Epidemiologi Spina Bifida
Data epidemiologi menunjukkan bahwa spina bifida terjadi pada 3.4 per 10.000 kelahiran hidup yang ada di seluruh dunia. Jenis kelamin perempuan diketahui memiliki predileksi spina bifida yang sedikit lebih tinggi dibanding laki-laki.[6]
Global
Spina bifida merupakan gangguan non kromosomal yang terjadi di Amerika Serikat dengan angka prevalensi sebesar 30 per 100.000 kelahiran hidup. Angka prevalensi ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka prevalensi spina bifida di Eropa.
Berdasarkan data statistik pada tahun 2010, prevalensi penderita adalah sebesar 13.84 per 100.000 kelahiran hidup di Denmark dan 11.38 per 100.000 kelahiran hidup di Belanda. Kondisi spina bifida lebih banyak ditemui di Asia, serta paling rendah ditemukan di Amerika Utara.[1,19,20]
Data epidemiologi di Inggris menunjukkan predileksi spina bifida adalah pada jenis kelamin perempuan. Meskipun predileksi jenis kelamin bervariasi pada beberapa negara lainnya, perempuan lebih sering menderita kondisi ini. Malnutrisi merupakan penyebab spina bifida yang paling umum dijumpai, terutama di negara berkembang.[5,21]
Kondisi spina bifida memiliki dampak terhadap peningkatan beban ekonomi, baik bagi keluarga maupun negara. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga penderita spina bifida akan mengeluarkan biaya 6 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki bayi dengan spina bifida. Penelitian lainnya yang dilakukan di Jerman memperkirakan pengeluaran biaya kesehatan penderita per tahunnya 4.532 euro atau sekitar 70 juta rupiah lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak menderita spina bifida.[1,19]
Di antara bentuk dari spina bifida, myelomeningocele merupakan penyakit defek tuba neural yang paling sering terjadi. Diperkirakan terdapat 1500 kelahiran dengan myelomeningocele setiap tahunnya di Amerika Serikat.[4]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi yang dapat menunjukkan angka prevalensi spina bifida di Indonesia secara pasti. Namun, Berdasarkan data survei Kemenkes RI terhadap 13 rumah sakit dari berbagai provinsi di Indonesia pada tahun 2014, spina bifida dilaporkan sebagai salah satu kelainan saraf kongenital yang paling banyak ditemukan pada bayi.[46]
Sebuah penelitian yang dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa spina bifida terjadi pada 33.33% bayi yang lahir dengan cacat lahir. Prevalensi pada jenis kelamin perempuan mendominasi penderita dengan cacat bawaan dan mayoritas memiliki berat lahir kurang dari 2500 gram.[22]
Mortalitas
Angka mortalitas penderita spina bifida adalah sebesar 1% setiap tahun pada usia 5-30 tahun. Salah satu penyebab tersering kematian anak dengan spina bifida adalah kondisi gagal ginjal.
Konsumsi suplemen asam folat selama kehamilan dilaporkan dapat mengurangi prevalensi spina bifida. Namun, asupan folat tidak dapat menurunkan mortalitas pada anak yang sudah terlahir dengan spina bifida.[3,23,24]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri