Diagnosis Leiomyoma
Diagnosis leiomyoma berdasarkan kriteria histologis pada hasil biopsi, berupa ada atau tidak adanya aktivitas mitosis, tidak adanya atipia nuklir dan nekrosis koagulatif tumor.
Sesuai lokasinya, leiomyoma dapat dibedakan menjadi leiomyoma uteri, leiomyoma kutaneus atau piloleiomyoma, angioleiomyoma, gastrointestinal smooth muscle tumor atau leiomyoma gastrointestinal, Epstein Barr Virus associated smooth muscle tumor, dan leiomyoma ginjal.
Leiomyoma uteri, yang merupakan kasus paling sering dari leiomyoma, umumnya ditemukan berdasarkan temuan insidental dari hasil ultrasonografi kehamilan atau pada pasien dengan perdarahan uterus abnormal.
Anamnesis
Presentasi klinis leiomyoma bervariasi, mulai dari pasien yang asimtomatik sampai dengan pasien dengan gejala progresif berulang yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Presentasi klinis ini berhubungan dengan jenis leiomyoma yang diderita.
Leiomyoma Uteri
Pasien dengan mioma uteri umumnya akan datang dengan keluhan perdarahan uterus abnormal. Selain itu, bisa juga ditemukan adanya nyeri atau rasa tertekan pada panggul atau infertilitas. Anemia dan meningkatnya frekuensi urine merupakan gejala umum leiomyoma.[5-7]
Leiomyoma Kutaneus
Leiomyoma kutaneus atau piloleiomyoma merupakan tumor kulit yang relatif jarang. Leiomyoma ini terjadi pada arektor pili atau otot polos yang menempel pada folikel rambut.
Gejala yang paling umum secara klinis dari tumor jinak ini ialah rasa nyeri. Rasa nyeri ini dapat terjadi secara spontan atau diinduksi oleh stimulus dingin atau taktil (tekanan). Piloleiomyoma umumnya terjadi pada orang dewasa.
Angioleiomyoma
Angioleiomyoma merupakan tumor jaringan lunak perifer yang paling sering ditemui. Lokasi yang umumnya terkena adalah pada ekstremitas bagian bawah lalu diikuti dengan tubuh bagian depan. Tumor angioleiomyoma pada daerah kepala dan leher jarang ditemukan. Gejala sakit juga didapati pada tumor jinak ini.[1,2,4]
Leiomyoma Ginjal
Leiomyoma ginjal merupakan tumor jinak langka yang berasal dari sel otot ginjal. Tumor jenis ini biasanya ditemukan setelah autopsi. Penelitian menyimpulkan beberapa alasan seperti tanda dan gejala yang asimtomatik pada pasien. Gejala simtomatik berupa nyeri pada perut atau nyeri pada panggul dan hematuria. Jika tumor berukuran besar massa tumor akan teraba.
Leiomyoma ginjal sangat jarang ditemukan, tetapi tumor ini sering terjadi di dekat kapsul ginjal, pelvis dan kandung kemih.[11-14]
Pemeriksaan Fisik
Temuan yang mengarah pada leiomyoma pada pemeriksaan fisik tergantung dari lokasi tumor tersebut. Pemeriksaan fisik pada kasus mioma uteri biasanya menemukan adanya pembesaran rahim dan bentuk rahim yang ireguler. Pada leiomyoma lainnya, umumnya teraba massa atau nodul sesuai dengan lokasinya.[6,7]
Pada pemeriksaan fisik, angioleiomyoma menunjukkan adanya nodul berbatas tegas pada dermis yang memiliki ukuran 1-2 cm. Piloleiomyoma memiliki batas iregular dan bersifat multinodular.[6,7]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding leiomyoma perlu dibedakan dengan bentuk keganasan pada otot polos, yaitu leiomyosarkoma. Terdapat juga diagnosis banding spesifik untuk mioma uteri.
Pada tumor ganas otot polos pada jaringan lunak ini menunjukan adanya atypia nuklir dan aktivitas mitosis. Hal ini menunjukan bahwa leiomyosarcoma memiliki potensi metastasis.
Gambaran histopatologik leiomyosarcoma terdiri dari sel-sel spindel yang saling menyilang, sitoplasma eosinofilik dan aktivitas mitosis yang bervariasi serta nukleus berbentuk cerutu yang berujung tumpul.
Secara imunohistokimia, leiomyosarkoma harus memiliki diferensiasi otot polos berdasar kepada sitoplasma positif untuk desmin (70-80%) dan/atau aktin alfa otot polos.[1]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk leiomyoma mencakup pemeriksaan patologi dan pencitraan. Pemeriksaan patologi bertujuan untuk menegakkan diagnosis tumor jinak atau ganas sedangkan pemeriksaan pencitraan bertujuan untuk mengetahui perjalanan penyakit, serta menentukan dan mengevaluasi terapi.
Biopsi
Biopsi selain bermanfaat untuk membedakan leiomyoma dan leiomyosarcoma juga bermanfaat untuk menentukan jenis leiomyoma. Biopsi juga dapat dilakukan menggunakan teknik fine needle aspiration biopsy (FNAB).
Setiap tumor yang dicurigai leiomyoma harus dievaluasi secara menyeluruh secara histologis, khususnya pada aktivitas mitosis, atypia dan bukti nekrosis. Leiomyoma secara histologis tidak menunjukkan adanya ketiga hal tersebut sehingga dapat dibedakan dari leiomyosarcoma.[1,2,6,7]
Pada pemeriksaan histologis angioleiomyoma, didapati bahwa nodul terdiri dari serat otot polos yang menebal dan saluran pembuluh darah yang dikelilingi oleh kapsul tipis. Terbentuknya trombosis, sel-sel lemak, dan infiltrat limfositik ditemukan pada tumor ini. [1,2,4]
Secara histologis, otot polos yang berkembang menjadi leiomyoma kutaneus akan terlihat memanjang dengan ujung tumpul, terlihat seperti cerutu atau belut. Aktivitas mitosis biasanya jarang didapati.[2,7,8]
Secara histologis, tumor otot polos terkait EBV terdiri dari pola vesikular yang terdiferensiasi dengan baik, sitoplasma eosinofilik yang cerah dan nuklei memanjang, ujung tumpul nuklei menunjukkan variabel atypia. Dapat terlihat nekrosis dan aktivitas mitosis yang bervariasi.[1,2]
Ultrasonografi
Konfirmasi diagnosis klinis paling mudah dilakukan dengan ultrasonografi. Selain tidak memerlukan biaya yang sangat besar, ultrasonografi dapat memberikan diagnosis dengan cepat. Walau demikian, perlu diingat bahwa pemeriksaan ini bersifat operator-dependence.
Pada gambar ultrasonografi, angioleiomioma menunjukkan batas yang jelas dan struktur homogen menunjukkan sifat jinaknya. Pada USG Doppler, warna dapat menunjukkan resistensi tinggi pada arteri.
Doppler juga dapat digunakan untuk memeriksa jika terdapat emboli pada arteri uterin pada kasus mioma uteri. Selain itu, pada kasus mioma uteri, perlu juga dilakukan ultrasonografi transabdominal dan transvaginal.[1,11-14]
Magnetic Resonance Imaging
MRI merupakan modalitas paling sensitif untuk mengevaluasi leiomyoma. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memeriksa vaskularisasi dan degenerasi leiomyoma. MRI juga dapat lebih baik dalam memeriksa jarak antara leiomyoma dan permukaan serosal dan mukosa pada kasus mioma uteri. Hal ini bermanfaat untuk menentukan terapi yang akan dilakukan.[7]
Mengingat biaya yang tinggi untuk pemeriksaan ini, MRI tidak disarankan untuk dilakukan secara rutin dan hanya dilakukan pada kasus yang kompleks saja.[6,7]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja