan ruptur limpa. Kemungkinan ini perlu dipikirkan dan dievaluasi lebih lanjut. Pankreatitis dan malaria dapat menyebabkan ruptur limpa atraumatik, sehingga evaluasi limpa diperlukan pada pasien- pasien ini. Seorang pasien dengan ruptur limpa dapat berubah status dari stabil menjadi tidak stabil dalam 24 hingga 48 jam. Oleh karenanya, pasien harus dipantau di rumah sakit.[1]