Prognosis Hydrocephalus
Apabila tidak dilakukan terapi, maka prognosis pasien dengan hydrocephalus adalah gangguan perkembangan otak karena peningkatan tekanan intrakranial (TIK), kerusakan otak permanen, dan kematian.
Prognosis hydrocephalus bergantung dari penyakit komorbid dan etiologinya serta keberhasilan operasi, dimana kebanyakan pasien akan membutuhkan intervensi serta perawatan shunting seumur hidupnya. Komplikasi yang terjadi bisa berhubungan dengan progresifitas hydrocephalus, terapi farmakologi, maupun dengan terapi pembedahan.[51]
Komplikasi
Komplikasi hydrocephalus yang berhubungan dengan progresifitas penyakit adalah gejala peningkatan tekanan intrakranial, antara lain:
- Hydrocephalus pada bayi atau anak dapat menyebabkan kejang, gangguan perkembangan, retardasi psikomotor, gangguan kognitif
- Hydrocephalus pada dewasa menyebabkan kejang, gangguan penglihatan, demensia, gangguan postur serta keseimbangan berjalan, gangguan kognitif, inkontinensia urine
- Pada tahap akhir dapat terjadi herniasi batang otak yang berakibat henti napas dan akhirnya meninggal[30,42]
Komplikasi akibat terapi farmakologi misalnya ketidakseimbangan elektrolit, dan asidosis metabolik. Sedangkan komplikasi karena terapi pembedahan adalah :
- Kejang (34%)
Nyeri kepala (10-20% pada anak-anak, 40% pada orang dewasa)
- Infeksi sekunder pada selang shunt (5-9%)
Sedangkan komplikasi berdasarkan tindakan shunting adalah sebagai berikut:
- Gangguan abdomen pada ventriculoperitoneal shunt, seperti peritonitis, perforasi, volvulus dan asites
- Komplikasi ventriculoatrial shunt, seperti sepsis, emboli shunt, endokarditis, dan hipertensi pulmonal
- Komplikasi lumboperitoneal shunt adalah radikulopati dan arachnoiditis
- Kegagalan shunting atau adanya sumbatan/belitan pada selang shunt, sehingga gejala peningkatan tekanan intrakranial tidak menghilang
- Drainase berlebihan dari shunting menyebabkan hematoma subdural atau hygroma, sakit kepala dan gangguan saraf fokal
- Perdarahan intrakranial
- Selang shunt dapat berperan pada metastase tumor medulloblastoma[1,11,34,42]
Untuk mengetahui adanya obstruksi selang shunting, dilakukan monitoring tekanan intrakranial (TIK) serta monitoring gejala, seperti nyeri kepala kronis dan gangguan performa belajar (pada anak-anak). Apabila terdapat gejala berupa demam, iritabilitas, eritema sekitar luka, atau gejala malfungsi shunting maka perlu dicurigai adanya infeksi post-shunting. Diagnosis infeksi post-shunting ini dikonfirmasi dengan melakukan pemeriksaan mikrobiologis pada cairan serebrospinal dari tempat shunt tap.[11,34]
Prognosis
Prognosis untuk hydrocephalus kongenital tergantung penyebab, luas area otak yang mengalami cedera, terapi yang diberikan, serta komplikasi dari intervensi yang telah diberikan. Insidens terjadinya anomali otak karena fetal hydrocephalus mencapai 60-70%, dengan angka mortalitas yang mencapai 40%. Sedangkan untuk fetus yang selamat, persentase yang memiliki outcome yang baik hanya mencapai 10%.[6]
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Plessis et al., dari 48 bayi dengan hydrocephalus, 23% yang tidak diterapi kemudian meninggal. Sedangkan dari 77% yang menjalani shunting, 10% meninggal dan 67% selamat dengan IQ ≥80 mencapai 35%, IQ 65-80 mencapai 12%, dan IQ<65 mencapai 20%.[6]
Pada pasien dengan normal pressure hydrocephalus (NPH), mereka yang menjalani operasi shunting mengalami perbaikan motorik (28-30%) dan psychometrik (18-23%) setelah 3 bulan. Persentase kesuksesan operasi dapat mencapai 90% dengan monitoring yang adekuat.[5,11]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli