Penatalaksanaan Gagal Tumbuh
Penatalaksanaan gagal tumbuh atau faltering growth dilakukan dengan pendekatan multidisiplin. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencapai laju pertumbuhan yang optimal dan mencegah masalah gizi, termasuk malnutrisi atau pun stunting.[1,6]
Malnutrisi yang berkepanjangan dapat berdampak negatif pada potensi pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Intervensi dini yang mampu mengoreksi parameter pertumbuhan diyakini akan menghasilkan luaran perkembangan yang lebih baik. Pada kondisi tertentu, pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk tata laksana awal sembari mencari etiologi dan untuk mengamati pemberian makan.[1,6]
Berdasarkan pedoman dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penanganan faltering growth secara garis besar dilakukan sesuai asuhan nutrisi pediatrik, yang terdiri dari 5 langkah, yaitu penilaian, penentuan kebutuhan nutrisi/kalori, penentuan cara pemberian nutrisi, pemilihan jenis nutrisi, serta pemantauan dan evaluasi.[13]
Terapi Nonfarmakologi
Terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk menangani gagal tumbuh yaitu dengan memberikan makanan yang tinggi kalori. Diet bergizi yang mengandung kalori yang cukup untuk mengejar pertumbuhan (sekitar 150% dari kebutuhan kalori normal) dan dukungan medis dan sosial individual umumnya diperlukan
Selalu prioritaskan dan pastikan pemberian makan enteral. Apabila terdapat penolakan atau ketidakmampuan secara mekanik, pasang selang nasogastrik jangka pendek atau gastrotomi untuk jangka panjang sesuai klinis pasien. Nutrisi parenteral adalah pilihan terakhir.
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk peresepan diet tinggi kalori, jenis makanan selingan, dan waktu pemberian makan. Lakukan pendekatan psikososial untuk orang tua. Berikan edukasi dan dukungan terhadap orang tua.
Pantau secara berkala status nutrisi anak. Lakukan kunjungan rutin untuk memastikan pola makan anak, pola asuh orang tua, pemantauan perkembangan, dan penilaian status nutrisi.[1-5,8]
Kebutuhan Energi Untuk Kejar Tumbuh
Anak yang mengalami peningkatan berat badan tidak adekuat membutuhkan diet yang tinggi energi dan nutrisi untuk kejar tumbuh (catch up growth). Kejar tumbuh tidak akan terjadi kecuali asupan energi melebihi Estimated Energy Requirement (EER) sesuai usia:
- 0‒2 bulan: 100‒110 kkal/kg/hari
- 3‒5 bulan: 85‒95 kkal/kg/hari
- 6‒8 bulan: 80‒85 kkal/kg/hari
- 9‒11 bulan: 80 kkal/kg/hari
- 12‒24 bulan: 80‒83 kkal/kg/hari[13,20]
Estimasi kebutuhan energi untuk kejar tumbuh anak malnutrisi dapat dihitung dengan cara berikut:
Kebutuhan energi tersebut kemudian diberikan dalam bentuk makanan sesuai toleransi pasien, kebiasaan makan, faktor aktivitas, dan faktor stres dengan memperhatikan prinsip gizi seimbang.[13,21]
Suplementasi
Pada fase catch up growth, cadangan vitamin dan mineral bisa tidak adekuat. Berikan pasien multivitamin yang mengandung zat besi dan zinc. Lakukan evaluasi kadar zat besi jika dirasa perlu untuk menentukan apakah dibutuhkan suplementasi tambahan.[13,20]
Di Indonesia sendiri, Puskesmas memiliki program suplementasi rutin, misalnya saja suplementasi vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus. Kapsul vitamin A diberikan sesuai usia, yaitu 100.000 SI untuk anak 6‒11 bulan dan 200.000 SI untuk anak 12-59 bulan.
Puskesmas juga memberikan makanan tambahan saat Posyandu, yaitu berupa makanan ringan padat gizi dengan kandungan 350‒400 kalori energi dan 10‒15 gram protein (misalnya dalam bentuk bubur kacang hijau atau makanan ringan lain).[13,21]
Pertimbangan Khusus
Untuk anak-anak dengan gagal tumbuh organik atau campuran, gangguan yang mendasarinya harus diobati dengan cepat.
Untuk anak-anak dengan gagal tumbuh inorganik atau gagal tumbuh campuran, manajemen juga perlu mencakup edukasi dan dukungan emosional untuk memperbaiki masalah yang mengganggu hubungan orang tua-anak. Karena dukungan sosial jangka panjang atau perawatan psikiatri sering diperlukan, tim evaluasi mungkin hanya dapat menentukan kebutuhan keluarga, memberikan instruksi dan dukungan awal, serta melakukan rujukan yang sesuai ke lembaga masyarakat.
Penting untuk memastikan orang tua memahami mengapa rujukan dibuat dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai lembaga mana yang akan dipilih.[1-5,8]
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi untuk menangani gagal tumbuh diberikan sesuai dengan indikasi dan etiologi. Sebagai contoh, bila terdapat gangguan enzim, terapi pengganti enzim dapat diberikan. Terapi sulih hormon diberikan jika gagal tumbuh disebabkan oleh defisiensi hormon tertentu.[1,2]
Farmakoterapi, seperti siproheptadin atau megestrol, diduga bermanfaat untuk populasi tertentu dengan penyakit dasar yang signifikan, misalnya cystic fibrosis atau penyakit ginjal kronis; atau pada pasien yang menjalani pengobatan kanker. Penggunaan stimulan nafsu makan tidak direkomendasikan untuk gagal tumbuh.[6]
Indikasi Rawat Inap
Rawat inap perlu dipertimbangkan pada kondisi:
- Gangguan atau kecemasan orang tua yang ekstrem
- Interaksi orang tua-anak yang buruk
- Perlu evaluasi asupan nutrisi menyeluruh
- Kegagalan pengobatan rawat jalan
- Faktor psikososial yang membahayakan keselamatan anak
- Penyakit mendasar yang serius
- Malnutrisi atau dehidrasi berat[6]
Strategi Peningkatan Asupan
Untuk mendapat asupan energi adekuat, strategi yang digunakan perlu menyesuaikan usia dan preferensi diet anak. Pada infant usia muda, asupan yang digunakan adalah ASI atau susu formula.
- Pada bayi yang menyusu ASI, densitas kalori dap0at ditingkatkan dengan menambahkan zat fortifikasi pada ASI atau bubuk susu formula 0,5 hingga 1 sendok teh ke dalam ASI pompa
- Pada bayi yang menyusu susu formula, peningkatan densitas kalori dapat dilakukan dengan mengurangi air yang digunakan saat membuat susu ataupun dengan menambahkan suplemen seperti maltodextrin
Pada anak yang lebih besar yang sudah makan MPASI atau makanan keluarga, densitas kalori dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan tinggi kalori pada makanan yang disukai anak. Misalnya dengan menambahkan sereal nasi atau susu formula pada bubur bayi, ataupun dengan menambahkan keju atau mentega.
Bayi yang lebih besar dan anak-anak harus sering makan (setiap 2‒3 jam, tetapi tidak terus-menerus). Mereka harus makan 3 kali, dengan 3 kali camilan, dengan jadwal yang konsisten. Konsumsi makanan ringan bergizi rendah sepanjang hari dan terus-menerus, minum cairan rendah kalori, jus buah, atau minuman berkarbonasi harus dihindari.
Pada waktu makan dan kudapan, makanan padat harus diberikan sebelum makanan cair. Konsumsi cairan yang berlebihan akan mengurangi asupan makanan padat. Konsumsi jus harus dibatasi hingga 120 mL per hari dari 100% jus buah.[20]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini