Epidemiologi Stunting
Berdasarkan data epidemiologi, kasus stunting masih tergolong tinggi secara global maupun di Indonesia. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 menyatakan bahwa masih ada 30,8% balita di Indonesia yang berperawakan pendek.
Global
Stunting diperkirakan dialami oleh 21,9% balita atau 149 juta anak balita di seluruh dunia pada tahun 2018. Di Asia Tenggara diperkirakan sekitar 14,4 juta balita mengalami stunting. Walaupun jumlahnya menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun tetap masih tinggi. WHO menyatakan bahwa prevalensi stunting di atas 20% merupakan masalah kesehatan masyarakat.[24,25]
Indonesia
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 menyatakan bahwa masih ada 30,8% balita di Indonesia yang stunted/berperawakan pendek. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan tahun–tahun sebelumnya (Riskesdas 2013 balita pendek dan sangat pendek sebesar 37,2%), namun jumlah ini masih sangat besar dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.[25,26]
Mortalitas
Stunting bukan merupakan penyebab langsung kematian. Mortalitas stunting berhubungan dengan penyakit penyertanya. Stunting meningkatkan morbiditas dan mortalitas infeksi, terutama pneumonia dan diare, serta sepsis, tuberkulosis paru, meningitis, dan hepatitis.
Dari sebuah studi kohort yang dilakukan di Inggris, ditemukan bahwa dari 3877 anak, sebanyak 391 orang meninggal pada usia 36-64 tahun. Anak yang pendek (short stature) memiliki mortalitas yang lebih besar 30-60 tahun kemudian.[27,28]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja