Diagnosis Periodontitis
Diagnosis periodontitis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan intraoral, dan pemeriksaan penunjang. Sering kali periodontitis merupakan hasil dari gingivitis yang tidak dirawat dengan baik. Dengan demikian, penting untuk mengetahui gejala periodontitis secara dini agar dapat dilakukan intervensi yang tepat agar periodontitis tidak berkembang menjadi lebih parah.
Anamnesis
Anamnesis yang adekuat dapat menuntun dokter gigi kepada diagnosis periodontitis. Biasanya, pada kasus periodontitis pasien akan memberikan keluhan seperti merasakan sakit pada gigi saat digunakan untuk mengunyah makanan yang keras, gigi terasa lebih tinggi atau seperti ada yang mengganjal, gusi terasa gatal, gusi mudah berdarah saat menyikat gigi atau mengunyah makanan, gigi goyang, dan halitosis.[17]
Periodontitis Agresif
Pada kasus periodontitis agresif, keterangan pasien yang dapat diungkap pada saat anamnesis adalah riwayat keluarga, waktu kejadian penyakit serta kerusakan yang menyertai, dan kebiasaan menyikat gigi atau kontrol ke dokter gigi.
Biasanya keterangan pasien yang mengalami periodontitis agresif adalah memiliki riwayat keluarga yang juga terserang periodontitis agresif, penyakit berkembang dengan sangat cepat disertai kerusakan yang masif, padahal pasien sudah rajin menyikat gigi secara benar dan bahkan rutin kontrol ke dokter gigi.[18]
Periodontitis Kronis
Pada periodontitis kronis, hal yang biasanya terungkap melalui anamnesis adalah gusi terasa gatal, peradangan pada gusi hingga mengeluarkan darah baik pada saat mengunyah atau menyikat gigi, akar gigi terlihat karena gusinya turun, gigi goyah atau bergerak dari posisi sebagaimana mestinya, nyeri saat mengunyah, tanggalnya gigi, hingga keluhan bau mulut yang menetap.[3]
Periodontitis Karena Penyakit Sistemik
Pada periodontitis karena penyakit sistemik, hal yang dapat diungkap dari anamnesis adalah apakah ada riwayat penyakit sistemik yang pernah atau sedang diderita pasien. Sampaikan pertanyaan terbuka maupun tertutup untuk mengerucutkan kemungkinan kehadiran 3 penyakit sistemik yang dianggap paling banyak bermanifestasi di rongga mulut yaitu diabetes mellitus, HIV, dan penyakit kardiovaskular.
Selain itu, perlu digali seberapa lama dan seberapa parah penderita mengalami penyakit sistemik tersebut. Kemudian, lakukan penilaian apakah penyakit tersebut memang benar merupakan faktor predisposisi utama dari periodontitis atau bukan.[19]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, periodontitis dapat menunjukkan peningkatan probing depth sulkus gingiva, perdarahan saat probing (bleeding on probing), hilangnya perlekatan gingiva (attachment loss), serta resorbsi tulang alveolar baik secara vertikal maupun horizontal
Periodontitis Agresif
Periodontitis agresif terjadi pada penderita usia muda, tanpa penyakit sistemik, dan tanpa adanya plak dan kalkulus dalam jumlah yang besar. Penyakit ini memiliki perkembangan yang cepat, ditandai dengan hilangnya perlekatan, kerusakan tulang alveolar secara masif dan luas, biasanya mengenai beberapa gigi sekaligus.
Periodontitis agresif memiliki rasio plak dan kalkulus dengan keparahan peradangan yang tidak berimbang. Sering kali plak dan kalkulus hanya ditemukan dalam jumlah minimal, namun kerusakan yang terjadi sudah sangat masif.[20]
Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis terjadi pada penderita usia lanjut, memiliki plak dan kalkulus dalam jumlah yang cukup besar, namun tanpa penyakit sistemik. Periodontitis kronis akan semakin parah seiring dengan adanya plak dan kalkulus yang semakin banyak pula. Rasio antara adanya plak dan kalkulus dengan keparahan kasus berimbang.
Periodontitis dapat dibedakan menjadi lokalisata dan generalisata, berdasarkan area yang terkena. Periodontitis kronis lokalisata terjadi ketika hilangnya perlekatan dan resorbsi tulang alveolar kurang dari 30% jumlah gigi, dan generalisata jika lebih dari 30% jumlah gigi.
Selain itu, periodontitis kronis juga dapat digolongkan menurut keparahannya dengan mengukur Clinical Attachment Loss (CAL), yaitu ringan jika kedalaman 1-2 mm, sedang jika 3-4 mm, dan berat jika kedalaman ≥ 5 mm.[21]
Periodontitis Karena Penyakit Sistemik
Periodontitis karena penyakit sistemik dapat terjadi pada hampir seluruh rentang usia, tidak memiliki plak dan kalkulus dalam jumlah besar, dan disertai dengan penyakit sistemik tertentu. Penyakit sistemik yang memiliki manifestasi sebagai periodontitis di rongga mulut adalah diabetes mellitus, HIV, dan penyakit kardiovaskular.[4]
Diagnosis Banding
Periodontitis perlu dibedakan dari gingivitis dan gingival enlargement.
Gingivitis
Diagnosis banding periodontitis yang pertama adalah gingivitis. Gingivitis adalah peradangan yang terjadi pada jaringan gingiva. Pada gingivitis, umumnya hanya terjadi inflamasi pada gingiva tanpa disertai poket periodontal, kehilangan perlekatan, resesi, maupun migrasi gigi geligi. Gingivitis umumnya masih memberikan ukuran probing depth (PD), Clinical Attachment Loss (CAL), dan Bleeding on Probing (BOP) yang normal.[13]
Gingival Enlargement
Gingival Enlargement adalah pembengkakan dan inflamasi gingiva membentuk jaringan fibrosa. Perbedaan mendasar antara periodontitis dengan gingival enlargement adalah periodontitis memiliki poket sejati (true pocket), sementara gingival enlargement memiliki poket palsu (false pocket).[13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menegakkan diagnosis periodontitis. Pemeriksaan penunjang yang sering kali digunakan adalah pemeriksaan radiografi panoramik dan periapikal.
Panoramik
Pemeriksaan rontgen panoramik dilakukan untuk melihat apakah ada struktur tulang alveolar yang mengalami resorbsi. Kemudian, jika didapatkan bahwa terdapat resorbsi tulang alveolar, maka dapat ditentukan jenis resorbsinya, apakah termasuk resorbsi vertikal atau horizontal. Selain itu, rontgen panoramik juga berguna untuk menentukan keparahan periodontitis berdasarkan dari tulang yang teresorbsi. Hasil dari pengamatan ini akan menentukan jenis perawatan yang sesuai.
Periapikal
Pemeriksaan rontgen periapikal biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada periodontitis lokalisata karena jangkauan rontgen periapikal yang tidak luas seperti rontgen panoramik. Rontgen periapikal juga biasa digunakan apabila hasil dari rontgen panoramik dirasa kurang memuaskan atau kurang dapat terlihat dengan jelas.[22,23]