Pendahuluan Campak
Campak yang juga disebut measles atau rubeola adalah penyakit infeksi virus yang sangat menular dengan tanda khas demam, malaise, coryza, konjungtivitis, koplik spot, dan ruam makulopapular. Penyakit ini terutama ditemukan pada anak-anak. Pada populasi yang berisiko, satu kasus campak dapat menular menjadi 12-18 kasus sekunder. Hampir 90% pajanan virus pada individu yang belum divaksinasi akan mengalami campak. Campak disebabkan oleh virus yang termasuk dalam genus Morbillivirus.[1,2,3]
Campak ditandai oleh demam tinggi, pilek, batuk, coryza, mata merah dan berair atau konjungtivitis, serta muncul bercak putih di dalam pipi atau Koplik spot. Setelah beberapa hari, muncul ruam makulopapular pada wajah dan leher yang kemudian menyebar ke badan dan ekstremitas. Periode yang paling menular adalah 5 hari sebelum dan 4 hari setelah ruam muncul.[1,2,3,23]
Pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan WHO untuk menegakkan diagnosis campak adalah pemeriksaan serologi untuk mendeteksi keberadaan IgM spesifik virus campak.[4]
Hingga saat ini, belum ada antivirus sebagai terapi definitif untuk penatalaksanaan campak. Tata laksana untuk campak bersifat suportif, yaitu memastikan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat. Selain itu, semua anak yang terdiagnosis campak harus mendapat 2 dosis vitamin A untuk mencegah komplikasi campak pada mata. Pemberian vaksinasi campak rutin untuk anak berusia 9 bulan merupakan strategi kunci untuk mencegah kematian akibat campak di masyarakat.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Amanda Sonia Arliesta