Penatalaksanaan Ruptur Limpa
Penatalaksanaan ruptur limpa (spleen rupture) atau ruptur lien bergantung pada derajat cedera limpa, etiologi dari ruptur, dan kondisi stabilitas hemodinamik pasien. Penatalaksanaan dapat berupa terapi nonoperatif, pembedahan, dan embolisasi. Ruptur limpa dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa. Oleh karena itu, diagnosis dan manajemen adekuat sangat diperlukan. Apabila memungkinkan, tata laksana nonoperatif yang bertujuan mempertahankan fungsi limpa harus diutamakan.
Instabilitas Hemodinamik
Sesuai protokol Advanced Trauma Life Support (ATLS®), apabila pasien tidak stabil secara hemodinamik dan hasil pemeriksaan focused assessment with sonography in trauma (FAST) positif, maka eksplorasi abdomen diperlukan segera untuk menentukan sumber perdarahan intraperitoneal.[21]
Pasien Stabil
Pasien yang stabil secara hemodinamika dengan cedera limpa derajat rendah (I hingga III) dan tidak memiliki kecurigaan terkait cedera organ lain, ekstravasasi kontras aktif, ataupun blush pada CT scan, dapat diobservasi terlebih dulu.[21]
Penatalaksanaan Nonoperatif
Penatalaksanaan nonoperatif pada kasus ruptur limpa bertujuan untuk mempertahankan limpa dan fungsinya. Terapi nonoperatif ini menjadi pilihan pada kasus ruptur limpa dengan hemodinamik yang stabil, tanpa adanya tanda-tanda peritonitis dan perdarahan aktif. Selain itu, pasien dengan kadar hemoglobin yang stabil selama 12-48 jam, berusia di bawah 55 tahun, dan dengan derajat cedera limpa yang ringan juga merupakan suatu kriteria untuk melakukan penanganan nonoperatif. Tata laksana nonoperatif tidak dipilih pada pasien dengan instabilitas hemodinamik, peritonitis generalisata, atau pasien dengan cedera intraabdomen lain yang membutuhkan pembedahan.
Tata laksana nonoperatif dilakukan dengan observasi ketat, pemberian cairan, antibiotik, serta transfusi darah. Tata laksana ini dikatakan menurunkan risiko infeksi pasca splenektomi, menghindari komplikasi berkaitan dengan tindakan operatif, menghasilkan waktu perawatan inap yang lebih singkat, serta biaya perawatan yang lebih rendah.[2,9,11,19]
Embolisasi
Tindakan embolisasi arteri besar dan kecil dari limpa merupakan salah satu pilihan untuk pasien trauma dengan hemodinamik stabil yang gagal dalam penatalaksanaan konservatif. Akan tetapi, tidak semua fasilitas kesehatan memiliki fasilitas radiologi intervensi yang lengkap sehingga prosedur ini mungkin sulit dilakukan. Alat yang dapat digunakan untuk embolisasi antara lain coil, microsphere, spons gelatin absorbable, atau vascular plug.
Embolisasi dapat dilakukan pada pasien dengan derajat cedera limpa 3 ke atas, adanya hemoperitoneum dan perdarahan aktif, terdapat pseudoaneurisma dan fistula ateriovena, serta terdapat trauma multipel. Embolisasi dikontraindikasikan secara relatif pada pasien berusia di atas 55 tahun karena risiko kegagalan yang lebih tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur embolisasi adalah infark limpa, perdarahan, infeksi, deep vein thrombosis, sindrom pasca embolisasi, serta terbentuknya abses. [1,2,11,13,19]
Penatalaksanaan Operatif
Tindakan operatif dan splenektomi pada pasien ruptur limpa bertujuan untuk menyelamatkan jiwa. Tindakan operatif umumnya dilakukan pada pasien dengan kondisi hemodinamik tidak stabil, adanya peritonitis, adanya perdarahan aktif, cedera pada organ lain dari abdomen, serta adanya pseudonaneurisma.
Pada keadaan yang tidak gawat, tindakan splenorafi merupakan salah satu pilihan dengan mereseksi secara parsial dan ligasi pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan aktif. Splenorafi atau splenektomi parsial dapat dilakukan bila terdapat satu per tiga jaringan limpa yang masih dapat berfungsi dengan baik. Sementara itu, splenektomi total dilakukan apabila terdapat bukti bahwa limpa merupakan penyebab perdarahan yang masif. Meski demikian, karena pasien yang tidak memiliki limpa akan memiliki angka mortalitas tinggi terkait sepsis, splenektomi sebaiknya hanya dilakukan jika tidak ada pilihan lain yang lebih baik.[1,2,11,13,19]
Kegagalan Penatalaksanaan Nonoperatif
Kegagalan penatalaksanaan nonoperatif atau embolisasi didefinisikan sebagai keperluan tindakan operatif yang umumnya berkaitan dengan perdarahan aktif. Hal tersebut bisa ditandai dengan kebutuhan transfusi atau resusitasi terus menerus, ataupun instabilitas hemodinamik.
Risiko kegagalan berkisar antara 6-20% tergantung pada usia, keparahan cedera, derajat ruptur limpa, dan kecocokan pasien untuk mendapat terapi nonoperatif atau embolisasi. Terdapat studi yang menunjukkan bahwa hingga 40% pasien yang mengalami kegagalan adalah mereka yang tidak memiliki indikasi adekuat untuk mendapat terapi nonoperatif.[22,23]
Vaksinasi Pasca Bedah
Pasca splenektomi atau spleen repair, fungsi limpa pasien akan tetap terganggu seumur hidup, sehingga pasien berisiko seumur hidup untuk mengalami infeksi berat dan sepsis. Prinsip manajemen utama adalah vaksinasi untuk bakteri berkapsul seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus sp., Neisseria meningitidis (meningococcus).[2,11,24]
Profilaksis Antibiotik Pasca Bedah
Ada dua pendekatan utama untuk menggunakan antibiotik pada kelompok pasien ini, yaitu penggunaan profilaksis antibiotik harian dan pengobatan antibiotik empiris ketika tanda-tanda infeksi muncul.
Antibiotik Profilaksis Harian
Antibiotik profilaksis harian direkomendasikan untuk pasien asplenik dan hiposplenik yang berisiko tinggi mengalami infeksi berat, seperti anak-anak berusia di bawah 5 tahun, pasien imunokompromais, dan pasien pada tahun pertama pasca splenektomi. Agen yang dapat dipilih untuk profilaksis harian adalah penicillin V dan amoxicillin. Sefalosporin seperti cephalexin dapat menjadi alternatif penicillin. Anak yang tidak dapat menggunakan sefalosporin dapat menggunakan makrolida seperti azithromycin.
Antibiotik Empiris
Pasien yang diterapi dengan pengobatan antibiotik empiris disarankan untuk menyimpan persediaan antibiotik darurat yang akan digunakan jika mengalami demam atau tanda-tanda infeksi sistemik lainnya (seperti muntah, diare, atau sakit kepala) dan perlu diedukasi untuk segera melapor ke unit gawat darurat terdekat.[2,11,24]