Penatalaksanaan Stunting
Penatalaksanaan stunting meliputi perbaikan nutrisi, mengatasi infeksi dan penyakit kronis yang ada, perbaikan sanitasi dan lingkungan, serta edukasi ibu atau pengasuh utama tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
Perbaikan Nutrisi
Nutrisi merupakan komponen yang penting dalam penatalaksanaan stunting. Perbaikan nutrisi dapat dilakukan dengan pemberian MPASI berkualitas dan suplementasi vitamin.
Makanan Pendamping ASI Berkualitas
Makanan pendamping ASI (MPASI) berkualitas merupakan kunci dalam pencegahan dan penanganan stunting. Strategi pemberian MPASI adalah tepat waktu (saat ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi yaitu usia bayi sekitar 6 bulan), adekuat (memenuhi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien).
Prinsip lain yang diperlukan dalam pemberian MPASI adalah aman dan higienis (proses persiapan dan pembuatan MPASI menggunakan cara, bahan, dan alat yang aman dan higienis), dan diberikan secara responsif (MPASI diberikan secara konsisten sesuai dengan sinyal lapar atau kenyang dari anak.[32]
Pada bayi >6 bulan, WHO menganjurkan variasi makanan minimal mengandung 4 dari 7 kelompok bahan makanan berikut:
- Biji-bijian, akar-akaran, umbi-umbian
- Kacang-kacangan
- Produk susu (susu, yoghurt, keju)
- Daging-dagingan (daging sapi, ikan, unggas, hati)
- Telur
- Buah dan sayur yang kaya vitamin A
- Buah dan sayur lain[33]
Keragaman bahan pangan dan konsumsi makanan dari sumber hewani berhubungan dengan perbaikan pertumbuhan linear.[13,14]
Suatu studi menyatakan bahwa pemberian protein dan multi mikronutrien seperti zat besi, zinc, kalsium, iodine, dan vitamin A, berpengaruh terhadap pertumbuhan linear anak meski anak sudah berusia di atas 2 tahun.[34]
Untuk stunting tanpa wasting/gizi buruk (BB/TB di atas -2 SD), hitung kebutuhan kalori, protein, dan cairan sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) berdasarkan BB ideal menurut umur tinggi. Bila dengan gizi buruk, lakukan manajemen gizi buruk.[35]
Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi Anak
Umur | BB (kg) | Tb (cm) | Energi (kkal) | Protein (g) | Lemak (g) | Karbohidrat (g) | Serat (g) | Air (mL) |
0-6 bulan | 6 | 61 | 550 | 12 | 34 | 58 | 0 | - |
7-11 bulan | 9 | 71 | 725 | 18 | 36 | 82 | 10 | 800 |
1-3 tahun | 13 | 112 | 1125 | 26 | 44 | 155 | 16 | 1200 |
4-6 tahun | 19 | 130 | 1600 | 35 | 62 | 220 | 22 | 1500 |
7-9 tahun | 27 | 142 | 1850 | 49 | 72 | 254 | 26 | 1900 |
Sumber: dr. Yoke K Putri, Sp.A, Alomedika, 2020.[35]
Pemberian Makanan Sumber Protein Hewani
Protein adalah makronutrien yang terdiri dari asam amino. Tubuh manusia bisa mensintesis sejumlah asam amino (nonesensial), tetapi asam amino esensial hanya dapat diperoleh dari makanan.
Asam amino memiliki banyak peran pengaturan dalam pertumbuhan manusia dan metabolisme, seperti sintesis hormon (hormon pertumbuhan, insulin-like growth factor-1 (IGF-1), dan hormon tiroid), pengangkut protein membran sel atau reseptor, dan pembentukan tulang panjang dan sendi.
Beberapa asam amino berperan besar bagi pertumbuhan linear seperti arginin, lisina, dan asam amino yang mengandung sulfur (metionin dan sistein). Banyak studi menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pertumbuhan linear dan protein, terutama sumber hewani dalam bentuk susu.
Efek susu pada pertumbuhan linear lebih tinggi dari sumber protein hewani lain seperti daging atau telur, dan jauh lebih tinggi dari protein nabati seperti kedelai, kacang-kacangan, dan oat.
Protein hewani mengandung lebih banyak asam amino esensial dan asam amino yang mengandung cincin sulfur, yang dapat menunjang pertumbuhan linear lebih baik. Asupan protein dengan protein energy ratio (PER) 12-15% dianjurkan untuk menunjang pertumbuhan linear.
Berdasarkan rekomendasi WHO, Food and Agriculture Organization of the United Nations, & United Nations University tahun 2017, asupan aman protein adalah 11,6 gram/hari untuk anak usia 1 tahun dan 11,9 gram/hari untuk usia 2 tahun. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan 300–350 ml susu sapi.
Studi di Indonesia menyatakan bahwa konsumsi 300 ml susu formula pertumbuhan dapat mencegah stunting pada anak usia 1-3 tahun. Sumber protein hewani lain yang baik diberikan seperti telur, ikan, daging, dan jeroan. Meskipun sangat penting, pemberian protein juga harus dalam jumlah yang tepat karena asupan protein berlebih berhubungan dengan obesitas di kemudian hari.[36,37]
Sebuah studi lain, yang juga dilakukan di Indonesia, menyimpulkan bahwa pemberian formula padat kalori dengan kandungan 1,0 kkal/ml atau 1,5 kkal/ml terbukti efektif dalam meningkatkan berat badan anak dengan malnutrisi ringan hingga sedang.[38]
Pemberian Makanan Pendamping Kaya Lemak
Kualitas lemak pada makanan pendamping ASI sangat penting. Asupan long‐chain‐polyunsaturated fatty acids, terutama omega 3 dan 6 sangat penting pada tahun-tahun pertama kehidupan. Asupan lemak yang rendah memiliki efek negatif pada perkembangan kognitif dan fungsi imun.
Sumber omega 3 yang sering ditemukan antara lain ikan dan minyak nabati. Minyak kedelai dan rapeseed oil mengandung omega 3 yang tinggi; sedangkan minyak sawit, minyak bunga matahari, dan minyak kacang (peanut oil) memiliki kandungan omega 3 yang rendah. Rekomendasi persentase energi dari lemak pada MPASI adalah 30-45%. Beberapa susu formula yang tersedia kini sudah difortifikasi dengan omega 3 dan omega 6.[37]
Suplementasi Zinc
Zinc terbukti dapat menurunkan insidensi diare dan pneumonia, mendukung pertumbuhan linear, dan memiliki efek positif dalam menurunkan angka kematian terkait penyakit infeksi. Studi meta analisis di Asia, Afrika, dan Amerika menyimpulkan bahwa penggunaan zinc dengan dosis 5-40 mg/hari selama 2-12 bulan dapat memperbaiki pertumbuhan linear.
Pada bayi usia 6-23 bulan, suplementasi zinc diberikan rutin selama minimal 2 bulan setiap 6 bulan sekali. Suplementasi 10 mg zinc setiap hari selama 24 minggu dapat menambah tinggi badan. Angka kecukupan zinc adalah 3-16 mg/hari.[16,34,39-41]
Suplementasi Vitamin A
Suplementasi vitamin A terbukti bermanfaat menurunkan angka kematian anak. Studi meta analisis di Asia, Afrika, dan Amerika menyimpulkan bahwa konsumsi vitamin A 5000-200.000 IU dengan selama 3-17 bulan dapat memperbaiki pertumbuhan linear anak.
WHO merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin A sebesar 100.000 U pada bayi usia 6-11 bulan, dan vitamin A 200.000 U tiap 6 bulan pada anak usia 12-59 bulan. Program ini sudah diimplementasikan ke dalam program Kementerian Kesehatan Indonesia setiap bulan Februari dan Agustus (bulan vitamin A).[34,39]
Stimulasi Psikososial
Stimulasi psikososial dan stimulasi perkembangan sesuai usia diperlukan untuk mengatasi stunting dan mencegah komplikasi lebih lanjut (gangguan perkembangan). Memberi kesempatan anak untuk bermain dan belajar dengan gembira sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang anak agar optimal.[1,4,8]
Perbaikan Sanitasi dan Lingkungan
Perbaikan sanitasi, akses air bersih, dan kebersihan lingkungan juga dapat mendukung tumbuh kembang anak. Jamban yang layak dan akses air bersih penting untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan ramah anak.
Lingkungan yang penuh kasih sayang, pola asuh yang baik, dan dukungan masyarakat kepada ibu memberi dampak yang positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak dan berkontribusi pada manajemen stunting.
Perbaikan sosioekonomi masyarakat juga berkontribusi pada pencegahan dan penanganan stunting sehingga diperlukan keterlibatan pemerintah pusat dan daerah dalam mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera untuk mengatasi stunting.[7,8]
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) mencakup semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran untuk meningkatkan kesehatan, individu, keluarga, dan masyarakat.
PHBS di tingkat rumah tangga meliputi mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, mengonsumsi buah dan sayur, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan menghindari rokok.[1]
Selain itu, PHBS juga meliputi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI eksklusif, dan pengukuran berat badan bayi dan balita secara berkala.
Terapi Suportif
Stimulasi psikososial, memperbaiki lingkungan tempat tinggal anak, meningkatkan kebersihan lingkungan, dan edukasi tentang asupan gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat harus dilakukan sebagai bagian dari tata laksana stunting yang komprehensif.[1,22]
Rujukan
Perawakan pendek yang mengarah ke kelainan endokrin atau penyebab nonmalnutrisi lainnya dirujuk ke spesialis terkait sesuai etiologi (spesialis anak atau spesialis anak konsultan endokrinologi). Stunting dengan penyulit dan atau infeksi berat dapat dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih lengkap dengan layanan spesialistik (spesialis anak atau spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik).
Bila ada gangguan oromotor dapat dirujuk ke spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik. Stunting yang tidak membaik dengan pemberian nutrisi yang adekuat dapat dirujuk ke dokter spesialis anak untuk evaluasi dan manajemen lebih lanjut.[2]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja