Edukasi dan Promosi Kesehatan Penyakit Kawasaki
Edukasi dan promosi kesehatan penyakit Kawasaki terutama pada keluaga dengan riwayat penyakit ini dan modalitas terapi pilihan seperti imunoglobulin intravena/IVIG. Pada pasien yang telah didiagnosis, perlu diinformasikan terkait risiko komplikasi kardiovaskular, seperti aneurisma arteri koroner. Gejala dapat berlangsung berminggu-minggu dan pasien mungkin memerlukan evaluasi echocardiography berkala.
Edukasi Pasien
Penyakit Kawasaki belum diketahui penyebabnya, namun telah dikaitkan dengan infeksi, faktor genetik, dan respon imunologi pasien. Penyakit Kawasaki utamanya terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun, tetapi dapat ditemukan pada usia lebih tua. Gejala yang paling umum adalah demam yang berkelanjutan (prolonged fever) dan tidak responsif terhadap obat antipiretik.
Komplikasi terberat penyakit Kawasaki adalah kelainan arteri koroner yang dapat terjadi pada 25% pasien yang telah mendapatkan imunoglobulin intravena (IVIG). Terapi IVIG merupakan modalitas utama untuk penyakit Kawasaki dan diberikan secara intravena, sehingga edukasi mengenai rawat inap perlu dilakukan.
Pada pasien yang mengalami komplikasi berupa aneurisma koroner, diperlukan pemeriksaan echocardiography tahunan (atau 2 kali setahun pada giant coronary artery aneurysm) dengan tujuan pemantauan. Untuk kondisi yang berat, pasien disarankan untuk membatasi aktivitas yang melibatkan kontak fisik atau high impact sports.[1,5,20,23]
Setelah pasien selesai menjalani rawat inap, pengasuh perlu memeriksa suhu tubuh di rumah. Pemeriksaan dianjurkan dilakukan setiap 6 jam sekali hingga 48 jam setelah demam terakhir. Kunjungan rawat jalan untuk tujuan pemantauan dilakukan 7–10 hari setelah selesai rawat inap.
Vaksinasi, terutama virus hidup seperti vaksin campak dan varicella, sebaiknya ditunda setidaknya selama 11 bulan bagi anak yang telah mendapatkan IVIG.[1,5,20,23]
Edukasi Jangka Panjang
Edukasi jangka panjang penyakit Kawasaki pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi komplikasi dan sekuele jangka panjangnya, terutama pada sistem kardiovaskular. Hal ini diupayakan dengan cara:
- Manajemen jangka panjang dimulai setelah fase akut penyakit terlewati, biasanya 5–6 minggu setelah awitan demam
American Heart Association (AHA) dan Japanese Circulation Society (JCS) merekomendasikan tes stres kardiak rutin bagi pasien dengan aneurisma arteri koroner ukuran sedang-besar (>6,0 mm) dan diikuti echocardiography
- Pada pasien dengan aneurisma arteri koroner ukuran besar disarankan untuk mendapatkan low molecular weight heparin (LWFH) atau warfarin, serta obat antiplatelet seperti clopidogrel atau dypiridamole, untuk mencegah terbentuknya trombus karena berkurangnya aliran dan rusaknya epitelium
EKG sebaiknya dilaksanakan ketika terdiagnosis, 2 minggu setelah awitan gejala, dan 8 minggu setelah diagnosis
- Perempuan dengan aneurisma koroner perlu mendapatkan konsultasi obstetri sebelum merencanakan kehamilan[2,4,17,23]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Belum diketahui etiologi pasti penyakit Kawasaki, sehingga belum ada pedoman baku untuk pencegahannya. Akan tetapi, penyakit Kawasaki diduga berhubungan dengan infeksi, terutama infeksi virus, pada saluran napas atas atau gastrointestinal. Pencegahan infeksi, termasuk pola hidup sehat dan kebersihan, seperti mencuci tangan dengan baik dan benar perlu dilakukan. Hal ini untuk mencegah penularan penyakit infeksius.[23]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli