Epidemiologi Ruptur Limpa
Epidemiologi ruptur limpa (spleen rupture) atau ruptur lien belum terlaporkan dengan jelas dan akurat di berbagai literatur. Secara garis besar, limpa merupakan salah satu organ abdomen yang sering mengalami cedera dan ruptur, disebabkan terutama oleh trauma tumpul abdomen.[1,2]
Global
Prevalensi cedera dan ruptur limpa tiap tahunnya diperkirakan mencapai rata-rata 25% dari 800-1200 kasus admisi cedera tumpul. Ruptur limpa traumatik paling umum disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, yang diikuti dengan kecelakaan olahraga seperti sepak bola, hoki, dan bersepeda.
Sementara itu, ruptur limpa nontraumatik paling umum disebabkan oleh infeksi (30%), keganasan (30%), penyakit inflamasi (15%), obat atau tindakan medis (10%), penyebab mekanik (7%), dan idiopatik (7%).[1,2,10,11]
Indonesia
Belum terdapat data epidemiologi ruptur limpa yang adekuat di Indonesia.
Mortalitas
Tingkat mortalitas ruptur limpa bergantung pada etiologi, derajat keparahan, dan proses penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan yang cepat. Ruptur limpa nontraumatik memang lebih jarang terjadi, akan tetapi memiliki tingkat mortalitas yang tinggi, yaitu mencapai 12%. Ruptur limpa akibat trauma tumpul abdomen yang didiagnosis terlambat dapat memberikan luaran yang buruk dengan tingkat mortalitas mencapai 7-18%. Sementara itu, ruptur limpa yang tertunda (delayed rupture) memiliki angka mortalitas berkisar 5-15%.
Pasien yang menjalani prosedur splenektomi pasca ruptur limpa memiliki risiko sepsis dan angka mortalitas sebesar 70%. Ruptur limpa setelah prosedur kolonoskopi dikatakan memiliki tingkat mortalitas mencapai 5%.[1,2,9,10,12]