Prognosis Penyakit Kawasaki
Prognosis penyakit Kawasaki berhubungan dengan komplikasi kardiak, seperti aneurisma arteri koroner dan trombosis arteri koroner. Mortalitas penyakit Kawasaki terutama terjadi karena komplikasi kardiak dan biasanya muncul pada hari ke-15 hingga 45 setelah awitan penyakit.
Akan tetapi, kematian karena penyakit Kawasaki pada pasien yang telah diterapi dengan imunoglobulin intravena (IVIG) umumnya jarang terjadi. Rekurensi penyakit Kawasaki juga jarang, tetapi dapat terjadi pada anak-anak usia muda (<1 tahun) yang memiliki komplikasi kardiak pada fase awal penyakit.[23,25]
Komplikasi
Komplikasi pada penderita penyakit Kawasaki dapat dibagi menjadi komplikasi kardiovaskular dan nonkardiovaskular. Komplikasi kardiovaskular adalah yang lebih sering ditemukan.
Komplikasi Kardiovaskular
Komplikasi kardiovaskular pada penyakit Kawasaki mencakup:
- Aneurisma arteri koroner, di mana kejadiannya telah menurun signifikan sejak pemberian terapi imunoglobulin intravena (IVIG). Terapi IVIG pada 10 hari pertama dilaporkan mampu menurunkan risiko terjadinya aneurisma arteri koroner dan kematian sebanyak 75%
- Penurunan kontraktilitas miokard, yang menyebabkan disfungsi ventrikular ringan hingga sedang terlihat pada echocardiography selama fase akut penyakit Kawasaki. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan gallop S3 yang menjadi lebih jelas dengan hidrasi
- Komplikasi lainnya adalah gagal jantung, infark miokard, aritmia, dan oklusi arteri perifer[20,24]
Komplikasi Non Kardiovaskular
Komplikasi non kardiovaskular relatif jarang terjadi. Komplikasi non kardiovaskuler meliputi:
- Syok dengan/tanpa sindrom disfungsi multiorgan. Pasien dengan penyakit Kawasaki yang rentan mengalami syok adalah kelompok usia lebih muda, mengalami trombositosis dan memiliki kelainan pada echocardiography[4,24]
- Sindrom aktivasi makrofag (macrophage activation syndrome) teridiri dari aktivasi dan proliferasi makrofag dan sel T, yang berisiko disseminated intravascular coagulopathy dan trombosis
- Penurunan fungsi ginjal dapat berhubungan dengan komplikasi nefritis interstisial akut, proteinuria ringan, dan cedera ginjal akut
- Abnormalitas gastrointestinal, yaitu hidrops vesica fellea, ileus paralitik, vaskulitis apendikular, dan duodenitis hemoragik
Tuli sensorineural dapat terjadi pada fase akut, namun biasanya tidak berkelanjutan[20,24]
Prognosis
Mortalitas penyakit Kawasaki dilaporkan relatif rendah, yaitu antara 0,1% sampai 0,3% sejak pemberian terapi imunoglobulin intravena (IVIG). Kematian pada umumnya terjadi karena infark miokard, aritmia, atau ruptur aneurisma.[4,20]
Morbiditas jangka panjang pada pasien penyakit Kawasaki bergantung pada derajat keparahan keterlibatan arteri koroner. Pasien dengan giant aneurysm (diameter ≥8 mm) memiliki risiko paling tinggi terjadinya infark miokard karena oklusi arteri koroner.[20]
Anak berusia lebih muda, terutama bayi <6 bulan, lebih berisiko untuk mengalami komplikasi kardiovaskular terlepas dari terapi IVIG. Anak dengan usia 6–12 bulan juga lebih berisiko tidak berespon terhadap terapi IVIG dibandingkan anak berusia >1 tahun. Usia muda merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap komplikasi kardiovaskular dan telah digunakan dalam berbagai sistem skoring pada penyakit Kawasaki, termasuk skor Kobayashi.[21,25]