Patofisiologi Dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ)
Patofisiologi dislokasi temporomandibular joint/TMJ atau dislokasi mandibula berkaitan dengan pergeseran atau terlepasnya processus condylaris/kondilus mandibula dari fossa glenoid tulang temporal. Berbagai komponen myofascial berperan saat gerakan membuka dan menutup rahang. Berdasarkan fungsinya, komponen myofascial terdiri dari:
- Otot elevator, yaitu otot masseter, temporalis, dan pterygoideus medialis
- Otot retruder, yaitu otot temporalis, dan digastricus
- Otot protruder, yaitu otot pterygoideus lateralis
- Otot depresor, yaitu otot digastricus, mylohyoid, dan geniohyoid[1–3]
Gambar 1. Otot Mastikasi dan Temporomandibular Joint (TMJ). Sumber: Yeon-Hee Lee, et al., 2021.
Secara umum, dislokasi TMJ disebabkan karena kurangnya koordinasi otot-otot tersebut saat proses penutupan mulut. Hal ini menyebabkan kepala kondilus mandibula (processus condylaris) tidak berada pada posisi normalnya, yaitu pada fossa glenoid tulang temporal.[1–3]
Arah Dislokasi Kondilus Mandibula
Arah dislokasi kondilus mandibula (processus condylaris) anterior, posterior, superior, maupun lateral dari eminensia artikularis.
Dislokasi Anterior
Dislokasi anterior merupakan yang paling sering, di mana kondilus mandibula tertahan di depan dan atas dari eminensia artikularis. Dislokasi kondilus mandibula ke anterior menyebabkan spasme otot elevasi mandibula oleh otot temporalis dan masseter sebelum relaksasi otot pterygoideus lateralis. Dislokasi TMJ ke anterior biasanya disebabkan karena membuka mulut terlalu lebar, dan tindakan intubasi. Kondisi ini berisiko untuk dislokasi berulang.[1–3,6,12]
Dislokasi Posterior
Dislokasi TMJ ke arah posterior biasanya karena tekanan atau pukulan ke rahang, sehingga kondilus mandibula terdorong ke arah posterior (ke arah mastoid). Karena ke arah mastoid, kondisi ini bisa disertai dengan cedera kanalis akustikus eksterna sehingga kanal menyempit secara temporer maupun permanen.[1–3,6]
Dislokasi Lateral
Dislokasi lateral biasanya terjadi karena terdapat fraktur mandibula. Kondilus dapat dislokasi relatif ke lateral dari fossa glenoid (tipe I), atau di lateral-superior pada fossa temporalis melewati arcus zygomaticus (tipe II).[1–3,6]
Dislokasi Superior
Dislokasi superior dapat terjadi karena pukulan saat mulut terbuka sebagian, yang menyebabkan perpindahan kondilus ke arah atas. Kondisi ini dapat disertai fraktur pada fossa glenoid dan dislokasi kondilus mandibula ke bagian medial basis cranii. Selain itu, dapat melibatkan saraf kranial VII dan VIII.
Kondisi ini dapat disertai kontusio serebri dan hematoma intrakranial, serta kebocoran cairan serebrospinal (CSF). Dislokasi superior seringkali ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor serta cedera tumpul.[1–3,6]
Hilangnya Koordinasi Komponen Myofascial
Hilangnya koordinasi dari komponen myofascial berhubungan dengan miospasme, trauma, atau gerakan rahang yang salah. Miospasme sering terjadi karena kurangnya relaksasi otot-otot protruder dan elevator secara bersamaan. Hal ini berakhir pada kontraksi spastik dan mencegah kembalinya TMJ ke posisi normal (self-reduction) saat kepala kondilus terjebak pada jaringan lunak fossa infratemporal.
Dislokasi TMJ dapat bersifat reducible maupun irreducible. Dislokasi TMJ yang reducible merupakan kondisi di mana kondilus mandibula dapat kembali secara spontan ke fossa glenoid (subluksasi). Sedangkan dislokasi TMJ yang irreducible terjadi bila dislokasi kondilus terjadi secara komplit dan tidak dapat kembali spontan (luksasi), di mana mulut akan tetap terbuka dan gigi-geligi tidak dapat beroklusi.[1,3]
Faktor Lain yang Menyebabkan Dislokasi TMJ
Walaupun sering berhubungan dengan gangguan koordinasi otot rahang, patogenesis dislokasi TMJ bersifat multifaktorial. Terdapat berbagai jaringan lain yang penting untuk menjaga stabilitas sendi, seperti kapsul sendi yang didukung oleh berbagai ligamen. Oleh karena itu, dislokasi TMJ juga dapat berkaitan dengan capsular weakness dan kelemahan ligamen.
Perpidahan kondilus mandibula keluar dari fossa glenoid juga dapat dipengaruhi oleh perubahan morfologi kondilus, fossa glenoid, eminensia artikularis, arcus zygomatic, dan fissura petrotimpani (fissura glaserian). Kondisi ini menyebabkan kondilus terhalang untuk kembali pada posisi normal.[3,5]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli