Diagnosis Neuropati Ulnar
Diagnosis neuropati ulnar perlu dicurigai pada pasien dengan keluhan mati rasa dan kesemutan di sepanjang jari kelingking dan setengah dari jari manis. Keluhan dapat disertai dengan kelemahan cengkeraman pada jari-jari tersebut. Faktor risiko neuropati ulnar meningkat pada pasien dengan pekerjaan atau kebiasaan yang menyebabkan fleksi dan ekstensi siku yang berulang.[1-4]
Anamnesis
Gejala neuropati ulnar pada siku biasanya mulai perlahan kecuali jika berkaitan dengan trauma. Pasien mungkin mengalami mati rasa dan parestesia, menjalar ke arah distal ke aspek ulnaris tangan digiti lima dan aspek ulnaris digiti empat. Pasien juga bisa mengalami keluhan otot pada area tersebut.[1-4]
Cubital Tunnel Syndrome
Kompresi saraf ulnaris setinggi siku dapat melibatkan gangguan sensorik dan motorik. Gejala yang dirasakan bisa intermiten sampai konstan. Gejala awal biasanya berupa parestesia sesuai distribusi sensorik saraf ulnaris, termasuk jari keempat dan kelima yang dipersarafi nervus ulnaris. Gejala yang lebih berat dapat menyebabkan kelemahan otot dan atrofi otot.
Pasien dapat mengeluhkan adanya nyeri tekan dan nyeri pada bagian medial siku karena peradangan. Saat fleksi siku, terjadi penekanan area terowongan kubital dan menjepit saraf ulnaris. Parestesia juga diperberat dengan aktivitas fleksi siku seperti penggunaan telepon atau aktivitas bekerja yang memerlukan gerakan siku berulang. Pada malam hari biasanya gejala bisa semakin memberat yang menyebabkan pasien terbangun karena kebanyakan orang tidur dengan siku dalam posisi tertekuk.
Pasien mungkin mengalami kesulitan dengan aktivitas sehari-hari, seperti membuka toples atau memegang pensil. Paling parah, tangan mungkin mulai mengalami kelainan seperti bentuk cakar karena kelemahan otot intrinsik, kondisi ini disebut claw hand.[2,7]
Guyon Canal Syndrome
Pada Guyon canal syndrome, umumnya didapatkan adanya riwayat trauma berulang (contohnya pada pengendara sepeda) atau cedera langsung pada tangan (contohnya kecelakaan yang mengenai tangan atau fraktur). Gejala yang muncul bisa berupa murni motorik saja, murni sensorik saja, atau campuran keduanya tergantung pada zona lesi saraf ulnaris distal yang terkena.
Keluhan motorik yang ditimbulkan dapat berupa kelemahan atau kelumpuhan otot intrinsik tangan yang dipersarafi oleh saraf ulnaris. Biasanya keluhannya berupa sulit menggenggam dan tangan seperti bentuk cakar (claw hand) pada jari keempat dan kelima. Selain itu, bisa juga terjadi atrofi otot hipotenar pada kasus yang berat atau kronis.[8]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan uji provokasi untuk menilai iritasi saraf ulnar secara objektif.
Tes Froment
Tes Froment adalah salah satu pemeriksaan fisik untuk menilai kelainan pada saraf ulnaris di mana pasien diminta untuk memegang selembar kertas antara ibu jari dan jari telunjuk untuk mengetes otot adduktor polisis yang dipersarafi oleh saraf ulnaris. Pemeriksa kemudian mencoba untuk menarik kertas tersebut dari tangan pasien.
Normalnya, pasien akan dapat mempertahankan pegangan tanpa kesulitan. Pada penderita gangguan saraf ulnaris, pasien akan mengalami kesulitan mempertahankan pegangan dan akan mengkompensasinya dengan memfleksikan fleksor polisis longus ibu jari untuk mempertahankan tekanan cengkeraman.[1,2,8]
Tanda Wartenberg Ulna
Tes Wartenberg Ulna merupakan tes untuk mengetahui kelemahan motorik saraf ulnaris di mana pasien diminta untuk menahan jari-jarinya sepenuhnya dalam posisi adduksi dengan sendi metakarpofalangeal (MCP), interfalangeal proksimal (PIP), dan sendi interfalangeal distal (DIP) dalam posisi ekstensi penuh.
Jika saat melakukannya, didapati jari kelingking berubah menjadi abduksi, hal ini disebut sebagai tanda Wartenberg positif. Tanda Wartenberg ini muncul disebabkan oleh adanya kelemahan otot lumbrikalis jari kelingking yang dipersarafi saraf ulnaris dan denervasi otot interossei palmaris yang berfungsi untuk adduksi jari.[1,2,8]
Tanda Tinel
Tanda Tinel dilakukan dengan mengetuk saraf pada terowongan kubiti atau pada kanal Guyon. Tanda positif akan menghasilkan sensasi seperti sengatan listrik, kesemutan, atau mati rasa sesuai distribusi sensorik saraf ulnarisnya.[2,8]
Tes Fleksi Siku
Tes fleksi siku dapat dilakukan pada kecurigaan kompresi saraf ulnaris di siku. Pasien diminta melakukan fleksi maksimal siku dengan bahu sedikit abduksi. Saat siku fleksi, area terowongan kubital menjadi sempit dan menekan saraf. Menahan posisi ini dapat menyebabkan kesemutan atau parestesia pada distribusi saraf ulnaris lengan bawah atau bisa sampai tangan.
Selain fleksi siku, ditambahkan dengan fleksi pergelangan tangan akan memperparah gejala Cubital tunnel syndrome dan menginduksi parestesia karena kontraksi otot fleksor karpi ulnaris.[2]
Diagnosis Banding
Pada pasien yang dicurigai mengalami neuropati ulnar, ada baiknya dokter membedakan apakah pasien mengalami Cubital tunnel syndrome atau Guyon canal syndrome. Pikirkan juga diagnosis banding lain seperti radikulopati C8-T1.
Membedakan Cubital Tunnel Syndrome dan Guyon Canal Syndrome
Membedakan antara kompresi saraf ulnaris pada kanal Guyon atau pada terowongan kubital dapat dilakukan dengan menguji kekuatan otot intrinsik tangan dibandingkan dengan otot ekstrinsik lengan bawah yang masing-masing disuplai oleh saraf ulnaris. Gangguan pada kanal Guyon tidak mengganggu otot ekstrinsik lengan bawah. Tes Tinel juga dapat digunakan untuk menentukan lokasi kompresi saraf.[8]
Radikulopati C8-T1
Neuropati ulnar harus dibedakan dengan Radikulopati C8-T1 karena memiliki gambaran yang mirip. Radikulopati C8-T1 termasuk kasus yang jarang dibandingkan dengan sindrom kompresi saraf ulnaris perifer namun memiliki gambaran klinis yang mirip dengan kompresi saraf ulnaris.
Saraf ulnaris memberikan persarafan ke sebagian besar tangan, termasuk otot-otot hipotenar, palmar dan dorsal interossei, lumbrikalis ketiga dan keempat, serta sebagian otot tenar termasuk adductor polisis dan kaput fleksor polisis brevis. Percabangan C8-T1 memberikan percabangan ke nervus medianus dan ulnaris.
Nervus medianus menginervasi otot abduktor polisis brevis, polisis opponens, fleksor polisis brevis (selain kaput), serta otot lumbrikalis pertama dan kedua. Pada neuropati ulnar, kelima otot tersebut tidak akan mengalami gangguan, sementara radikulopati C8-T1 sering menyebabkan kelemahan otot-otot tersebut karena saraf mediannya ikut terganggu.[1,4,8]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis neuropati ulnar dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan elektromiografi dan ultrasonografi.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) pada terowongan kubiti atau siku dapat digunakan untuk mendeteksi neuropati. Kompresi pada kanal kubital dapat ditandai dengan pembesaran saraf ulnaris dan gambaran hipoekoik dengan hilangnya pola fasikular yang normal disekitarnya.
Ultrasonografi berkontribusi untuk mengidentifikasi etiologi karena memberikan analisis struktur tulang, tendon, dan sendi. Ultrasonografi dapat juga digunakan untuk mengevaluasi prognosis karena diameter saraf berhubungan langsung dengan tingkat keparahan kondisi.[4,9]
Pencitraan Lainnya
Pemeriksaan radiologi pergelangan tangan atau siku yang terlibat dapat dilakukan pada kecurigaan neuropati ulnar yang disebabkan oleh deformitas atau kelainan tulang yang disebabkan oleh variasi anatomi sejak lahir. Pada dugaan kompresi di pergelangan tangan, pemeriksaan oblique views harus dilakukan untuk melihat kelainan pada kanal Guyon.
CT scan pada tangan dapat dipertimbangkan jika ada kecurigaan fraktur pada tulang hamatum. MRI tangan dapat dilakukan jika ada kecurigaan kompresi saraf yang disebabkan karena proses desak ruang seperti tumor, kista ganglion, dan adanya otot aksesori.[4,9]
Elektrofisiologi
Evaluasi elektrofisiologi saraf ulnaris mampu memberikan informasi yang berguna tentang fungsi saraf dan dapat mendukung diagnosis. Salah satu tanda awal neuropati kompresi adalah peningkatan ambang rangsangan terhadap stimulasi saraf yang terlibat.
Peningkatan latensi motorik distal dan gangguan konduksi saraf sensorik menunjukkan gangguan pada zona 1. Jika hanya konduksi sensorik saja yang normal, kecurigaan gangguan terletak pada zona 2. Jika hanya latensi motorik yang normal, maka zona 3 harus dicurigai.
Penilaian juga dilakukan dari proksimal dan distal siku, untuk menemukan lesi dengan lebih baik. Pasien dengan Cubital tunnel syndrome akan menunjukkan penurunan kecepatan konduksi pada segmen saraf ulnaris yang melintasi siku dan pemeriksaan ini membantu melokalisasi area spesifik dari kompresi pada siku. Elektromiografi juga merekam aktivitas listrik otot yang menghasilkan fibrilasi otot yang menunjukkan adanya kelainan.[4,9]
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memeriksa apakah ada faktor komorbid pada pasien. Pemeriksaan yang dilakukan bisa berupa pemeriksaan gula darah untuk kecurigaan diabetes, serta pemeriksaan autoimun untuk kecurigaan adanya gangguan autoimun. Jika ada yang abnormal, harus diobati terlebih dahulu sebelum memutuskan melakukan tindakan pembedahan pada pasien yang terindikasi untuk dilakukan pembedahan.[10]