Edukasi dan Promosi Kesehatan Galactorrhea
Edukasi dan promosi kesehatan untuk galactorrhea antara lain menjelaskan bahwa kondisi ini tidak berhubungan dengan kehamilan ataupun laktasi. Produksi susu satu tahun setelah berhentinya menyusu sudah tidak termasuk laktasi dan dianggap sebagai galactorrhea.
Edukasi Pasien
Pasien dijelaskan bahwa kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai faktor. Secara garis besar, galactorrhea dipengaruhi oleh prolaktin, yakni hormon yang bertanggungjawab dalam produksi susu. Namun, galactorrhea dapat terjadi meski kadar prolaktin normal. Oleh karena itu, evaluasi diperlukan untuk memastikan etiologi dari kondisi tersebut.[6,10,11,13]
Tidak hanya wanita, laki-laki bahkan neonatus dapat mengalami kondisi ini. Pada laki-laki, keluhan galactorrhea umum disertai dengan ginekomastia. Sementara pada neonatus, kondisi ini dapat terjadi akibat tingginya estrogen dari ibu. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya, tetapi dapat berlanjut menjadi mastitis neonatus.[6,10,11,13]
Etiologi dari galactorrhea beragam, salah satunya yang perlu dievaluasi adalah prolaktinoma dan tumor hipofisis. Adapun gangguan hormonal lain yang juga dapat menyebabkan kondisi ini adalah hipotiroidisme, penyakit ginjal kronis, komplikasi pasca dekompresi otak. Pasien dengan keadaan klinis tersebut juga perlu diberitahu mengenai kemungkinan terjadinya galactorrhea.[6,16-24]
Pada pasien yang mendapatkan terapi antipsikotik, antidepresan, antihipertensi dan obat-obatan gastrointestinal kondisi ini dapat terjadi. Oleh karenanya, pasien yang akan menjalankan terapi dengan menggunakan obat-obatan yang dapat menginduksi galactorrhea perlu beritahu mengenai kemungkinan terjadinya galactorrhea dengan penggunaan jangka panjang obat tersebut.[17]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pada galactorrhea persisten, pasien dianjurkan untuk menghindari manipulasi payudara yang berlebihan, karena remasan puting berulang dapat menstimulasi produksi prolaktin dan menghambat resolusi galactorrhea.
Pasien juga perlu disarankan untuk tidak menggunakan pakaian yang dapat memberikan gesekan berlebihan pada puting susu. Untuk sekret yang keluar terus menerus secara spontan, perlu diedukasi untuk menggunakan bantalan (breast pad) untuk mengabsorbsi sekret tersebut agar tidak mengotori pakaian.[6,35]
Pasien juga perlu diedukasi mengenai pentingnya kontrol untuk follow up, terutama pada mereka yang diterapi dengan agonis dopamin. Penghentian terapi yang tiba-tiba akan menyebabkan terjadinya rekurensi gejala.[38]
Ibu dengan anak yang mengalami galactorrhea neonatorum juga perlu diedukasi untuk tidak memencet payudara untuk mengeluarkan sekret karena dapat menyebabkan infeksi.[12,13]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja