Epidemiologi Ataksia
Data epidemiologi menunjukan angka kejadian ataksia atau ataxia pada anak adalah 26 per 100.000 dan paling sering pada negara dengan konsanguitas yang tinggi. Perlu diingat bahwa ataksia adalah manifestasi klinis, bukan suatu diagnosis.[1,29]
Global
Studi epidemiologi global terkait ataksia memperkirakan angka kejadian ataksia sebesar 26/100.000 pada anak. Angka kejadian ataksia serebelar herediter dominan adalah sebesar 2,7/100.000, sedangkan frekuensi ataksia serebelar herediter resesif adalah 3,3/100.000.[9]
Ataksia Friedreich adalah jenis ataksia resesif autosom yang paling sering ditemui. Perkiraan insidensinya berkisar antara 1/22.000 hingga 2/100.000.[10]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional mengenai ataksia di Indonesia.
Mortalitas
Data mortalitas untuk ataksia terbatas. Akan tetapi, hasil studi oleh Micol et al. pada 240 anak usia 3–8 tahun, menemukan bahwa 20–year survival rate mencapai 53,4%. Mortalitas kebanyakan berhubungan dengan keganasan (hazard ratio, 2,7; 95% KI, 1,6–4,5) dan infeksi saluran napas (hazard ratio, 2,3; 95% KI, 1,4–3,8). Pasien dengan ataksia memerlukan rehabilitasi medik, karena dapat menyebabkan gangguan motorik seperti gangguan gait.[30]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli