Diagnosis Inversio Uterus
Diagnosis inversio uterus umumnya dicurigai ketika klinisi tidak menemukan fundus uterus pada abdomen yang disertai dengan perdarahan per vaginam. Pemeriksaan penunjang umumnya jarang diperlukan. [3,6]
Anamnesis
Pasien inversio uterus umumnya datang setelah persalinan per vaginam atau tindakan sesar. Pada beberapa kasus jarang, pasien inversio uterus juga dapat terjadi pada pasien yang tidak sedang dalam masa post partum. Onset inversio uterus dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Akut: dalam 24 jam setelah persalinan
- Subakut: lebih dari 24 jam tetapi kurang dari 4 minggu postpartum
- Kronik: masa post partum satu bulan atau lebih [3,6,15]
Gejala seperti nyeri abdomen bawah, perdarahan post partum, dan massa pada serviks atau vagina sering kali menjadi keluhan awal pasien inversio uterus. Selain itu, klinisi juga harus dapat mengenali gejala syok pada pada pasien. [3,6,15]
Berikut ini merupakan gejala yang dapat ditemukan pada pasien inversio uterus:
- Perdarahan per vaginam hebat
- Nyeri abdomen bawah ringan sampai berat
- Massa bundar dan mulus yang keluar melalui serviks atau vagina
- Gejala syok, seperti keringat dingin dan penurunan kesadaran [3,6,15]
Pada pasien inversio uterus yang tidak berhubungan dengan persalinan umumnya memiliki gejala perdarahan per vaginam ringan tanpa disertai adanya nyeri abdomen. Keluhan adanya terasa massa pada abdomen juga dapat ditemukan. [6,9]
Pemeriksaan Fisik
Pada seluruh pasien perdarahan, termasuk inversio uterus, status hemodinamik pasien harus diperhatikan terlebih dahulu. Sering kali, pasien inversio uterus datang dengan komplikasi syok hipovolemik sehingga klinisi harus dapat menemukan dan menangani gangguan hemodinamik pada pasien terlebih dahulu. Pemeriksaan fisik kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan sumber perdarahan pada vagina, dan pemeriksaan abdomen. [2,3,8]
Evaluasi Syok
Pada pasien inversio uterus sering kali datang dengan perdarahan hebat pada daerah vagina yang kemudian dapat menyebabkan syok hipovolemik. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien sangat diperlukan untuk menentukan derajat dan terapi syok. Pada pasien syok umumnya dapat ditemukan adanya gangguan hemodinamik, seperti takikardia, hipotensi, penurunan urin output, akral dingin, dan penurunan kesadaran. Selain syok hipovolemik, syok juga dapat terjadi akibat sepsis. [2,3,6]
Pemeriksaan Vagina
Pada pemeriksaan vagina pasien inversio uterus umumnya ditemukan adanya penemuan fundus uterus pada daerah vagina yang disertai dengan adanya perdarahan. Massa vagina pada pasien inversio uterus umumnya dideskripsikan berbentuk bundar dengan permukaan halus. Pada pasien inversio uterus subakut atau kronik, umumnya fundus uterus sering kali dipikirkan sebagai polip uterus atau prolaps fibroid. Evaluasi kuantitas dan karakteristik perdarahan juga dapat dipantau untuk membantu klinisi menentukan terapi resusitasi. [2,3,6]
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan palpasi abdomen pada pasien inversio uterus umumnya tidak ditemukan adanya fundus uterus. Penemuan adanya depresi cuplike dapat menandakan adanya kolaps fundus. Massa pada bagian abdomen dapat ditemukan pada pasien inversio uterus yang tidak berhubungan dengan masa post partum. [2,3,6]
Pemeriksaan Bimanual
Pemeriksan bimanual merupakan pemeriksaan yang sangat penting dalam mendiagnosis pasien dengan suspek inversio uterus. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menekan abdomen bagian bawah dengan tangan kiri saat jari telunjuk dan tengah dalam vagina pasien.
Fundus uterus pada pemeriksaan bimanual umumnya tidak akan ditemukan pada letak anatomisnya. Massa polip, lembut, warna merah, padat, dan berdarah umumnya dapat teraba pada pemeriksaan vagina dalam pemeriksaan bimanual. Massa umumnya sering kali masih terhubung dengan plasenta. [2,3,6]
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis dengan benjolan pada vagina yang disertai perdarahan sering kali membuat klinisi sulit membedakannya dengan inversio uterus. Diagnosis seperti prolaps fibroid dan prolaps uterus merupakan diagnosis banding yang harus disingkirkan sebelum mendiagnosis inversio uterus.
Prolaps Fibroid
Prolaps fibroid merupakan tumor dinding uterus yang prolaps melalui serviks sampai vagina. Umumnya, gejala prolaps fibroid hampir sama dengan inversio uterus, yaitu benjolan pada vagina, perdarahan per vaginam, dan nyeri pelvis. Akan tetapi, pada pasien prolaps fibroid, fundus uterus umumnya berada pada posisi normal. Berbeda dengan inversio uterus yang memiliki karakteristik tidak terdapatnya fundus uterus pada pemeriksaan abdomen / bimanual. [6,15]
Prolaps Uterus
Prolaps uterus adalah keadaan rahim turun dan menonjol pada vagina akibat lemah dan teregangnya otot dan jaringan ikat pada pelvis. Gejala utama dari prolaps uterus adalah benjolan pada vagina yang terkadang dapat disertai dengan perdarahan pada vagina.
Berbeda dengan inversio uterus, umumnya gejala prolaps uterus disertai dengan nyeri punggung bawah dan jarang datang dengan keadaan gangguan hemodinamik.
Pada pemeriksaan bimanual, umumnya fundus uterus masih berada pada abdomen dan benjolan akan semakin membesar saat pasien mengejan. Pemeriksaan ultrasonografi dapat membantu klinisi dalam membedakan diagnosis. [6,15]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien inversio uterus terutama adalah pemeriksaan laboratorium untuk menentukan dan mempersiapkan transfusi darah. Pemeriksaan laboratorium juga bermanfaat untuk menilai ada tidaknya gangguan hati dan ginjal akibat perdarahan hebat.
Pemeriksaan pencitraan jarang dilakukan. Akan tetapi, pada kondisi inversio uterus yang sulit dibedakan dengan diagnosis bandingnya, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti ultrasound atau magnetic resonance imaging (MRI).
Tes Laboratorium
Beberapa tes laboratorium, seperti pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, fungsi ginjal dan fungsi hati dapat dilakukan untuk menentukan keadaan pasien dan komplikasi dari gangguan hemodinamik pasien. Berikut ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan:
Pemeriksaan Darah Lengkap:
Pemeriksaan darah lengkap disarankan dilakukan pada seluruh pasien perdarahan, termasuk pasien inversio uterus. Penemuan penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit umumnya dapat ditemukan pada pasien inversio uterus yang mengalami perdarahan hebat.
Tes Golongan Darah dan Rhesus:
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus umumnya dilakukan untuk menentukan tipe darah saat diperlukannya terapi transfusi darah.
Fungsi Ginjal dan Hati:
Gangguan fungsi hati dan ginjal dapat ditemukan pada pasien inversio uterus yang sudah mengalami kehilangan cairan hebat. Gangguan ginjal ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan kreatinin yang disertai dengan penurunan kadar laju filtrasi glomerulus (LFG). Sedangkan gangguan hati umumnya ditandai dengan meningkatnya kadar serum glutamate oksaloasetat transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) [3,6,15]
Tes Pencitraan
Tes pencitraan umumnya dilakukan pada beberapa kasus inversio uterus yang belum terdiagnosis secara pasti, terutama pada pasien inversio uterus subakut atau kronik. Sering kali fundus uterus pada vagina dianggap sebagai polip uterus atau prolaps fibroid. Selain itu, pemeriksaan pencitraan hanya dilakukan pada pasien dengan keadaan hemodinamik stabil.
Beberapa pemeriksaan, seperti ultrasonografi atau magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis inversio uterus secara pasti. Berikut ini merupakan beberapa pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan:
Ultrasonografi Transabdominal:
Pemeriksaan ultrasonografi transabdominal merupakan lini pertama tes pencitraan pada pasien inversio uterus. Pemeriksaan ultrasound transversal abdominal bawah pada pasien inversio uterus dapat ditemukan adanya “target sign”, yang ditandai dengan fundus hiperekoik yang dikelilingi oleh ruang antara emdometrium dan dinding vagina yang bersifat hipoekoik. [4,6]
Sedangkan pada penampakan sagittal, penampakan endometrium berbentuk Y dapat ditemukan pada inversio uterus derajat pertama, yang menunjukkan kolaps fundus uterus menuju serviks. Sedangkan pada inversio uterus derajat dua, uterus sudah inversi sampai vagina yang memiliki gambaran seperti cermin antar bagian uterus, yang mana dua ujung serosa menciptakan garis pseudo endometrial. [4,6]
Ultrasonografi Transvaginal:
Gambaran inversio uterus pada ultrasonografi transvaginal memiliki penampakan cermin pada dua bagian uterus pada saat transducer berkontak dengan fundus uterus. [4,6]
Magnetic Resonance Imaging (MRI):
Pemeriksaan MRI pada pasien inversio uterus umumnya dilakukan apabila terdapat kecurigaan inversio uterus yang disebabkan oleh massa. Selain itu, pemeriksaan MRI juga berfungsi untuk mengevaluasi perubahan morfologis uterus.
Perlu diingat bahwa pemeriksaan MRI hanya dapat dilakukan pada pasien inversio uterus kronis yang tidak berhubungan dengan kehamilan dan kondisi hamil.
Massa pada uterus maupun sekitar uterus dapat dievaluasi menggunakan pencitraan ini. Inversio uterus pada potongan aksial, umumnya menunjukkan penampakan “bull’s-eye” atau target seperti pada ultrasonografi. Sedangkan pada potongan sagital umumnya memiliki penampakan kavitas uterus berbentuk V. [3,6,16]
Klasifikasi
Inversio uterus dapat diklasifikasikan berdasarkan seberapa jauh terjadinya inversi. Berikut ini merupakan klasifikasi inversio uterus:
- Derajat I (inkomplit): Fundus pada kavitas endometrium
- Derajat II (komplit): Fundus protrusi melewati os serviks
- Derajat III (prolaps uterus): fundus protrusi menuju atau melewati introitus
- Derajat IV(uterus dan vagina total): inversi uterus dan vagina [2,3]