Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Temporomandibular Joint Disorder (TMD) general_alomedika 2023-07-24T13:46:15+07:00 2023-07-24T13:46:15+07:00
Temporomandibular Joint Disorder (TMD)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Temporomandibular Joint Disorder (TMD)

Oleh :
drg. Muhammad Garry Syahrizal Hanafi
Share To Social Media:

Kriteria diagnosis Temporomandibular Joint Disorder (TMD) telah tertuang di dalam formulir diagnostic criteria for temporomandibular joint disorder (DC/TMD). Formulir ini memberikan standar operasional untuk pemeriksaan struktur sendi temporomandibula secara fisik (axis 1), serta pemeriksaan untuk menyaring komorbiditas psikososial (axis 2).[7]

Metode sederhana untuk menentukan TMD gejala berat sebagai suatu entitas fisik adalah dengan menggunakan 6 item kuesioner DC/TMD. Metode ini memiliki sensitivitas hingga 98−99% dalam deteksi TMD gejala berat.[7]

Tahap Perkembangan TMD

Untuk lebih memahami diagnosis TMD, maka perlu pemahaman 5 tahap perkembangan TMD, dimana tahap 4 dan 5 merupakan tahap yang berat sehingga pasien merasakan nyeri kronis.[4]

Tabel 1. Tahap Perkembangan TMD

garry 1

Anamnesis

Anamnesis untuk menegakkan diagnosis TMD dapat merujuk pada formulir DC/TMD, yang terdiri dari 4 bagian, yaitu formulir skrining nyeri TMD, kuesioner gejala, demografi, serta pedoman pemeriksaan terkait nyeri.[7]

Formulir Skrining Nyeri TMD

Pertanyaan-pertanyaan yang tertuang dalam TMD-Pain Screener bertujuan untuk deteksi awal adanya nyeri pada area sekitar sendi temporomandibular. Selain itu, digunakan juga untuk melihat apakah ada kebiasaan pasien yang dapat memperparah atau meringankan rasa nyeri.[9]

Tabel 2. Formulir TMD-Pain Screener

garry 2

Formulir Kuesioner Gejala

Formulir symptom questionnaire berisi daftar pertanyaan yang menjadi kriteria diagnosis TMD, yaitu pertanyaan mengenai rasa nyeri area temporomandibula, sakit kepala,  sendi rahang berbunyi, serta sendi rahang closed locking maupun open locking. Pertanyaan terdiri dari:

  1. Apakah Anda pernah merasakan nyeri di area rahang, pelipis, di dalam atau di depan telinga, baik di satu sisi maupun kedua sisi? (jika jawaban tidak pernah maka langsung ke pertanyaan no. 5)
  2. Berapa bulan atau tahun ke belakang pertama kali nyeri tersebut dirasakan?
  3. Pada 30 hari terakhir, apakah nyeri tersebut tidak terasa, kadang-kadang terasa, atau selalu terasa? (jika jawaban tidak terasa maka langsung ke pertanyaan no. 5)
  4. Pada 30 hari terakhir, apakah nyeri tersebut dipengaruhi oleh kegiatan mengunyah makanan keras; membuka mulut atau menggerakan rahang ke depan/samping; melakukan kebiasaan pada rahang, seperti menyatukan gigi, clenching/grinding, atau mengunyah permen karet; dan melakukan aktivitas lain, seperti berbicara, berciuman, atau menguap?
  5. Pada 30 hari terakhir, apakah Anda pernah merasakan sakit kepala yang melibatkan area pelipis? (jika jawaban tidak maka langsung ke pertanyaan no. 8)
  6. Berapa bulan atau tahun ke belakang pertama kali sakit kepala di pelipis tersebut dirasakan?
  7. Pada 30 hari terakhir, apakah sakit kepala tersebut dipengaruhi oleh kegiatan mengunyah makanan keras; membuka mulut atau menggerakan rahang ke depan/samping; melakukan kebiasaan pada rahang, seperti menyatukan gigi, clenching/grinding, atau mengunyah permen karet; dan melakukan aktivitas lain, seperti berbicara, berciuman, atau menguap?
  8. Pada 30 hari terakhir, apakah Anda mengalami sendi rahang berbunyi saat digerakan?
  9. Apakah Anda pernah mengalami sendi rahang terkunci sehingga tidak dapat dibuka sama sekali, walaupun hanya sesaat? (jika jawaban tidak maka langsung ke pertanyaan no. 13)
  10. Apakah sendi rahang saat terkunci cukup berat sehingga menyebabkan mulut tidak dapat terbuka dan mempengaruhi kemampuan untuk makan?
  11. Pada 30 hari terakhir, apakah Anda pernah mengalami sendi rahang terkunci sehingga tidak dapat dibuka walaupun sesaat, kemudian terbuka kembali? (jika jawaban tidak maka langsung ke pertanyaan no. 13)
  12. Apakah saat ini Anda sedang mengalami sendi rahang yang terkunci sehingga tidak dapat digerakkan sama sekali?
  13. Pada 30 hari terakhir, apakah Anda pernah mengalami saat membuka rahang kemudian terkunci sehingga tidak dapat ditutup kembali? (jika jawaban tidak maka pertanyaan selesai)
  14. Pada 30 hari terakhir saat sendi rahang sedang terbuka lebar, apakah Anda harus melakukan sesuatu untuk dapat menutupnya seperti beristirahat, menggerakkan, mendorong, atau melakukan manuver tertentu? [9]

Formulir Demografi

Formulir data demografi terdiri dari status pernikahan, etnis, ras, riwayat pendidikan terakhir, dan pendapatan keluarga per bulan. Hal ini bertujuan untuk melihat kemungkinan stress yang terjadi pada pasien tersebut.[9]

Pedoman Pemeriksaan Terkait Nyeri

Formulir pain-related interview and examiner commands bertujuan untuk mengerucutkan rasa nyeri yang diderita pasien, apakah memang berasal dari sendi temporomandibular atau bukan. Formulir DC/TMD memberikan struktur yang menuntun kepada diagnosis TMD.[7]

Pada formulir terakhir ini, terdapat dua bagian yaitu form terkait TMD dan sakit kepala, serta form mengenai proses degeneratif, kelainan sendi intraartikular, dan subluksasi.[9]

Pada form pertama, terdapat 3 bagian yaitu yang berkaitan dengan riwayat (history), pemeriksaan klinis (examination), dan yang terakhir adalah diagnosis. Riwayat yang ditelaah meliputi nyeri dan sakit kepala yang dirasakan pada saat apa saja. Kemudian pemeriksaan klinis adalah lokasi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Dengan dua hasil pemeriksaan tersebut, dapat disimpulkan diagnosis pasien tersebut adalah TMD atau penyakit lain.[4,9]

Sementara, pada form kedua terdapat 3 bagian yaitu riwayat dan pemeriksaan (history & examination), penampakan klinis (clinical diagnosis), dan pemeriksaan penunjang (imaging). Perbedaan dengan form pertama adalah pada form kedua bagian riwayat dan pemeriksaan dijadikan satu, dan terdapat pemeriksaan penunjang yang harus dijalankan untuk menegakkan diagnosis.[7,9]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk melakukan konfirmasi atas informasi dari anamnesis. Panduan untuk melakukan pemeriksaan fisik sudah diberikan oleh DC/TMD untuk memudahkan klinisi menegakkan diagnosis TMD. Langkah pemeriksaan fisik adalah:

  1. Memeriksa lokasi nyeri dan sakit kepala yang diderita
  2. Melihat hubungan incisal antara rahang atas dengan rahang bawah
  3. Melihat pola pembukaan rahang pasien
  4. Mengidentifikasi sakit pada saat membuka mulut dan pembukaan maksimal rahang
  5. Melihat apakah ada nyeri saat rahang digerakkan secara lateral dan protrusif
  6. Melihat apakah ada clicking dan krepitasi pada sendi temporomandibular saat digunakan untuk membuka dan menutup mulut
  7. Melihat apakah ada clicking dan krepitasi pada sendi temporomandibular saat rahang digerakkan secara lateral
  8. Melihat apakah sendi temporomandibular terkunci pada saat menutup atau membuka yang terlalu lebar
  9. Terakhir memeriksa apakah ada rasa nyeri pada area sendi temporomandibular pada saat dilakukan palpasi[6,7]

Selanjutnya, dari hasil pemeriksaan fisik tersebut diberikan diagnosis sementara pada 3 kondisi, yaitu nyeri yang diderita, nyeri pada sendi temporomandibular kanan, dan nyeri pada sendi temporomandibular kiri.[9]

Diagnosis Banding

TMD merupakan salah satu jenis nyeri tanpa disertai tanda-tanda neurologis. Nyeri di area sendi temporomandibular dapat didiagnosis banding dengan nyeri lain, seperti rhinosinus-related headache, salivary glands and oral structures disorder, referred pain, rare facial pain syndromes of miscellaneous causes, dan persistent idiopathic facial pain.[3]

Rhinosinus-Related Headache

Nyeri yang disebabkan oleh peradangan atau abnormalitas pada sinus dapat menjalar ke berbagai bagian kepala. Sinusitis frontal dapat menjalar ke area fronto-orbital; sinusitis maksilaris ke area pipi, palatum, dan rahang atas; sinusitis ethmoid ke area orbital; sinusitis sphenoid menjalar ke dahi, oksipital, temporal dan verteks.[3]

Nyeri akibat TMD dapat dibedakan dengan peradangan sinus fasialis jika nyeri utamanya terjadi di area sendi temporomandibular dan pada saat membuka, menutup, atau gerakan lateral rahang.[3]

Salivary Glands and Oral Structures Disorder

Karakter dan durasi nyeri akibat gangguan pada jaringan gigi dan rongga mulut mungkin tumpang tindih dengan neuralgia trigeminal. Nyeri pada kelainan glandula salivarius biasanya sangat terlokalisasi, disertai peningkatan produksi saliva, bengkak dan nyeri tekan di area pipi, serta biasanya disertai demam. Sementara, kelainan pada jaringan rongga mulut lain biasanya berupa nyeri yang tajam, seperti terbakar, dan dipicu oleh makanan asam.[3]

Referred Pain

Nyeri pada wajah juga kadangkala disebabkan oleh karena kondisi toraks atau serviks, yang dapat menimbulkan referred pain. Pada kasus tersebut, biasanya terdapat riwayat medis yang menyertai, seperti sindrom koroner akut, diseksi karotis, kelainan hipofaring atau laring, dan invasi atau kompresi saraf vagus.[3]

Rare Facial Pain Syndromes of Miscellaneous Causes

Sindrom nyeri area wajah yang jarang ditemukan termasuk kondisi sebagai berikut:

  • Sakit kepala trochlear primer adalah nyeri pada area trochlear tanpa disertai dengan keluhan atau kondisi sistemik lain, di mana nyeri terlokalisasi pada area trochlear saja
  • Kompresi eksternal, adalah nyeri akibat penggunaan alat yang menstimulasi saraf kulit terus menerus
  • Red ear syndrome, yaitu sindrom langka dengan gejala sensasi terbakar dan warna kemerahan pada telinga, biasanya diikuti dengan nyeri wajah atau kepala

  • Eagle syndrome, yaitu sindrom akibat tekanan memanjang pada prosesus styloideus atau kalsifikasi pada ligamen stylohyoideus, dapat menyebabkan nyeri temporomandibular yang mirip seperti neuralgia glossopharyngeal sehingga diperlukan rontgen untuk melihat area styloideus dan MRI untuk melihat area ligamen stylohyoideus

  • Persistent idiopathic facial pain, yaitu nyeri wajah terus menerus, biasanya terlokalisasi di area terbatas, tidak disertai lesi neurologis, tidak diketahui penyebabnya tetapi mungkin karena riwayat pembedahan atau cedera di masa lalu yang berdampak pada saraf trigeminus[3]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis TMD adalah magnetic resonance imaging (MRI), computed tomography scan (CT scan), dan rontgen panoramik. CT scan dianggap paling bermanfaat untuk pencitraan tulang dan osteoartritis, sementara MRI paling bermanfaat untuk pencitraan jaringan lunak termasuk diskus dan hubungan persendian.[4]

Referensi

3. Siccoli MM, Bassetti CL, Sándor PS. Facial pain: Clinical differential diagnosis. Lancet Neurol. 2006;5(3):257–67.
4. Murphy MK, MacBarb RF, Wong ME, Athanasiou KA. Temporomandibular Disorders: A Review of Etiology, Clinical Management, and Tissue Engineering Strategies. Int J Oral Maxillofac Implants. 2013;28(6):e393–414.
6. Marpaung C, van Selms MKA, Lobbezoo F. Prevalence and risk indicators of pain-related temporomandibular disorders among Indonesian children and adolescents. Community Dent Oral Epidemiol. 2018;46(4):400–6.
7. Schiffman E, Ohrbach R, Truelove E, Look J, Anderson G, Goulet J-P, et al. Diagnostic Criteria for Temporomandibular Disorders (DC/TMD) for Clinical and Research Applications: Recommendations of the International RDC/TMD Consortium Network* and Orofacial Pain Special Interest Group†. J Oral Facial Pain Headache. 2014;28(1):6–27.

Epidemiologi Temporomandibular J...
Penatalaksanaan Temporomandibula...
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 23 jam yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 23 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.