Penatalaksanaan Ruam Popok
Tujuan penatalaksanaan ruam popok atau diaper rash dibagi menjadi dua, yaitu untuk menyembuhkan kulit yang mengalami iritasi, dan mencegah terjadinya rekurensi.
Beberapa tata laksana yang dapat dilakukan, antara lain menjaga higienitas area popok dengan membersihkan area popok dengan baik dan mengganti popok lebih sering, serta menggunakan pembersih kulit bebas deterjen. Penggunaan produk topikal, misalnya salep zinc oksida dan petrolatum, dapat berfungsi untuk memperbaiki sawar kulit, dan bertindak sebagai barrier antara kulit dengan popok.[2,5]
Terapi Medikamentosa
Obat-obatan yang digunakan dalam tata laksana ruam popok dapat berupa salep yang memperkuat sawar kulit, misalnya yang berbahan dasar zinc oksida atau lanolin. Selain itu, jika terjadi infeksi sekunder maka pengobatan perlu disesuaikan berdasarkan etiologi. Pada kandidiasis, dapat diberikan antifungal topikal, misalnya nistatin, jika berhubungan dengan infeksi bakteri, dapat diberikan salep antibiotik, seperti mupirocin.[4]
Salep Sawar Kulit
Penggunaan salep kulit berguna untuk mencegah dan mengobati ruam popok. Salep berguna untuk memperbaiki sawar kulit, dan menjadi barrier antara kulit dengan popok, urin, dan feses. Salep kulit juga berfungsi untuk mencegah hidrasi berlebihan pada area popok.
Pada kulit bayi yang sehat, salep dapat dioleskan 2 kali seminggu. Bahan dasar salep yang sering digunakan, antara lain zinc oksida, petrolatum, minyak ikan cod, dimethicone, lanolin, dexpanthenol, dan larutan Burrow.
Salep kulit yang mengandung pengawet serta pewangi sebaiknya dihindari, karena berpotensi menyebabkan iritasi dan alergi. Selain itu, produk yang mengandung asam borat, camphor, fenol, benzocaine, dan salisilat juga tidak boleh digunakan, karena dapat menyebabkan toksisitas sistemik dan methemoglobinemia.[2,4,7]
Kortikosteroid Topikal
Salep kortikosteroid berpotensi rendah, misalnya hidrokortison 0,5–1% dioleskan 2 kali sehari, dapat digunakan untuk mengatasi inflamasi persisten yang belum membaik dengan salep sawar kulit. Penggunaan kortikosteroid sebaiknya dalam jangka pendek, tidak melebihi 2 minggu. Salep kortikosteroid dapat dihentikan jika erupsi kulit telah menunjukkan perbaikan.[1,2,4]
Antifungal
Antifungal topikal, misalnya nistatin, dapat digunakan pada ruam popok yang disertai dengan kandidiasis. Salep nistatin dioleskan setiap kali mengganti popok. Namun, jika belum ada perbaikan setelah 1–3 hari, ganti nistatin menjadi golongan azol, seperti clotrimazole, miconazole, atau ketoconazole. Gunakan 2 kali sehari, selama 7–10 hari.
Antifungal dalam formulasi losion lebih dipilih untuk penggunaan pada daerah intertriginosa. Jika menggunakan salep, oles secara tipis-tipis agar tidak terjadi maserasi kulit.[1–3]
Antibiotik
Jika terjadi infeksi sekunder yang diakibatkan bakteri, maka penggunaan antibiotik topikal atau oral akan diperlukan. Jika infeksi bakteri bergejala ringan dan lesi kulit lokal, dapat digunakan salep mupirocin 2 kali sehari selama 5–7 hari. Antibiotik oral dapat digunakan pada kasus infeksi yang lebih berat, misalnya amoksisilin dan asam klavulanat dengan kekuatan 250/125 mg.[1,3,4]
Terapi Non-medikamentosa
Memelihara kebersihan kulit pada area popok sangat penting untuk menjaga integritas kulit dan mencegah iritasi. Kurangi paparan dengan iritan dengan mengganti popok lebih sering, yaitu setiap kali setelah urinasi atau defekasi. Gunakan popok dengan daya serap tinggi (superabsorbent diapers) untuk mencegah area popok menjadi lembap.
Saat memandikan bayi, gunakan sabun bebas deterjen, yang disesuaikan untuk kulit bayi. Formulasi sabun cair yang digunakan sebaiknya memiliki pH netral, dan menggunakan bahan-bahan yang telah disetujui oleh badan pengawas obat dan makanan (BPOM). Suhu air mandi sebaiknya antara 37–40 C.
Jika membersihkan area popok dengan tisu basah, pilih tisu basah dengan kemampuan pH buffer, sehingga dapat mengatasi efek alkalinisasi urin dan menjaga keasaman kulit area popok. Tisu basah juga sebaiknya tidak mengandung iritan, misalnya alkohol, pewangi yang dapat menyebabkan alergi, minyak atsiri, sabun, surfaktan, dan deterjen yang keras, seperti sodium lauryl sulfate.[2,4,7]
Persiapan Rujukan
Meskipun ruam popok merupakan kompetensi dokter umum, terkadang manifestasi klinis cukup berat sehingga pasien perlu dirujuk. Pasien perlu mendapatkan tata laksana lebih lanjut ke spesialis dermatologi jika gejala tidak kunjung membaik dengan pengobatan, atau apabila ditemukannya tanda-tanda berikut:
- Ruam disertai nyeri atau rasa terbakar saat urinasi
- Demam
- Ruam menjalar ke area yang tidak terpapar oleh feses dan urin
- Adanya ulkus atau hilangnya jaringan epidermis
- Timbul komplikasi, seperti selulitis[5,16]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra