Edukasi dan Promosi Kesehatan Sindrom Tourette
Edukasi dan promosi kesehatan sindrom Tourette atau Tourette’s syndrome (TS) bertujuan untuk mengurangi distress dan disabilitas dalam kegiatan sehari-hari. Edukasi diberikan secara menyeluruh, baik kepada pasien, keluarga, maupun orang yang berinteraksi dengan pasien seperti guru sekolah.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dengan TS dimulai dengan melibatkan orang tua atau pengasuh anak dalam tahap evaluasi awal. Penjelasan mengenai TS diberikan secara rinci, bahwa meskipun gejala tic cenderung menetap ada sepanjang kehidupan, tetapi tingkat keparahannya semakin lama akan semakin berkurang. Gangguan tic akan membaik pasien memasuki usia remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir (15-19 tahun).[1,2,4]
Keluarga perlu diberikan edukasi untuk menumbuhkan dukungan sosial bagi pasien dalam menghadapi kondisinya. Termasuk dukungan lingkungan pendidikan dan pekerjaan, agar bisa memaklumi kondisi medis dan menghilangkan stigma negatif terhadap pasien. Lingkungan yang buruk bisa menimbulkan stress bagi pasien dan memperburuk gejala tic.[1,4]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian TS ditujukan untuk mengatasi kesulitan yang dialami pasien dalam pendidikan dan pekerjaan. Guru dan penyedia lapangan kerja diberi penjelasan mengenai kondisi pasien dan modifikasi yang bisa dilakukan untuk mendukung pasien.[1,4]
Beberapa intervensi yang bisa dilakukan adalah memberikan tugas atau pekerjaan yang disesuaikan dengan kemampuan pasien, memberikan waktu lebih dalam menjalankan tugas, fleksibel dalam pekerjaan dan pendidikan, serta penggunaan alat bantu seperti laptop untuk membantu mengatasi kesulitan menulis. Dalam pekerjaan, modifikasi seperti tugas yang terstruktur, waktu yang fleksibel, dan memberikan tugas satu per satu dan terdiri dari beberapa bagian untuk membantu adaptasi pasien. [1,4]
Gejala tic dapat memburuk ketika pasien merasa stress, baik stres akibat emosional maupun infeksi. Gejala tic berkurang secara signifikan ketika pasien tidur. Pada pasien dilatih untuk menghindari situasi yang bisa mencetuskan konflik emosional. Diet dengan gizi seimbang, menghindari konsumsi kafein dan gula berlebihan, serta berolahraga dapat menurunkan stress pada pada pasien dan mengurangi tics. [2,4]