Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Inversio Uterus general_alomedika 2024-08-02T15:29:09+07:00 2024-08-02T15:29:09+07:00
Inversio Uterus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Inversio Uterus

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Prinsip penatalaksanaan inversio uterus adalah kontrol perdarahan dan stabilisasi kondisi hemodinamik pasien secara cepat. Hal ini dilakukan dengan resusitasi cairan, transfusi darah, dan reposisi uterus. Tujuan dari tata laksana inversio uterus adalah mengembalikan uterus pada posisi selama, menatalaksana perdarahan post partum dan syok, dan mencegah inversio rekuren.

Tata Laksana Awal

Tata laksana awal inversio uterus harus dilakukan secara cepat untuk mencegah risiko kematian pada pasien. Penanganan awal pasien inversio uterus bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik pasien. Berikut ini merupakan penanganan awal inversio uterus:

  • Persiapan operasi cito. Tindakan operatif umumnya diperlukan apabila reposisi manual tidak berhasil
  • Stabilisasi hemodinamik dengan resusitasi cairan
  • Jangan melepaskan plasenta sebelum uterus dalam posisi normal
  • Pemberhentian obat uterotonik, karena posisi relaksasi uterus dibutuhkan untuk tindakan reposisi [2,3,6,15]

Stabilisasi hemodinamik dilakukan dengan pemasangan dua jalur intravena dengan ukuran kateter intravena besar, minimal 16 gauge, secara cepat. Setelah itu, segera lakukan resusitasi menggunakan cairan kristaloid. Pengambilan darah juga dapat dilakukan untuk pemeriksaan tes laboratorium, seperti pemeriksaan darah lengkap, studi koagulasi, dan golongan darah serta rhesus untuk persiapan transfusi darah.

Tokolisis

Agen tokolitik dapat diberikan sebelum dilakukannya tindakan nonsurgikal maupun surgikal. Agen tokolitik memiliki efek relaksasi uterus yang memudahkan reposisi uterus. Berikut ini merupakan beberapa agen tokolitik yang dapat diberikan pada pasien inversio uterus:

  • Magnesium sulfat 4-6 gram IV selama 15 - 20 menit
  • Nitrogliserin 50 mcg IV secara perlahan yang diikuti dengan dosis tambahan 50 mcg maksimal 4 dosis sampai relaksasi uterus tercapai

  • Terbutaline 0,25 mg IV secara perlahan

Salah satu efek samping tokolisis adalah dapat memperberat perdarahan postpartum sehingga klinisi harus berhati-hati dalam pemberian obat ini. [2,3,6,15]

Reposisi Nonsurgikal

Sebagai bagian dari proses resusitasi, uterus harus direposisi ke posisi normal. Reposisi nonsurgikal merupakan tindakan yang disarankan dikarenakan tindakan ini hanya membutuhkan waktu singkat dan menurunkan risiko mortalitas pada pasien. Reposisi manual (manuver Johnson) merupakan tindakan reposisi nonsurgikal yang paling sering dilakukan. [2,3,6,15]

Reposisi Manual

Reposisi manual (manuver Johnson) merupakan prosedur yang paling sering digunakan dalam tata laksana inversio uterus. Prinsip reposisi manual adalah uterus harus diangkat sampai kavitas abdomen di atas level umbilikus.  Selama dilakukannya reposisi, plasenta tidak disarankan untuk dilepaskan terlebih dahulu agar menghindari risiko perdarahan dan syok. Sebelum melakukan tindakan reposisi, klinisi harus menggunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT). [2,3,6,15]

Reposisi manual dilakukan dengan memegang fundus pada telapak tangan dan ujung jari berada pada uterocervical junction. Kemudian angkat fundus sampai level di atas umbilikus. Penekanan digital dapat dibutuhkan selama beberapa menit agar ligament uterina berada di bawah tekanan sehingga cincin serviks tidak melebar kembali. Setelah reposisi selesai, plasenta dapat dilepas. Antibiotik dapat diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi. [2,3,6,15]

Reposisi Hidrostatik

Reposisi hidrostatik merupakan reposisi uterus yang bergantung pada tekanan hidrostatik oleh cairan. Tindakan reposisi hidrostatik disarankan digunakan apabila reposisi manual gagal dilakukan.

Sebelum dilakukan tindakan, pasien harus diposisikan dalam posisi Trendelenburg, yaitu posisi kepala lebih rendah 50 cm dari perineum. Kemudian pasien diposisikan dengan posisi litotomi.

Cairan air steril atau cairan salin normal hangat dapat dialirkan ke vagina pasien melalui silastic venthouse cup . Cairan diposisikan 100–150 cm di atas vagina agar cairan dapat mengalir secara gravitasi. Klinisi kemudian menutup introitus sekitar ujung selang dengan tangan untuk mencegah adanya kebocoran.

Cairan kemudian dialirkan sampai mendistensi vagina dan menekan fundus ke atas sampai posisi normal. Masalah dari tindakan ini adalah sulitnya menjaga alat berada pada introitus tanpa ada kebocoran. [2,3,6,15]

Reposisi Manual dengan Anestesia Umum

Apabila reposisi manual gagal dilakukan, maka reposisi manual dengan bantuan anestesi umum dapat dilakukan. Penggunaan anestesi umum bertujuan untuk mengurangi nyeri pada pasien dan menyebabkan relaksasi pada uterus. Agen anestesi umum inhalasi yang disarankan adalah sevoflurane, desflurane, dan isoflurane.  Penggunaan halotan sudah tidak disarankan dikarenakan efek samping hepatotoksisitas yang sering terjadi. Setelah dilakukannya anestesi umum, reposisi manual dapat dilakukan. [2,3,6,15]

Surgikal

Tindakan surgikal dapat dilakukan apabila tindakan nonsurgikal gagal dilakukan. Pasien dapat secepatnya dibawa ke ruang operasi untuk dilakukan tindakan. Beberapa teknik tindakan operatif, seperti operasi Huntingdon, Haultain, atau histerektomi dapat dilakukan pada pasien.

Operasi Huntingdon

Operasi Huntingdon merupakan tindakan operatif yang paling disarankan karena tidak seinvasif prosedur operasi lainnya. Laparotomi dilakukan pada awal operasi dan umumnya dapat ditemukan adanya depresi pada constriction ring akibat inversi pada uterus. Adneksa, yang terdiri atas ovarium, tuba falopii, dan ligament bundar, umumnya tertarik ke dalam bagian depresi tersebut.

Pada prosedur Huntingdon, klem Allis atau Babcock diletakkan sekitar 2 cm pada setiap ligamen bundar dalam bagian depresi. Klem kemudian dapat ditarik secara perlahan sehingga terjadi traksi ke atas dari fundus yang terinversi. Klem dan traksi kemudian dapat dilakukan secara berulang sampai terjadi koreksi. Operator operasi yang lain dapat membantu tindakan dengan menaruh tangan pada vagina dan menekan fundus ke atas. [2,3,6,15]

Operasi Haultain

Operasi Haultain dilakukan dengan melakukan insisi posterior dengan insisi longitudinal pada cincin serviks. Insisi ini bertujuan untuk memperluas ukuran cincin sehingga traksi pada ligamen bundar dapat dilakukan dengan mudah. Traksi ligamen bundar dapat dilakukan seperti prosedur Huntingdon sampai koreksi terjadi. Insisi kemudian dikoreksi setelah uterus berada pada posisi normal. [2,3,6,15]

Histerektomi

Histerektomi merupakan terapi lini terakhir yang dilakukan apabila seluruh tindakan sudah gagal dilakukan. Selain itu, apabila terjadi plasenta akreta atau penempelan plasenta yang lebih berat, maka histerektomi merupakan pilihan terapi yang paling disarankan. [2,3,6,15]

Terapi Setelah Reposisi

Atonia uteri sering kali terjadi pada pasien inversio uterus yang telah dilakukan reposisi. Oleh karena itu, setelah plasenta selesai dilepaskan dari uterus, agen uterotonika dapat diberikan.

Tujuan pemberian agen uterotonika adalah untuk menginduksi kontraksi miometrium dan menjaga involusi uterus. Kondisi kontraksi fundus harus terus dimonitor. Berikut ini merupakan agen uterotonika yang dapat diberikan:

  • Oksitosin 20 – 40 unit dalam kristaloid IV 1 L dengan kecepatan 150 – 200 mL per jam

  • Misoprostol 800 mcg intravaginal / rektal
  • Karboprost trometamin 250 mcg IM, dapat diulang setiap 15 – 90 menit sampai dosis maksimum 8 kali
  • Metilergonovin 200 mcg IM setiap 6 jam dengan maksimum dosis 4 kali

Antibiotik profilaksis juga dapat diberikan untuk mengurangi risiko infeksi pada pasien. Antibiotik yang dapat diberikan adalah golongan sefalosporin sebagai profilaksis terhadap endometritis. Apabila pasien memiliki alergi penisilin, maka klindamisin dan gentamisin dosis tunggal dapat diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat bakteri gram positif, gram negatif, dan anaerob. [2,3,6,15]

Referensi

2. Thakur M, Thakur A. Uterine inversio. StatPearls. 2019.
3. Rita B, Rekha W, Funlayo O, Rehan UK. Review Acute inversio of the uterus. 2009;13–8.
6. Nawar-Youssef MN, Gergis H. Acute puerperal uterine inversio. J Obstet Gynaecol (Lahore). 2005;25(6):605–6.
15. Macones G. Puerperal uterine inversio. UpToDate. 2019.

Diagnosis Inversio Uterus
Prognosis Inversio Uterus
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.