Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Temporomandibular Joint Disorder (TMD) general_alomedika 2023-07-24T13:46:06+07:00 2023-07-24T13:46:06+07:00
Temporomandibular Joint Disorder (TMD)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Temporomandibular Joint Disorder (TMD)

Oleh :
drg. Muhammad Garry Syahrizal Hanafi
Share To Social Media:

Epidemiologi temporomandibular Joint Disorder (TMD) didominasi populasi di daerah perkotaan dengan rentang usia 20−50 tahun, karena dikaitkan dengan tingkat stres yang lebih tinggi. Perempuan lebih banyak menderita TMD daripada pria, dengan rasio bervariasi antara 2:1 hingga 8:1.[1]

Global

Diperkirakan 25% dari seluruh populasi dunia memiliki gejala TMD, tetapi hanya 3−7% yang memiliki keluhan dan memeriksakan diri ke dokter atau dokter gigi. Prevalensi TMD pada kelompok usia 18−24 tahun sebesar 2,5%, usia 25−34 tahun 3,7%, dan usia 35−44 tahun 4,5%.[1,4]

Jika ditinjau dari sifat sakitnya, sebanyak 12% nyeri TMD adalah nyeri tunggal tanpa disertai nyeri lainnya, 65% nyeri rekuren atau berulang, dan 19% nyeri persisten. Lokasi nyeri paling sering pada sendi dan otot pengunyahan saja, yaitu sebesar 73%.[1]

Prevalensi TMD dengan keluhan berat pada usia remaja dapat mencapai 25%. Sementara prevalensi pada dewasa >45 tahun dengan keluhan berat hanya 2−7%, karena sebagian besar sudah asimtomatik. Prevalensi TMD dengan gejala berat pada negara maju hanya 2−6%, karena penanganan dan sistem kesehatan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan negara berkembang.[1,4]

Dari jumlah total penderita TMD, 70% merupakan internal derangement (ID), yaitu kondisi patologi atau malposisi diskus. Kondisi ini dianggap berkaitan erat dengan osteoarthritis, di mana dilaporkan terdapat 54,2% dari ID menunjukkan tanda-tanda osteoarthritis.[5]

Indonesia

Di Indonesia, penelitian mengenai prevalensi TMD pernah dilakukan oleh Marpaung et al di Jakarta. Penelitian ini melaporkan bahwa tanda dan gejala TMD ditemukan pada anak-anak usia 7−12 tahun sebesar 23,4%, dan pada remaja 13−18 tahun sebesar 36,9%. [6]

Mortalitas

Belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat TMD, tetapi kondisi ini dapat menyebabkan gejala nyeri persisten, terutama pada sendi dan otot pengunyahan saja. Tanda dan gejala TMD lebih sering dijumpai pada kelompok usia muda sehingga perlu pengembangan teknik promosi, deteksi, dan intervensi yang tepat untuk mencegah TMD menjadi lebih parah.[1]

Referensi

1. Durham J, Newton-John TRO, Zakrzewska JM. Temporomandibular disorders. BMJ. 2015;350.
4. Murphy MK, MacBarb RF, Wong ME, Athanasiou KA. Temporomandibular Disorders: A Review of Etiology, Clinical Management, and Tissue Engineering Strategies. Int J Oral Maxillofac Implants. 2013;28(6):e393–414.
5. Lerman SF, Campbell CM, Buenaver LF, Medak M, Phillips J, Polley M, et al. Exploring the Role of Negative Cognitions in the Relationship Between Ethnicity, Sleep, and Pain in Women With Temporomandibular Joint Disorder. J Pain. 2018;19(11):1342–51.
6. Marpaung C, van Selms MKA, Lobbezoo F. Prevalence and risk indicators of pain-related temporomandibular disorders among Indonesian children and adolescents. Community Dent Oral Epidemiol. 2018;46(4):400–6.

Etiologi Temporomandibular Joint...
Diagnosis Temporomandibular Join...
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 23 jam yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 22 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.