Diagnosis Stunting
Diagnosis stunting didapat dari hasil tinggi badan (TB) menurut usia di bawah -2 standard deviation (SD) kurva pertumbuhan WHO. Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk mengonfirmasi adanya infeksi atau kondisi sakit lain yang dapat menyebabkan stunting.
Anamnesis
Anamnesis yang mendalam harus dilakukan untuk dapat mengetahui etiologi dan faktor risiko yang dapat mendasari kondisi stunting. Selain itu, anamnesis lebih dalam diharapkan dapat mendeteksi adanya infeksi penyerta, gangguan tumbuh kembang anak, dan riwayat asupan gizi anak. Dengan anamnesis, klinisi juga dapat mengeksklusi diagnosis banding terhadap gangguan pertumbuhan anak seperti hipotiroid.
Keluhan
Biasanya anak dengan stunting tidak mempunyai keluhan yang spesifik. Orang tua dapat mengeluhkan anak lebih pendek daripada anak seumurannya yang dapat disertai keluhan anak tidak mau makan. Adanya demam dapat menjadi tanda infeksi pada anak. Riwayat konstipasi dan keterlambatan perkembangan perlu ditelaah lebih lanjut karena dapat mengarah ke hipotiroid.
Riwayat Kelahiran dan Pertumbuhan
Riwayat berat lahir rendah dan prematur dapat berhubungan dengan kondisi malnutrisi sejak dalam kandungan. Kondisi kehamilan, riwayat sakit maternal, dan pertambahan berat badan ibu selama hamil juga perlu ditanyakan untuk melihat faktor risiko stunting.
Di samping data antropometri tiap bulan yang mencakup berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala saat lahir juga berguna untuk menilai kecepatan tumbuh anak.[1,2]
Riwayat Nutrisi
Asupan nutrisi baik kualitas maupun kuantitas harus ditanyakan. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) di bawah usia 4 bulan atau yang dikenal sebagai MPASI dini, dapat menjadi penyebab stunting.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan perawakan pendek bisa mengarahkan pada perawakan pendek karena familial. Adanya riwayat pubertas terlambat di keluarga pun dapat berhubungan dengan constitutional delay of growth and puberty (CDGP).
Riwayat keluarga dengan CDGP atau penyakit lain, kosanguinitas yang berhubungan dengan sindrom, penyakit kronis terutama dengan penyebab gangguan endokrin seperti hipotiroid, tumor pituitari, sindrom Cushing, pengobatan seperti kortikosteroid harus ditanyakan untuk membedakan stunting dengan perawakan pendek karena sebab lain.[2,20]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menyeluruh sangat penting dilakukan dalam setiap sesi konseling.
Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital seperti suhu, nadi, dan laju napas dilakukan untuk menilai adanya penyakit penyerta. Peningkatan laju napas dan sesak napas dapat mengarah pada penyakit atau gangguan saluran napas (infeksi, laringomalasia) atau penyakit jantung bawaan yang bisa menjadi faktor risiko stunting. Demam dapat menjadi tanda infeksi.
Pemeriksaan Fisik Terkait Keluhan Anak
Pemeriksaan fisik sesuai keluhan anak untuk mencari faktor risiko stunting misalnya adanya tanda infeksi dan anemia (pucat).
Pengukuran Antropometri
Lakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala; untuk anak di bawah 2 tahun lingkar kepala harus diukur. Setelah diukur, data diplotkan ke kurva pertumbuhan WHO. Interpretasi hasil antropometri berguna untuk menunjang diagnosis.
Anak stunting biasanya juga mengalami underweight yang ditemukan berat badan terhadap usia (BB/U) dibawah -2SD atau wasting yang ditemukan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) < -2 SD pada kurva pertumbuhan. Pada stunting, BB/TB biasanya berada pada area ≤1 SD. Bila BB/TB > 1 SD, lacak ke arah kelainan endokrin seperti defisiensi hormon pertumbuhan, kortisol, hipotiroid.
Kecepatan Pertumbuhan (height increment)
Anak stunting memiliki kecepatan tumbuh yang tidak normal/lebih lambat dari yang seharusnya. Kecepatan tumbuh normal seperti pada tabel dibawah ini. Kita bisa juga gunakan tabel length/height increments WHO untuk melihat dimana letak kecepatan tumbuh anak dibandingkan populasi.[5]
Tabel 1. Kecepatan Pertumbuhan Anak
Usia | Kecepatan pertumbuhan (cm/tahun) |
Intrauterin 0-12 bulan 1-2 tahun 2-5 tahun Prapubertas Pubertas | 600-100 23-27 10-14 6-7 5-5,5 Laki-laki: 10-14 Perempuan: 8-12 |
Sumber: dr. Yoke K Putri, Sp.A, Alomedika, 2020.[2]
Proporsi Tubuh
Rasio segmen atas dan bawah tubuh (A/B) merefleksikan rasio tubuh atas dan kaki. Segmen bawah adalah jarak dari tengah simfisis pubis ke lantai (titik terbawah tubuh saat berdiri) dan segmen atas adalah tinggi badan dikurangi segmen bawah.
Saat lahir, rasio A/B adalah sekitar 1,7:1, dimana segmen atas lebih panjang dari segmen bawah. A/B menurun 0,1 per tahun sampai usia 10 tahun saat A/B menjadi 1:1 (segmen atas=bawah). Setelah 10 tahun, rasio menjadi <1,3. A/B tinggi pada rickets, sindrom Turner, dan akondroplasia. Rasio A/B didapatkan rendah pada sindrom Marfan. Pada stunting, rasio A/B normal, yang mengartikan tubuh proporsional.[29]
Dismorfik
Adanya gambaran dismorfik pada wajah dapat mengindikasikan adanya sindrom atau kelainan kromosom. Pada stunting tidak didapatkan adanya dismorfik.[2,20]
Potensi Tinggi Genetik
Potensi tinggi genetik dapat digunakan untuk memproyeksikan potensi tinggi anak saat dewasa. Pada stunting yang tidak diintervensi dengan baik atau terlambat diintervensi, anak mungkin tidak dapat mencapai potensi tinggi genetiknya saat dewasa. Potensi tinggi genetik dihitung dengan rumus berikut:
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding perlu dipertimbangkan pada pasien dengan perawakan pendek. Klinisi harus dapat membedakan perawakan pendek yang disebabkan karena malnutrisi (stunting) dengan perawakan pendek karena sebab lain.
Perawakan Pendek Familial
Merupakan varian normal perawakan pendek. Keadaan ini dapat ditandai dengan grafik pertumbuhan yang selalu berada dibawah P3 (persentil 3), kecepatan tumbuh normal, usia tulang normal, tinggi badan kedua atau salah satu orang tua pendek, tinggi dewasa <P3, sesuai potensi tinggi genetik. Pada stunting kecepatan tumbuh tidak normal.
Constitutional Delay of Growth and Puberty (CDGP)
Constitutional delay of growth and puberty (CDGP) merupakan varian normal perawakan pendek, dimana terdapat tanda berikut:
- Perlambatan pertumbuhan linear pada 3 tahun pertama kehidupan
- Pertumbuhan linear normal atau hampir normal pada saat prepubertas dan selalu berada di bawah persentil 3
- Usia tulang kurang dari usia kronologis tapi masih sesuai dengan usia tinggi
- Maturasi seksual terlambat
- Tinggi dewasa > persentil 3 (P3) yang berarti normal sesuai potensi tinggi genetik,
- Ada riwayat keluarga dengan CDGP
Defisiensi Hormon Pertumbuhan
Kecepatan tumbuh pada stunting maupun anak dengan defisiensi growth hormone sama-sama tidak normal. Kecepatan tumbuh di bawah persentil 25 (<P25), usia tulang terlambat >2 tahun, kadar growth hormone (GH) <7ng/mL pada 2 jenis uji provokasi, IGF-1 rendah, tidak ada kelainan dismorfik tulang atau sindrom tertentu.
Pada defisiensi growth hormone, BB/TB bisa normal atau meningkat, sedangkan pada stunting, BB/TB biasanya menurun atau berada di area kurva ≤+1 SD.
Kelainan Skeletal
Kelainan skeletal seperti akondroplasia, rickets, dan spondilodisplasia mempunyai kecepatan tumbuh tidak normal disertai bentuk tubuh disproporsional. Pada stunting kita bisa mendapati kecepatan tumbuh yang tidak normal namun bentuk tubuh proporsional.
Kelainan Kromosom dan Sindrom
Anak dengan kelainan kromosom seperti trisomi 21, sindrom Turner atau sindrom Prader-Willi, fetal alcoholic, Russel-Silver, atau Noonan dapat tampak pendek, memiliki kecepatan tumbuh tidak normal, dan wajah dismorfik. Pada stunting tidak didapat kondisi dismorfik.[2,19,29]
Pemeriksaan Penunjang
Malnutrisi dan infeksi kronis merupakan 2 penyebab tersering dari stunting (perawakan pendek). Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang pada stunting bertujuan mengonfirmasi 2 hal tersebut sebelum memikirkan diagnosis banding perawakan pendek lainnya. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, feses rutin, laju endap darah, elektrolit serum, dan pemeriksaan usia tulang.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pada anak dengan stunting dapat juga ditemukan adanya leukositosis sebagai tanda infeksi kronis, anemia sebagai tanda kekurangan zat besi, atau temuan yang diharapkan lainnya.
Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine seperti urinalisis dan kultur urine dapat mengonfirmasi kecurigaan infeksi saluran kemih pada anak stunting. Hasil urinalisis menunjukkan adanya leukosit pada urine dan kultur urine dapat menunjukkan hasil positif pada bakteri tertentu.
Pemeriksaan Feses Rutin
Melalui pemeriksaan feses rutin, dokter dapat menyingkirkan kecurigaan terhadap infeksi parasit serta intoleransi lemak atau laktosa.
Pemeriksaan Usia Tulang/Bone Age
Pemeriksaan usia tulang adalah pemeriksaan untuk menilai maturitas skeletal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan foto sinar X pada pergelangan dan telapak tangan kiri atau pada lutut. Usia tulang yang terlambat (tidak sesuai dengan usia kronologis) bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti:
- Constitutional growth delay
- Kelainan endokrin: (hipotiroid, defisiensi hormon pertumbuhan, panhypopituitarism, hipogonadisme, Cushing disease
- Malnutrisi
- Penggunaan obat: glukokortikoid, amfetamin, analog GnRH, inhibitor aromatase
- Penyakit nonendokrin: penyakit jantung bawaan, penyakit ginjal kronis, juvenile idiopathic arthritis, inflammatory bowel disease, dan tuberkulosis paru
- Sindrom tertentu: sindrom trisomi 13, 18, 21, sindrom Turner, sindrom Klinefelter, sindrom Russell-Silver
Usia tulang yang lebih tua, melebihi usia kronologisnya, dapat disebabkan oleh masalah endokrin seperti constitutional advancement/early bloomer, hipertiroid, pubertas prekoks; nutrisi seperti obesitas; obat seperti estrogen dan kontrasepsi oral; serta sindrom tertentu seperti familial male-limited precocious puberty, sindrom McCune-Albright, sindrom Sotos, sindrom Beckwith-Wiedemann.[2,31]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja