Prognosis Spina Bifida
Prognosis spina bifida umumnya dapat menyebabkan berbagai disabilitas akan tetapi dapat berbeda sesuai lokasi lesi, luasnya lesi, waktu diagnosis dan penatalaksanaan, jenis spina bifida, dan adanya hidrosefalus.[3,40,42]
Komplikasi
Meningitis adalah salah satu komplikasi yang dapat terjadi apabila operasi tidak dilakukan dalam 48 jam pasca kelahiran. Kasus ini terutama terjadi pada jenis spina bifida terbuka. Komplikasi lainnya adalah hernia pada bagian otak belakang yang dapat mengkompresi batang otak dan menimbulkan gejala neurologis. Kondisi peningkatan tekanan intrakranial pada anak yang lebih tua dapat berujung pada koma dan kematian.[3,4]
Penderita spina bifida lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih yang bersifat rekuren. Hal ini disebabkan oleh defek fungsi somatik, simpatik, dan parasimpatik kandung kemih yang membuat proses pengosongan urine terganggu. Akibatnya, selain infeksi saluran kemih, penderita juga lebih rentan mengalami penyakit ginjal kronis. Selain itu, seringkali penderita spina bifida mengalami gangguan seksual dan infertilitas sebagai akibat dari gangguan pada spermatogenesis, transpor sperma, disfungsi ereksi, dan ejakulasi.[1,43]
Penurunan kualitas hidup sering kali dialami dan merupakan salah satu aspek yang diperhatikan dalam penatalaksanaan spina bifida. Penderita rentan mengalami depresi, ansietas, kebiasaan seperti minum alkohol, serta berganti-ganti pasangan seksual.
Kualitas hidup juga dikaitkan dengan fungsi kecerdasan yang mempengaruhi kepercayaan diri dan kontribusi dalam komunitas. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup, antara lain lokasi lesi, outcome pasca operasi, status sosio-ekonomi, tingkatan nyeri, dan faktor keluarga.[3,43]
Prognosis
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1983 hingga 2003 menunjukkan lebih dari 85% penderita spina bifida dapat hidup pada usia minimal 20 tahun. Pasca tindakan operasi lebih dari 80% penderita tidak membutuhkan operasi setelah tahun pertama kehidupan. Namun, sebanyak 5-9% penderita meningomielokel membutuhkan prosedur saraf setiap tahunnya.[3,44]
Sebanyak 41-56% penderita yang berusia dewasa mampu mengenyam pendidikan hingga tingkat universitas. Namun, penderita masih memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan orang lain, yang ditunjang dengan data statistik sebanyak 43-77% spina bifida yang berusia dewasa masih hidup dengan orang tua.
Selain itu, fakta ini ditunjang dengan hanya 36-48% penderita yang bekerja secara purna waktu maupun paruh waktu. Prognosis terkait fungsi dalam pekerjaan dipengaruhi oleh masih tingginya diskriminasi dan stigma terhadap penderita serta kurangnya pelatihan.[3,43]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri