Edukasi dan Promosi Kesehatan Ruam Popok
Edukasi pada ruam popok atau diaper rash terutama bertujuan untuk mencegah terjadinya ruam popok. Kulit pada area popok harus dijaga higienitasnya, serta mengganti popok lebih sering untuk mencegah kulit menjadi terlalu lembap.
Edukasi Pasien
Edukasi yang dapat diberikan pada orang tua pasien adalah tentang kebiasaan menggunakan popok dengan benar. Beberapa hal yang perlu dilakukan, misalnya mengganti popok setidaknya 2 jam sekali atau lebih awal jika popok basah untuk mengurangi waktu paparan kulit terkena feses dan urin. Hindari juga penggunaan popok yang terlalu ketat.
Pemilihan popok yang lebih aman juga perlu diketahui orang tua. Sebaiknya, bayi menggunakan popok sekali pakai yang memiliki daya serap tinggi dan breathable, dan tidak menggunakan popok kain. Selain itu, edukasi orang tua untuk membersihkan area popok dengan lembut, serta menggunakan salep sawar kulit (barrier cream) yang bersifat protektif.
Salep berbahan zinc oksida, dexpanthenol, atau petrolatum berguna untuk memelihara dan memperbaiki sawar kulit. Untuk mengobati ruam popok, salep dapat dioleskan setiap kali ketika mengganti popok. Untuk mencegah terjadinya ruam popok, salep dapat dioleskan setidaknya 2 kali seminggu.
Jika membersihkan kulit dengan tisu basah, gunakan tisu basah dengan pH buffer untuk menetralisir kulit yang basa akibat urin. Hindari tisu basah yang mengandung sabun, minyak atsiri, pewangi, atau deterjen keras yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Orang tua pasien juga perlu dijelaskan bahwa memandikan neonatus aman untuk dilakukan. Gunakan air hangat, dengan suhu yang berkisar antara 37–40 C. Memandikan bayi lebih baik dibandingkan dengan membersihkan kulit dengan kain saja. Gunakan sabun khusus bayi yang bebas deterjen dan memiliki pH netral.[1,2,4,7]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pencegahan ruam popok dapat diterapkan dengan memperhatikan 5 hal, yaitu air, barrier, cleansing, diaper, dan education. Secara sederhana, 5 hal ini biasa disingkat menjadi “ABCDE”.[5,17]
5 ABCDE: A pada Air
Area yang biasa tertutup popok perlu dibiarkan terekspos dengan udara, tanpa menggunakan popok, selama beberapa jam dalam 1 hari. Melepaskan popok selama beberapa saat dapat meminimalkan terjadinya gesekan, kelembapan kulit, dan kontak antara kulit dengan iritan.[5,17]
5 ABCDE: B pada Barrier
Salep kulit dapat berfungsi untuk mengurangi kontak antara kulit dengan feses dan urin, sehingga dapat terjadi penyembuhan kulit. Salep dapat dioleskan pada saat mengganti popok setelah membersihkan area popok dari feses dan urin.[4,5,7]
5 ABCDE: C pada Cleansing
Keluarga pasien perlu diedukasi bahwa membersihkan area popok dengan terlalu keras atau kasar dapat memperburuk iritasi kulit, dan mengakibatkan penyembuhan lebih lama. Membersihkan kulit harus dilakukan secara lembut, menggunakan air hangat.
Jika memakai pembersih, pilihlah yang khusus bayi dengan pH 5-5,5. Penggunaan pembersih dengan pH netral dapat melawan alkalinisasi enzim feses. Untuk membersihkan area kulit yang terkelupas, dapat menggunakan botol semprot diisi dengan air hangat.
Selain itu, dapat juga menggunakan kain yang direndam air hangat, lalu mengucurkan air pada kulit. Untuk mencegah gesekan lebih lanjut, keringkan kulit dengan cara ditepuk-tepuk menggunakan handuk berbahan lembut.[5,17]
5 ABCDE: D pada Dry Diaper
Popok perlu dijaga tetap kering, dan seharusnya diganti setiap kali defekasi atau urinasi. Pada bayi baru lahir, ganti popok setiap 2 jam pada siang hari. Jika bayi sudah lebih besar, ganti popok setiap 3–4 jam. Ketika sedang mengalami ruam popok, sebaiknya gunakan popok sekali pakai dan bukan popok kain, sebab daya serap lebih baik dan dapat menghindari kulit menjadi lembap.[2,5,17]
5 ABCDE: E pada Education
Jelaskan kepada orang tua, bahwa ruam popok merupakan penyakit yang dapat dicegah, dengan menjaga kebersihan area popok. Pastikan orang tua atau pengasuh mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti popok untuk mencegah kontaminasi. Saat mengelap area popok, lakukan dari dengan ke belakang, dan hindari gerakan yang kasar seperti menggosok kulit.
Beberapa tanda bahaya juga perlu diketahui orang tua, seperti demam, feses disertai dengan darah, perubahan pola defekasi, misalnya konstipasi atau diare, atau perburukan gejala lain. Jika terjadi tanda-tanda di atas, sebaiknya orang tua membawa anak untuk diperiksa oleh dokter. Bila perlu, pasien akan dirujuk ke dokter spesialis kulit dan kelamin untuk tata laksana lebih lanjut.[3,5,17]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra