Edukasi dan Promosi Kesehatan Abses Tuboovarium
Edukasi dan promosi kesehatan abses tuboovarium terkait konsumsi antibiotik, serta abstinensia hubungan seksual sampai gejala terkait abses tuboovarium membaik.[10,13]
Edukasi Pasien
Penyakit menular seksual adalah faktor risiko abses tuboovarium. Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan penggunaan kondom. Penyediaan informasi dan akses kesehatan yang mudah juga diperlukan agar deteksi dan tata laksana dapat dilakukan sedini mungkin, sehingga tidak terjadi komplikasi berupa penyakit radang panggul (PID), termasuk abses tuboovarium.
Pada wanita yang aktif secara seksual, lakukan edukasi terkait faktor risiko abses tuboovarium, seperti sering berganti pasangan. Penggunaan mikrobisida saat berhubungan perlu dipertimbangkan untuk mencegah kolonisasi bakteri patogen.[12,13]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit terkait dengan abses tuboovarium adalah tata laksana pasangan seksual pasien, bisa penyebab abses merupakan infeksi menular seksual. Pasangan seksual yang dimaksud adalah yang dalam 60 hari terakhir dari onset gejala berhubungan seks.
Salah satu faktor risiko untuk abses tuboovarium yang berhubungan dengan PID adalah penggunaan intrauterine device (IUD). Pencegahan infeksi dengan mengutamakan sterilisasi alat yang digunakan. Risiko terjadinya PID yang dapat berlanjut menjadi abses tuboovarium adalah dalam jangka waktu 3 minggu. Bila terjadi PID setelah penggunaan IUD dalam tidak membaik dalam 72 jam setelah terapi antibiotik dimulai, IUD direkomendasikan untuk dicabut.[10]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli