Diagnosis Maloklusi
Diagnosis maloklusi atau malocclusion dapat ditegakkan pada pasien yang mengalami ketidakselarasan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah. Anamnesis perlu mencari keluhan seperti food retention, food impaction, gangguan mengunyah, atau gangguan membersihkan gigi. Pemeriksaan fisik dilakukan secara intraoral maupun ekstraoral. Diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan sefalometri dan panoramik.[1,2]
Anamnesis
Anamnesis yang perlu dilakukan oleh dokter gigi meliputi keluhan utama, tanda dan gejala halitosis, riwayat kesehatan dental, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat kebiasaan sehari-hari.[17-18]
Umumnya, keluhan utama yang membuat pasien berkunjung ke dokter gigi adalah gigi berjejal parah yang menyebabkan food impaction dan food retention dan banyaknya karies akibat kondisi gigi geligi yang sulit dibersihkan.[1,2]
Selain itu, keluhan utama juga dapat berupa penumpukan plak dan kalkulus di satu area gigi yang berjejal sehingga menyebabkan kerusakan periodontal atau kurangnya rasa percaya diri (biasanya karena overjet yang besar). Keluhan utama juga mungkin berupa kesulitan saat mengunyah (biasanya terjadi pada open bite) dan berkurangnya kemampuan mengucapkan huruf atau kata tertentu.[1,2]
Lakukan anamnesis untuk mengungkap etiologi maloklusi pasien, terutama kebiasaan buruk yang berkaitan dengan terjadinya maloklusi, seperti mengisap jempol, tongue thrusting, tongue sucking, atau menggigit kuku dan bibir.[1,2]
Selain itu, lakukan pula anamnesis untuk mengungkap seberapa besar motivasi pasien untuk menjalani perawatan. Perawatan maloklusi membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit, sehingga memerlukan tingkat kooperativitas yang tinggi dari pasien.[1,2]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan intraoral terdiri dari perkusi untuk menilai kesehatan jaringan periodontal gigi yang terdampak maloklusi, sondasi untuk menilai keberadaan karies, dan palpasi untuk menilai dampak maloklusi terhadap jaringan keras dan jaringan lunak. Selain itu, identifikasi tipe maloklusi yang terjadi.[1,2]
Saat pemeriksaan ekstraoral, perhatikan apakah maloklusi membuat adanya asimetris wajah atau rahang. Perhatikan pula profil wajah, apakah ada perubahan yang signifikan akibat maloklusi atau tidak.[1,2]
Lakukan klasifikasi maloklusi untuk menyusun rencana perawatan yang efektif, efisien, holistik, dan komprehensif. Klasifikasi yang paling sering digunakan untuk menegakkan diagnosis maloklusi adalah klasifikasi Angle. Kemudian, terdapat modifikasi klasifikasi Angle untuk mengakomodasi kondisi yang tidak terdefinisikan oleh klasifikasi Angle, yaitu modifikasi Dewey.[1,2]
Klasifikasi Angle
Klasifikasi maloklusi menurut Angle mendasarkan penilaian terhadap molar 1 permanen maksila dan mandibula sebagai kunci oklusi.
Kelas I Angle:
Kelas ini merupakan neutroklusi. Pada kelas ini, cusp mesiobukal molar 1 atas yang permanen beroklusi tepat pada groove bukal molar 1 bawah permanen.[1,2]
Kelas II Angle:
Kelas ini merupakan distoklusi. Pada kelas ini, cusp mesiobukal molar 1 atas permanen beroklusi di antara cusp mesiobukal molar 1 bawah permanen dan tepi distal cusp bukal premolar 2 bawah permanen.[1,2]
Kelas II Angle ini dapat dibedakan menjadi 2 divisi, yaitu divisi 1 dan divisi 2. Pada divisi 1, terdapat proklinasi gigi incisivus maksila. Sementara itu, pada divisi 2, terdapat retroklinasi gigi incisivus maksila. Selain itu, terdapat pula subdivisi. Subdivisi adalah kondisi jika kelas II Angle hanya ditemukan pada 1 sisi rahang saja (kanan atau kiri saja), sedangkan sisi lainnya normal.[1,2]
Kelas III Angle:
Kelas ini merupakan mesiooklusi. Pada kelas ini, cusp mesiobukal molar 1 atas yang permanen beroklusi di antara molar 1 dan molar 2 bawah permanen.[1,2]
Kelas III Angle dapat dibedakan menjadi 2, yaitu true dan pseudo. Pada kondisi true, terdapat kondisi kelas III yang memang tampak nyata di rahang pasien. Sementara itu, kondisi pseudo adalah kondisi di mana maloklusi kelas III sebenarnya tidak tampak, tetapi pasien menggerakkan mandibula ke depan saat menutup mulutnya, sehingga terkesan ada kelas III.[1,2]
Selain itu, pada kelas III Angle ini juga ada kondisi subdivisi, di mana kelas III hanya ditemukan pada satu sisi saja.[1,2]
Modifikasi Dewey
Tidak semua jenis maloklusi terakomodasi oleh klasifikasi Angle. Oleh sebab itu, Dewey melakukan modifikasi klasifikasi Angle untuk menyempurnakannya. Dewey melakukan modifikasi pada kelas I dan III Angle.[1,2]
Kelas I Angle Modifikasi Dewey:
Ada 5 tipe modifikasi Dewey pada kelas I Angle, yaitu: 1) crowding anterior; 2) incisivus atas protrusive; 3) crossbite anterior; 4) crossbite posterior; dan 5) molar 1 permanen mengalami tilting atau bodily movement ke arah anterior/mesial.[1,2]
Kelas III Angle Modifikasi Dewey:
Pada kelas III, Dewey memberikan 3 tipe modifikasi, yaitu: 1) gigi anterior maksila dan mandibula mengalami edge-to-edge; 2) incisivus mandibula mengalami crowding dan berposisi lebih ke arah lingual daripada gigi incisivus atas; dan 3) crossbite anterior, sementara incisivus atas mengalami crowding.[1,2]
Diagnosis Banding
Protokol diagnosis banding dalam kasus maloklusi meliputi analisis profil wajah dan analisis keterlibatan skeletal. Protokol terdiri dari pemeriksaan subjektif, objektif, analisis model studi, analisis foto wajah, dan analisis foto rontgen.[1,2]
Model studi digunakan untuk melakukan pengukuran dan perhitungan mengenai bentuk dan ukuran rahang, ukuran mesiodistal gigi geligi individual, dan discrepancy lengkung rahang atas dan bawah. Selain itu, model studi juga digunakan untuk mengetahui bentuk dan ukuran lengkung gigi, menentukan relasi molar (klasifikasi Angle) serta letak malrelasi dan malposisi gigi, ataupun mengetahui ada tidaknya malformasi (kelainan bentuk) gigi.[1,2]
Foto profil wajah pasien perlu diambil dari frontal dan lateral. Analisis foto profil wajah bertujuan untuk menentukan adanya abnormalitas tentang tipe profil, bentuk wajah, dan bentuk kepala pasien. Tipe profil terdiri dari cembung, lurus, dan cekung. Bentuk muka terdiri dari brakhifasial, mesofial, dan oligofasial. Sementara, bentuk kepala terdiri dari brakhisefali, mesosefali, dan oligosefali.[1,2]
Selanjutnya, analisis foto rontgen digunakan untuk mengamati keadaan jaringan dentoskeletal pasien yang tidak dapat teramati secara langsung melalui pengamatan klinis. Umumnya, kasus maloklusi membutuhkan rontgen panoramik dan sefalometri. Namun, tidak menutup kemungkinan dokter gigi akan menggunakan rontgen periapikal atau bitewing untuk tujuan tertentu.[1,2]
Protokol diagnosis banding ini akan membantu dokter gigi mengetahui apakah kondisi maloklusi pasien merupakan kondisi true atau pseudo. Dokter gigi juga akan tahu apakah kondisi maloklusi disebabkan oleh faktor dental atau melibatkan skeletal, dan apakah profil kepala dan wajah berkorelasi dengan maloklusi. Dari hasil analisis ini, dokter gigi dapat menuliskan beberapa kondisi maloklusi secara bersamaan dan digunakan sebagai diagnosis banding kasus tersebut.[1,2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang umum digunakan pada maloklusi adalah panoramik dan sefalometri. Foto rontgen panoramik digunakan untuk melihat kondisi gigi geligi serta jaringan pendukungnya secara keseluruhan dan satu lembar rontgen.[1,2]
Sementara itu, rontgen sefalometri akan memberikan informasi yang detail mengenai kondisi maloklusi yang diderita pasien. Hasil analisis sefalometri berupa pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial, pola abnormalitas kraniofasial, kondisi jaringan lunak dan jaringan keras area orokraniofasial, posisi gigi terhadap rahang, serta hubungan antara maksila dan mandibula dengan basis kranium.[1,2]