Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Ensefalitis general_alomedika 2022-12-01T11:19:17+07:00 2022-12-01T11:19:17+07:00
Ensefalitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Ensefalitis

Oleh :
dr.Eric Hartono SpN
Share To Social Media:

Diagnosis ensefalitis harus dipikirkan bila seseorang memiliki gejala penurunan kesadaran, letargi, dan perubahan kepribadian mendadak. Ensefalitis harus dibedakan dari penyakit neurologis maupun nonneurologis lain, seperti abses otak dan meningitis. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mengidentifikasi agen penyebab ensefalitis dan menyingkirkan diagnosis banding.

Anamnesis

Orang harus didiagnosis sebagai ensefalitis bila memiliki gejala penurunan kesadaran, letargi, dan perubahan kepribadian yang menetap selama 24 jam tanpa sebab yang jelas.[12]

Presentasi klinis sangat bervariasi, tergantung dari penyebab ensefalitis. Oleh karenanya, perlu ditanyakan beberapa hal berikut dalam anamnesis:

  • Gejala prodromal seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, lesu, dan myalgia
  • Gejala ruam, limfadenopati, hepatosplenomegali, dan pembesaran parotid bisa muncul pada ensefalitis yang disebabkan virus varicella, Epstein-Barr, campak, atau cytomegalovirus (CMV)
  • Katatonia, psikosis, gerakan abnormal, dan disregulasi otonom bisa muncul pada ensefalitis autoimun
  • Disorientasi, disinhibisi, kehilangan ingatan, kejang, dan anomali perilaku bisa dikeluhkan pada ensefalitis limbik
  • Faktor risiko seperti riwayat gigitan nyamuk atau kutu, riwayat terpapar kotoran tikus, dan riwayat bepergian[4]

Gangguan pencernaan atau gangguan pernapasan dapat mendahului gejala prodormal dan gangguan pencernaan. Pasien juga bisa mengalami penurunan kesadaran dan kejang yang berkaitan dengan prognosis lebih buruk. Lesi pada saraf olfaktori bisa bermanifestasi sebagai mencium bau busuk.[6]

Pemeriksaan Fisik

Beberapa temuan pada pemeriksaan fisik pasien ensefalitis adalah:

  • Perubahan status mental, termasuk penurunan kesadaran dan perubahan kepribadian
  • Tanda neurologis fokal, seperti hemiparesis, kejang fokal, dan disfungsi otonom
  • Gangguan motorik dan ataksia
  • Gangguan saraf kranial, misalnya bicara pelo
  • Disfagia, khususnya pada ensefalitis akibat rabies
  • Meningismus
  • Disfungsi sensorimotor unilateral[4]

Pada neonatus, ensefalitis paling banyak disebabkan oleh virus herpes simpleks. Tanda yang bisa ditemukan adalah:

  • Lesi kulit herpes
  • Keratokonjungtivitis
  • Keterlibatan orofaringeal, terutama mukosa dan area bukal
  • Gejala ensefalitis, seperti kejang, iritabilitas, dan fontanela yang menggembung
  • Tanda-tanda infeksi virus herpes simpleks yang berat, termasuk ikterus, hepatomegali, dan syok[13]

Diagnosis Banding

Ensefalitis harus dibedakan dari penyakit neurologis maupun non neurologis lainnya seperti abses otak, meningitis, perdarahan subaraknoid, stroke, hipoglikemia, tumor otak, kejang, keracunan obat, dan delirium tremens.

Abses otak dan meningitis jarang menimbulkan penurunan kesadaran seperti pada ensefalitis. Sementara itu, keluhan pada tumor otak umumnya sudah berlangsung sejak lama walaupun sifatnya bisa hilang-timbul. Pasien dengan stroke sering kali memiliki komorbiditas seperti hipertensi atau dislipidemia. Secara umum, diagnosis banding ini bisa dibedakan dari ensefalitis melalui analisis cairan serebrospinal dan CT scan kepala. [14]

Tabel 1. Diagnosis Banding Ensefalitis

Diagnosa Banding Gejala Pemeriksaan Penunjang
Tumor otak Penurunan kesadaran, nyeri kepala, kelainan motorik dan sensorik, papiledema

CT Scan: tumor otak

Analisis cairan serebrospinal: sel kanker

Stroke Kelainan motorik dan sensorik, mendadak, penurunan kesadaran, kelainan bicara, disertai faktor risiko stroke seperti hipertensi dan dislipidemia CT Scan: tanda iskemia atau perdarahan intrakranial
Perdarahan subarachnoid Nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran, kaku kuduk, dapat disertai riwayat trauma CT Scan: lesi hiperdens
Meningitis Fotofobia, demam, nyeri kepala, kaku kuduk, jarang disertai penurunan kesadaran Analisis cairan serebrospinal: glukosa rendah, protein meningkat leukosit meningkat
Abses otak Demam, mual, muntah, nyeri kepala

Analisis cairan serebrospinal: leukosit >100.000, glukosa menurun, protein meningkat

CT Scan dengan kontras: gambaran abses otak

Toksisitas obat Perubahan status mental, riwayat konsumsi obat-obatan Tes toksikologi sesuai obat yang dicurigai menjadi penyebab
Hipoglikemia Penurunan kesadaran, keringat dingin, gelisah, kebingungan, riwayat penggunaan insulin atau obat antidiabetik Kadar glukosa darah rendah
Delirium tremens Nyeri kepala, demam, perubahan status mental, takikardia, tremor, nystagmus, midriasis, riwayat alcohol use disorder Kadar alkohol darah meningkat

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan analisis cairan serebrospinal dan CT scan kepala dapat mengidentifikasi penyebab ensefalitis dan menyingkirkan diagnosis banding.[1]

Analisa Cairan Serebrospinal

Jika ada ensefalitis, pada analisis cairan serebrospinal akan ditemukan limfositosis limfositik, glukosa normal, dengan protein sedikit meningkat. Pewarnaan Gram dan kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri penyebab.[6,12]

Cairan serebrospinal juga bisa dianalisis menggunakan polymerase chain reaction (PCR) untuk mengidentifikasi virus penyebab. Virus herpes simpleks adalah yang paling sering dan PCR memiliki sensitivitas dan spesifisitas melebihi 95% untuk mengidentifikasi virus ini.[1]

Radiologi

Pencitraan bisa diperlukan sebelum melakukan pungsi lumbal pada pasien yang dicurigai mengalami ensefalitis. Indikasi dilakukannya pencitraan sebelum pungsi lumbal adalah:

  • Gejala neurologi fokal
  • Adanya papiledema
  • Kejang yang berkelanjutan atau tidak terkontrol
  • GCS ≤ 12[1]

Pencitraan juga mampu membedakan ensefalitis dari diagnosis banding seperti perdarahan intrakranial, stroke, tumor otak, ataupun abses otak. Modalitas pencitraan yang dapat dilakukan adalah CT scan dan MRI kepala.[4]

Pada ensefalitis akibat virus herpes simpleks, MRI dapat menunjukkan beberapa fokus peningkatan intensitas sinyal T2 di lobus temporal medial dan grey matter frontal inferior. CT Scan biasanya menunjukkan area edema atau perdarahan petekie pada area yang sama.[12]

Referensi

1. Ellul M, Solomon T. Acute encephalitis - diagnosis and management. Clin Med (Lond). 2018;18(2):155–159. doi:10.7861/clinmedicine.18-2-155
4. Howes DS. Encephalitis. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/791896-overview#a4
6. Roos KL, Tyler KL. Meningitis, Encephalitis, Brain Abscess, and Empyema. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 2015. https://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?bookid=1130&sectionid=79734335
12. Venkatesan A, Tunkel AR, Bloch KC, Lauring AS, Sejvar J, Bitnun A, et al. Case definitions, diagnostic algorithms, and priorities in encephalitis: Consensus statement of the international encephalitis consortium. Clin Infect Dis. 2013 Oct;57(8):1114-28. doi: 10.1093/cid/cit458
13. Kupfer A. Current Topics in Microbiology and Immunology: Preface. Current Topics in Microbiology and Immunology. 2010. https://www.researchgate.net/publication/298013769_Current_topics_in_microbiology_and_immunology_Preface
14. Graus F, Titulaer MJ, Balu R, Benseler S, Bien CG, Cellucci T, et al. A clinical approach to diagnosis of autoimmune encephalitis. Lancet Neurol. 2016 Apr;15(4):391-404. doi: 10.1016/S1474-4422(15)00401-9

Epidemiologi Ensefalitis
Penatalaksanaan Ensefalitis

Artikel Terkait

  • Rekomendasi Vaksinasi Japanese Encephalitis di Indonesia
    Rekomendasi Vaksinasi Japanese Encephalitis di Indonesia
Diskusi Terkait
dr.Fahwan Azumi, Sp.KJ
Dibalas 10 Juli 2024, 09:37
Ensefalitis Autoimun dan Viral dengan Perubahan Perilaku Akut
Oleh: dr.Fahwan Azumi, Sp.KJ
3 Balasan
Alo Dok. Saya beberapa kali menemukan pasien dengan perubahan perilaku akut yang gejalanya tidak khas ke arah gangguan mental non organik (fungsional). Namun...
dr. Nurul Falah
Dibalas 07 Juli 2020, 10:17
Ensefalitis yang diakibatkan oleh infeksi virus herpes simplex apakah dapat ditularkan kepada orang lain melalui alat makan
Oleh: dr. Nurul Falah
5 Balasan
Alo Dokter, seorang Ibu muda berusia 27 tahun baru menjenguk keponakannya di rumah sakit yang didiagnosa dengan Ensefalitis. Hasil kultur menemukan pemicunya...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.