Diagnosis Ensefalitis
Diagnosis ensefalitis harus dipikirkan bila seseorang memiliki gejala penurunan kesadaran, letargi, dan perubahan kepribadian mendadak. Ensefalitis harus dibedakan dari penyakit neurologis maupun nonneurologis lain, seperti abses otak dan meningitis. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mengidentifikasi agen penyebab ensefalitis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Anamnesis
Orang harus didiagnosis sebagai ensefalitis bila memiliki gejala penurunan kesadaran, letargi, dan perubahan kepribadian yang menetap selama 24 jam tanpa sebab yang jelas.[12]
Presentasi klinis sangat bervariasi, tergantung dari penyebab ensefalitis. Oleh karenanya, perlu ditanyakan beberapa hal berikut dalam anamnesis:
- Gejala prodromal seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, lesu, dan myalgia
- Gejala ruam, limfadenopati, hepatosplenomegali, dan pembesaran parotid bisa muncul pada ensefalitis yang disebabkan virus varicella, Epstein-Barr, campak, atau cytomegalovirus (CMV)
- Katatonia, psikosis, gerakan abnormal, dan disregulasi otonom bisa muncul pada ensefalitis autoimun
- Disorientasi, disinhibisi, kehilangan ingatan, kejang, dan anomali perilaku bisa dikeluhkan pada ensefalitis limbik
- Faktor risiko seperti riwayat gigitan nyamuk atau kutu, riwayat terpapar kotoran tikus, dan riwayat bepergian[4]
Gangguan pencernaan atau gangguan pernapasan dapat mendahului gejala prodormal dan gangguan pencernaan. Pasien juga bisa mengalami penurunan kesadaran dan kejang yang berkaitan dengan prognosis lebih buruk. Lesi pada saraf olfaktori bisa bermanifestasi sebagai mencium bau busuk.[6]
Pemeriksaan Fisik
Beberapa temuan pada pemeriksaan fisik pasien ensefalitis adalah:
- Perubahan status mental, termasuk penurunan kesadaran dan perubahan kepribadian
- Tanda neurologis fokal, seperti hemiparesis, kejang fokal, dan disfungsi otonom
- Gangguan motorik dan ataksia
- Gangguan saraf kranial, misalnya bicara pelo
- Disfagia, khususnya pada ensefalitis akibat rabies
- Meningismus
- Disfungsi sensorimotor unilateral[4]
Pada neonatus, ensefalitis paling banyak disebabkan oleh virus herpes simpleks. Tanda yang bisa ditemukan adalah:
- Lesi kulit herpes
- Keratokonjungtivitis
- Keterlibatan orofaringeal, terutama mukosa dan area bukal
- Gejala ensefalitis, seperti kejang, iritabilitas, dan fontanela yang menggembung
- Tanda-tanda infeksi virus herpes simpleks yang berat, termasuk ikterus, hepatomegali, dan syok[13]
Diagnosis Banding
Ensefalitis harus dibedakan dari penyakit neurologis maupun non neurologis lainnya seperti abses otak, meningitis, perdarahan subaraknoid, stroke, hipoglikemia, tumor otak, kejang, keracunan obat, dan delirium tremens.
Abses otak dan meningitis jarang menimbulkan penurunan kesadaran seperti pada ensefalitis. Sementara itu, keluhan pada tumor otak umumnya sudah berlangsung sejak lama walaupun sifatnya bisa hilang-timbul. Pasien dengan stroke sering kali memiliki komorbiditas seperti hipertensi atau dislipidemia. Secara umum, diagnosis banding ini bisa dibedakan dari ensefalitis melalui analisis cairan serebrospinal dan CT scan kepala. [14]
Tabel 1. Diagnosis Banding Ensefalitis
Diagnosa Banding | Gejala | Pemeriksaan Penunjang |
Tumor otak | Penurunan kesadaran, nyeri kepala, kelainan motorik dan sensorik, papiledema | CT Scan: tumor otak Analisis cairan serebrospinal: sel kanker |
Stroke | Kelainan motorik dan sensorik, mendadak, penurunan kesadaran, kelainan bicara, disertai faktor risiko stroke seperti hipertensi dan dislipidemia | CT Scan: tanda iskemia atau perdarahan intrakranial |
Perdarahan subarachnoid | Nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran, kaku kuduk, dapat disertai riwayat trauma | CT Scan: lesi hiperdens |
Meningitis | Fotofobia, demam, nyeri kepala, kaku kuduk, jarang disertai penurunan kesadaran | Analisis cairan serebrospinal: glukosa rendah, protein meningkat leukosit meningkat |
Abses otak | Demam, mual, muntah, nyeri kepala | Analisis cairan serebrospinal: leukosit >100.000, glukosa menurun, protein meningkat CT Scan dengan kontras: gambaran abses otak |
Toksisitas obat | Perubahan status mental, riwayat konsumsi obat-obatan | Tes toksikologi sesuai obat yang dicurigai menjadi penyebab |
Hipoglikemia | Penurunan kesadaran, keringat dingin, gelisah, kebingungan, riwayat penggunaan insulin atau obat antidiabetik | Kadar glukosa darah rendah |
Delirium tremens | Nyeri kepala, demam, perubahan status mental, takikardia, tremor, nystagmus, midriasis, riwayat alcohol use disorder | Kadar alkohol darah meningkat |
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan analisis cairan serebrospinal dan CT scan kepala dapat mengidentifikasi penyebab ensefalitis dan menyingkirkan diagnosis banding.[1]
Analisa Cairan Serebrospinal
Jika ada ensefalitis, pada analisis cairan serebrospinal akan ditemukan limfositosis limfositik, glukosa normal, dengan protein sedikit meningkat. Pewarnaan Gram dan kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri penyebab.[6,12]
Cairan serebrospinal juga bisa dianalisis menggunakan polymerase chain reaction (PCR) untuk mengidentifikasi virus penyebab. Virus herpes simpleks adalah yang paling sering dan PCR memiliki sensitivitas dan spesifisitas melebihi 95% untuk mengidentifikasi virus ini.[1]
Radiologi
Pencitraan bisa diperlukan sebelum melakukan pungsi lumbal pada pasien yang dicurigai mengalami ensefalitis. Indikasi dilakukannya pencitraan sebelum pungsi lumbal adalah:
- Gejala neurologi fokal
- Adanya papiledema
- Kejang yang berkelanjutan atau tidak terkontrol
- GCS ≤ 12[1]
Pencitraan juga mampu membedakan ensefalitis dari diagnosis banding seperti perdarahan intrakranial, stroke, tumor otak, ataupun abses otak. Modalitas pencitraan yang dapat dilakukan adalah CT scan dan MRI kepala.[4]
Pada ensefalitis akibat virus herpes simpleks, MRI dapat menunjukkan beberapa fokus peningkatan intensitas sinyal T2 di lobus temporal medial dan grey matter frontal inferior. CT Scan biasanya menunjukkan area edema atau perdarahan petekie pada area yang sama.[12]