Diagnosis Fluorosis Gigi
Diagnosis fluorosis gigi dapat ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan jika diperlukan pemeriksaan penunjang. Kecurigaan dokter terhadap fluorosis gigi harus muncul ketika pada pemeriksaan fisik terdapat noda atau bercak berwarna cokelat tua atau kuning, dan tampak enamel gigi geligi mudah luruh pada saat dilakukan probing.[9]
Selain itu, dari anamnesis bisa didapatkan riwayat mengonsumsi air minum dari sumber air dekat rumah (sumur), dimana lingkungan tempat tinggal pasien berada di kaki pegunungan, tepi pantai, wilayah yang memiliki kandungan kapur tinggi, atau berada pada wilayah yang masuk program fluoridasi air minum.[21]
Anamnesis
Anamnesis yang perlu dilakukan jika dicurigai pasien menderita fluorosis gigi adalah riwayat paparan fluoride di masa lampau. Khususnya adalah paparan fluoride pada usia di bawah 8 tahun, mengingat fluorosis gigi hanya akan terjadi jika terdapat paparan fluoride dalam jumlah masif sebelum usia 8 tahun, yaitu pada masa pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.[5]
Perhatikan sumber air minum pasien. Apakah pasien minum dari sumber air dekat rumah (sumur), perusahaan air minum negara, atau air minum kemasan. Jika minum dari sumber air dekat rumah, maka perhatikan apakah pasien tinggal di area yang secara geologis kaya akan fluoride atau tidak. Jika pasien minum dari perusahaan air minum negara (PDAM), maka perhatikan apakah wilayah tersebut memiliki riwayat program fluoridasi air minum oleh pemerintah atau tidak.
Selain itu, telaah pula kemungkinan asupan fluoride dari sumber lain, seperti makanan ringan atau siap saji yang memiliki kandungan Kalsium Fluorida (CaF2), teh, gelatin, kulit ayam, garam fluoridasi, hingga konsumsi antibiotik amoxicillin pada anak usia 20-24 bulan. Jika pasien memiliki riwayat konsumsi salah satu bahan di atas secara masif, maka perlu dicurigai pasien menderita fluorosis.
Beberapa kelas antibiotik yang diresepkan pada anak dapat menyebabkan terjadinya fluorosis, utamanya golongan tetrasiklin (doxycycline) dan fluoroquinolone (ciprofloxacin). Penggunaan amoxicillin pada anak usia 20-24 bulan juga telah dihubungkan dengan fluorosis pada gigi permanen, namun studi lebih lanjut masih diperlukan.
Riwayat penggunaan pasta gigi juga perlu ditelaah lebih lanjut. Seringkali pada usia anak-anak, pasta gigi tidak sengaja tertelan atau anak-anak memakan pasta gigi secara sengaja karena menyukai rasanya. Jika terjadi secara berkelanjutan, dan pasta gigi yang digunakan mengandung fluoride, maka dapat menyebabkan fluorosis.[14]
Perlu diperhatikan pula paparan fluoride dari sumber lingkungan lain, seperti asap rokok dan polusi industri. Polusi industri yang dimaksud contohnya fluoride yang terkandung dalam debu dan asap dari sisa pembuangan industri baja, alumunium, tembikar, kaca, batu bata, pupuk fosfat, pengelasan, pabrik fluoridasi air, pendinginan, penghilang karat, penyulingan minyak, plastik, farmasi, pasta gigi, bahan kimia, dan mobil.[18]
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis fluorosis gigi dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik gigi, khususnya dengan pemeriksaan visual. Pertama-tama, posisikan pasien agar terpapar sinar alami (cahaya matahari). Kemudian, permukaan gigi yang akan diperiksa harus dalam keadaan kering dan bersih.[21]
Fluorosis gigi ringan ditandai dengan penampakan gigi geligi yang terselimuti serpihan seperti salju yang tidak memiliki batas jelas, berwarna buram, bintik-bintik putih, garis putih sempit mengikuti struktur perikymata.[12]
Fluorosis gigi sedang hingga berat ditandai dengan enamel yang berada di bawah permukaan pada sepanjang gigi menjadi lebih keropos. Enamel tampak berubah warna menjadi kuning, cokelat, atau banyak lesi yang muncul berwarna putih kecoklatan yang tampak seperti karies.[8]
Tingkat keparahan peluruhan enamel juga dapat dilihat dengan melakukan palpasi menggunakan probe atau sonde. Semakin mudah luruh, maka kondisi fluorosis gigi semakin parah.[12]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari fluorosis gigi merupakan kelainan pada struktur enamel lainnya, seperti:
- Hipoplasia Turner: fluorosis gigi terjadi lebih tergeneralisir
Karies gigi: karies seringkali berwarna hitam, dan jika sudah mendekati kamar pulpa akan menimbulkan rasa sakit
- Trauma pada gigi: trauma gigi terjadi lebih terlokalisasi, dapat menyebabkan avulsi gigi dan tidak ada riwayat paparan fluorida[9,21]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang fluorosis gigi dapat dilakukan jika dokter gigi masih ragu akan kondisi klinis, dan untuk melihat tingkat keparahan fluorosis. Pemeriksaan penunjang ini meliputi pemeriksaan radiografi, Sialic Acid/Glycosaminoglycan Test (SA/SAG), pemeriksaan hemoglobin, dan tes kandungan fluoride di dalam air minum, darah dan urine pasien.
Radiografi
Pemeriksaan radiografi yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis fluorosis gigi adalah Orthopantomograph (OPG). Pemeriksaan OPG digunakan untuk melihat densitas enamel pada gigi geligi. Hasil dari pemeriksaan ini menjadi pertimbangan dokter gigi untuk melakukan intervensi atau tidak. Semakin sedikit densitas enamel yang terlihat, maka semakin diperlukan tindakan intervensi.[22]
Tes Sialic Acid/Glycosaminoglycan (SA/GAG)
Pemeriksaan penunjang Sialic Acid/Glycosaminoglycan Test (SA/SAG) digunakan untuk deteksi dini toksisitas fluoride. Pemeriksaan ini dapat membedakan fluorosis dari jenis penyakit lain. SA/GAG akan berkurang pada kondisi fluorosis, tapi akan meningkat secara drastis pada kondisi ankylosing spondylitis. Sementara itu, nilai SA/GAG tidak akan berubah secara signifikan pada kondisi arthritis, osteoporosis, dan spondilosis.[23]
Tes Kandungan Fluoride
Kandungan fluoride yang perlu diuji adalah di dalam tubuh dan air minum setempat. Tes yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan fluoride di dalam tubuh adalah serum darah dan urine. Namun demikian, serum darah seringkali tidak memberikan hasil yang informatif karena fluoride dalam sirkulasi darah sangat dinamis; langsung diabsorpsi oleh jaringan lain dan diekskresikan.
Tes urine lebih informatif jika dibandingkan dengan serum darah. Fluoride dalam urine pasti akan tinggi ketika pasien mengonsumsi bahan makanan atau obat-obatan yang tinggi fluoride. Selain itu, ketika pasien keluar dari daerah endemik fluoride dan tinggal di daerah non-endemik, ekskresi fluoride pada urine akan tinggi selama jangka waktu 1-2 bulan.[1]