Edukasi dan Promosi Kesehatan Ataksia
Edukasi dan promosi kesehatan pada ataksia dilakukan dengan kontrol pengobatan untuk mencegah intoksikasi misalnya pada konsumsi carbamazepine, membatasi konsumsi alkohol, serta kontrol gangguan metabolik seperti diabetes mellitus tipe 2 perlu dilakukan. Sampaikan pada pasien bahwa ataksia adalah gejala dan bukan merupakan diagnosis. Diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari.
Edukasi Pasien
Secara umum, ataksia disebabkan oleh disfungsi serebelar, gangguan vestibular, atau gangguan input aferen proprioseptif ke serebelum. Ataksia bisa disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, defisiensi vitamin E, stroke, serebelitis, multiple sclerosis, intoksikasi, alcohol use disorder, keganasan, cedera otak traumatik, dan berbagai kondisi medis lain.
Proses penegakan diagnosis, program tata laksana, rehabilitasi medik, prognosis, dan risiko komplikasi akan sangat bergantung pada penyakit dasarnya. Selain pengobatan etiologi, edukasi juga meliputi rehabilitasi medis, seperti kontrol postural dan kekuatan otot.[1,27,32]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit pada ataksia yang sifatnya herediter dilakukan dengan melakukan konseling pranikah. Sedangkan pada ataksia yang didapat, misalnya karena stroke, kontrol penyakit kronis untuk mencegah komplikasi tersebut diperlukan.
Konsumsi alkohol juga dapat berisiko memberikan gejala ataksia, sehingga edukasi dan konseling cognitive behavioral therapy (CBT) pada alcohol use disorder (AUD) diperlukan. Konsumsi obat–obatan seperti antidepresan dan antikonvulsan perlu dilakukan kontrol dengan baik untuk mencegah efek samping gejala ataksia.[28,32]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli