Edukasi dan Promosi Kesehatan Parkinson
Edukasi dan promosi kesehatan penyakit Parkinson diperlukan terkait progresivitas penyakit yang akan meningkat seiring usia. Sampaikan bahwa penyakit Parkinson merupakan salah satu penyakit neurodegeneratif tersering setelah Alzheimer. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan menyebabkan tingkat disabilitas yang cukup tinggi.
Edukasi Pasien
Penting bagi dokter dan tenaga medis lainnya untuk mengedukasi pasien Parkinson dan keluarga. Pasien Parkinson sebaiknya didorong untuk membuat keputusan mengenai kondisi mereka. Pasien dan keluarga sebaiknya diberi informasi yang sesuai dengan tahapan penyakit saat itu dan kemungkinan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Dokter dapat menyarankan dukungan psikososial dari pekerja sosial maupun psikolog jika diperlukan.
Pasien dan keluarga juga perlu diedukasi mengenai risiko efek samping obat, risiko jatuh dan pencegahannya, penurunan fungsi kognitif, perubahan kepribadian, depresi, disfagia, kantuk berlebih, fatigue, dan gangguan kontrol impuls.[3,8]
Edukasi mengenai Perjalanan Penyakit Parkinson
Perjalanan penyakit Parkinson penting untuk dijelaskan kepada keluarga pasien dan juga pasien sendiri. Sampaikan untuk mengkomunikasikan apabila terdapat gejala-gejala baru agar dapat segera ditangani sebelum menimbulkan gangguan dan potensi kecelakaan. Pasien juga perlu diberikan dukungan secara moral dan perhatian karena penyakit ini sering kali menyebabkan disabilitas bermakna.[3,8]
Edukasi terkait Pneumonia Aspirasi
Pneumonia aspirasi merupakan faktor yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien Parkinson. Disfagia merupakan penyebab terjadinya pneumonia aspirasi pada pasien Parkinson. Sampaikan pada pasien dan keluarganya bahwa gejala ini dapat terjadi di fase apapun pada Parkinson, namun penanganan disfagia pada dasarnya mudah dan tidak memakan biaya. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah agar pasien dan keluarga pasien cepat menyadari apabila pasien mulai merasakan gejala sulit menelan dan segera membawa ke dokter sebelum berkembang menjadi pneumonia.[3,8]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Beberapa tindakan diperlukan untuk menurunkan risiko jatuh pada pasien Parkinson. Selain itu, modifikasi risiko merupakan pencegahan yang perlu diupayakan pada pasien yang berisiko mengalami Parkinson, misalnya mereka dengan kecenderungan genetik.[1-3,8]
Modifikasi Faktor Risiko
Modifikasi faktor risiko seperti diabetes melitus merupakan salah satu faktor yang berperan penting terhadap perjalanan penyakit Parkinson. Manajemen dari diabetes melitus dapat dilakukan dengan berobat dan pola hidup sehat yang dapat dimulai dari pemilihan makanan, program diet bagi yang memiliki berat badan berlebih, aktivitas fisik yang sesuai dengan usia, dan yang terlebih penting adalah pemantauan gula darah. Fluktuasi gula darah meningkatkan risiko kerusakan pada saraf yang juga secara tidak langsung dapat memperparah kondisi penyakit Parkinson.[1-3,8]
Pencegahan Jatuh
Dampak dari jatuh pada penyakit Parkinson tidak hanya menimbulkan nyeri, namun pada golongan lansia dapat menyebabkan bertambahnya faktor komorbid akibat proses penyembuhan yang jauh lebih lama. Kejadian jatuh dapat dicegah dengan cara pemasangan pegangan, baik di kamar mandi, maupun jalur pasien berjalan agar pasien dapat lebih terproteksi dengan adanya kekuatan tangan yang menopang dan memberi keseimbangan. Bagian lantai juga dapat dilengkapi dengan karpet guna melindungi pasien dari benturan langsung dengan lantai yang keras. Namun perlu dipastikan pemasangan karpet agar terfiksasi dan tidak mudah bergerak agar tidak menyebabkan pasien justru terpeleset.
Penggunaan anti selip di keset atau karpet juga dapat dipertimbangkan untuk menambah traksi pada lantai. Benda-benda seperti perabot rumah sedapat mungkin dijauhkan dari jalan pasien guna mengurangi potensi kecelakaan yang ditimbulkan barang tersebut.[1-3,8]
Pencegahan Pneumonia Aspirasi
Pencegahan komplikasi pneumonia aspirasi dapat dilakukan dengan cara berikut:
- Teknik menelan: posisi menunduk dengan dagu diusahakan menempel pada dada, baru kemudian telan dengan cepat sambil menahan nafas. Posisi ini menyebabkan lubang pernapasan tertutup dan makanan terarah ke kerongkongan
- Perubahan makanan: membuat cairan lebih padat dan makanan lebih cair guna melekatkan makanan maupun cairan agar lebih terarah dan tidak tercerai berai saat ditelan
- Menggunakan selang nasogastrik sesuai kondisi pasien.[1-3,8]
Penulisan pertama oleh: dr. Catherine Ranatan