Epidemiologi Mastitis
Data epidemiologi mastitis di dunia bervariasi antara 2–30%. Mastitis paling sering terjadi dalam 3 minggu pertama postpartum. Mastitis paling sering disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Di Indonesia, rendahnya persentase konseling laktasi dapat berkontribusi terhadap prevalensi mastitis yang masih tinggi, yaitu 55%.
Global
Secara global, diperkirakan mastitis terjadi pada 2–30% ibu menyusui. Di Amerika Serikat, insidensi mastitis sekitar 7–10%. Dari seluruh pasien mastitis, 5–11% dapat mengalami abses payudara. Mastitis paling sering terjadi dalam 3 minggu pertama postpartum, tetapi masih banyak ditemukan hingga 3 bulan postpartum. Bakteri yang paling sering menyebabkan mastitis adalah Staphylococcus aureus.[15,16]
Indonesia
Epidemiologi mastitis di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012–2013 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami payudara bengkak dan mastitis.[10]
Meskipun pada SDKI tahun 2017 tidak terdapat update data tentang prevalensi mastitis, tetapi diketahui di Jakarta, hanya 12% perawatan bayi baru lahir yang mencakup konseling tentang pemberian air susu ibu (ASI). Hal mungkin mungkin berkaitan dengan prevalensi mastitis yang masih cukup tinggi di Indonesia.[11]
Mortalitas
Mastitis tidak secara langsung menyebabkan kematian. Namun, jika tidak diobati dengan tepat dapat berkomplikasi menjadi abses payudara. Morbiditas berupa infeksi kronis, nyeri, dan terbentuknya jaringan parut dapat terjadi akibat abses payudara. Selain itu, mastitis dihubungkan dengan peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Diketahui, kanker payudara merupakan penyebab nomor 2 kematian terkait kanker pada wanita di dunia.[17,18]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra