Komplikasi akibat torus palatinus dan torus mandibularis adalah ulkus pada rongga mulut, sleep apnea, obstruksi duktus submandibularis, sialadenitis, dan gangguan pada pengguna protesa gigi. Selain itu, pasca tindakan bedah untuk mengatasi torus dapat terjadi infeksi atau perdarahan.[3,4,7]

Terdapat penelitian yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara kelainan ginjal dengan prevalensi torus palatinus. Hal ini disebabkan karena pada penderita kelainan ginjal yang menjalani hemodialisis, terdapat peningkatan konsentrasi fosfat darah dan rendahnya konsentrasi bikarbonat darah yang merupakan prediktor kejadian torus palatinus.[11]

Prognosis

Hasil operasi torus dipengaruhi oleh kondisi sistemik pasien, yaitu ada-tidaknya penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi kesembuhan luka. Penyakit-penyakit sistemik tersebut contohnya adalah diabetes mellitus atau hipertensi.[4]

Penggunaan dressing dan ketaatan instruksi pasca bedah oleh pasien juga memainkan peranan penting dalam kesembuhan luka pasca tindakan. Rekurensi torus palatinus dan torus mandibularis belum pernah dilaporkan.[7]

Selain itu, pada pasien yang tidak dilakukan perawatan bedah, observasi dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun untuk melihat pertumbuhan torus. Jika tidak mengalami pertumbuhan lebih lanjut yang berarti, intervensi lebih lanjut pada torus umumnya tidak diperlukan dan prognosis baik.[11]

Jika torus mengalami perkembangan, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk melihat apakah perkembangan tersebut mengarah ke keganasan atau tidak.[8]