Penatalaksanaan Karies Gigi
Prinsip tatalaksana karies gigi bertujuan untuk menjaga struktur gigi dan mencegah kerusakan gigi lebih lanjut. Pengobatan karies gigi perlu mempertimbangkan ada tidaknya kavitasi serta luas jaringan yang telah mengalami kerusakan.
Sebisa mungkin karies gigi diterapi awal dengan perawatan non invasif seperti remineralisasi, menghilangkan plak gigi serta perubahan gaya hidup. Pada kondisi karies gigi dengan kavitasi, lesi perlu dikontrol dengan perawatan invasif minimal seperti restorasi dental.
Remineralisasi
Karies gigi tanpa adanya kavitasi umumnya hanya memerlukan tindakan remineralisasi dan perubahan gaya hidup, seperti mengurangi konsumsi gula.
Terapi remineralisasi gigi merupakan pengobatan yang paling umum digunakan dalam terapi karies gigi. Remineralisasi gigi lebih disarankan digunakan pada karies gigi yang hanya pada permukaan enamel. Berikut ini merupakan agen-agen yang dapat digunakan dalam terapi karies gigi tanpa kavitasi:
Fluoride
Fluoride memiliki peran dalam remineralisasi, di mana konsentrasi fluoride pada plak dan saliva akan meningkatkan pembentukan fluoroapatite, yang bersifat resisten terhadap asam. Hal ini kemudian dapat menghambat demineralisasi dan mempercepat remineralisasi.
Fluoride memiliki banyak bentuk, seperti stannous fluoride, sodium fluoride, dan sodium monofluorofosfat. Umumnya fluoride dapat ditemukan pada pasta gigi, gel, foam, obat kumur, dan varnish.[1,17]
Casein Phosphopeptides (CPP)
Casein phosphopeptides (CPP) merupakan agen remineralisasi terbaru, agen ini dapat memelihara supersaturasi ion fosfat dan kalsium untuk meningkatkan remineralisasasi. [1,17]
Xylitol
Xylitol merupakan pengganti gula yang sudah banyak digunakan dalam permen karet. Xylitol dapat memiliki efek remineralisasi dan memiliki efek yang sangat menguntungkan apabila digunakan bersamaan dengan fluoride.[1,17]
Penutupan Ceruk dan Fisura
Penutupan ceruk dan fisura merupakan material berbahan resin yang sering digunakan untuk remineralisasi karies gigi. Melalui penutupan karies gigi dengan material ini, maka dapat mencegah pertumbuhan bakteri sisa makanan pada bagian ceruk dan fisura gigi.
Tindakan ini dianjurkan pada karies dini dengan ceruk dan fisura gigi yang dalam, umumnya pada gigi bagian belakang. Selain itu, penutupan ceruk dan fisura juga lebih sering digunakan pada anak-anak, dikarenakan morfologi ceruk dan fisura gigi pada anak lebih dalam.[7,17]
Semen Glass Ionomer
Semen glass ionomer adalah bahan tumpatan yang terdiri atas powder fluoroamino silicat glass dan liquid polyacrylic acid, polybasic carboxylic acid, dan air. Bahan ini bekerja dengan melepaskan fluor dan menghambat pembentukan asam dengan cara berinteraksi dengan bakteri.
Untuk karies gigi pada permukaan enamel, semen glass ionomer dapat digunakan untuk mencegah terbentuknya karies sekunder. Bahan ini juga dapat digunakan pada karies dengan kavitasi.[7,17]
Restorasi Dental
Pada karies gigi yang sudah mencapai dentin atau lebih dalam, tindakan remineralisasi umumnya tidak cukup dalam memperbaiki struktur gigi dan diperlukan tindakan yang lebih invasif seperti restorasi dental.
Restorasi dental atau penambalan merupakan proses pencegahan perluasan karies dengan cara menambal struktur jaringan gigi yang hilang dengan bahan restorasi. Terapi ini lebih disarankan pada karies gigi yang mencapai lapisan enamel sampai dentin. Berikut ini merupakan beberapa bahan restorasi yang dapat digunakan:
Resin Komposit
Resin komposit merupakan bahan restorasi dental yang paling sering digunakan. Bahan ini terdiri atas filler, monomer metakrilat, dan katalis, yang memiliki sediaan dalam bentuk pasta. Resin komposit memiliki keunggulan dalam warna yang menyerupai gigi sehingga estetika gigi pasien lebih terjaga.
Pada gigi sulung, penggunaan bahan resin komposit terbatas. Hal ini dikarenakan prosedur pada penggunaan resin komposit memerlukan etsa asam, di mana dapat merusak dentin gigi sulung yang tipis dan mengiritasi pulpa.[4,7]
Semen Glass Ionomer
Penggunaan bahan restorasi glass ionomer lebih banyak digunakan pada anak-anak. Hal ini dikarenakan gigi susu pada anak tidak dapat dilakukan penambalan menggunakan resin komposit.
Tidak seperti resin komposit, warna pada glass ionomer berwarna putih kekuningan.
Oleh karena itu, bahan ini pada orang dewasa lebih banyak digunakan sebagai perawatan konservasi pada gigi yang tidak memerlukan estetika, terutama pada gigi belakang. Glass ionomer juga dapat mengeluarkan fluor sehingga dapat mencegah terjadinya karies sekunder.[1,7]
Perawatan Saluran Akar
Karies gigi yang mencapai pulpa membutuhkan perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar, atau dikenal juga sebagai terapi endodontik, merupakan tindakan untuk mengambil seluruh jaringan pulpa yang vital atau patologis dari rongga pulpa suatu gigi.
Selanjutnya, rongga yang terbentuk diisi dengan material inert untuk mencegah infeksi. Dengan demikian, rongga dalam gigi akan terdesinfeksi, ekstraksi gigi tidak perlu dilakukan, dan gigi tetap dapat berfungsi, walau kehilangan vitalitasnya.
Tindakan ini tidak dianjurkan pada kondisi berikut ini:
- Destruksi jaringan periapikal yang luas, melebihi sepertiga panjang akar
- Obstruksi saluran akar, misalnya akibat batu pulpa atau kalsifikasi saluran akar
- Kondisi lain seperti resorpsi akar gigi luas, resorpsi interna, atau telah terjadi perforasi bifurkasi[1,7]
Ekstraksi Gigi
Ekstraksi gigi dilakukan pada karies gigi dengan kerusakan yang sangat parah dan sudah tidak dapat dilakukan restorasi. Ekstraksi gigi juga dilakukan pada gigi yang tidak dapat ditangani dengan perawatan saluran akar. Apabila pasien memiliki penyakit hipertensi, diabetes mellitus, atau gangguan pembekuan darah, penyakit tersebut harus dipastikan terkontrol sebelum melakukan tindakan.[1,4,7]
Oral Hygiene
Menjaga kebersihan mulut merupakan hal penting dalam menanggulangi karies gigi. Pasien dianjurkan untuk menyikat gigi secara rutin menggunakan pasta gigi mengandung fluoride. Tak hanya itu, pasien dapat dianjurkan untuk membersihkan interdental dengan dental flossing maupun sikat interdental.[20]
Perubahan Gaya Hidup
Konsumsi gula yang berlebihan akan memudahkan pertumbuhan bakteri kariogenik di dalam rongga mulut sehingga pasien disarankan untuk mengurangi konsumsi asupan makanan dan minuman manis atau karbohidrat yang dapat difermentasi seperti glukosa, fruktosa, maltosa, dan sukrosa.[1]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri