Diagnosis Penyakit Radang Panggul (PID)
Diagnosis PID/ pelvic inflammatory disease atau penyakit radang panggul perlu dicurigai pada pasien yang mengalami nyeri perut bagian bawah di area pelvis, leukorrhea, dispareunia, dan perdarahan pervaginam. Meski demikian, beberapa pasien PID bisa saja asimptomatik dan penyakit tidak terdeteksi hingga terjadi komplikasi.
CDC telah membuat kriteria untuk diagnosis klinis presumtif PID yakni:
- Wanita muda yang sudah aktif secara seksual dan memiliki risiko tertular IMS dengan nyeri pada perut bagian bawah atau pelvis (tanpa penyebab)
- DAN, pada pemeriksaan pelvis ditemukkan 1 atau lebih temuan, seperti nyeri goyang serviks, nyeri tekan uterus, atau nyeri tekan adneksa[4,9]
Anamnesis
Gejala pada pasien dengan PID beragam, dimana pada beberapa kasus ringan bisa asimptomatik. Terdapat gejala kardinal yang diduga spesifik pada kasus PID, yakni nyeri perut bagian bawah atau pada area panggul yang sifatnya mendadak pada wanita yang sudah aktif secara seksual.
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada pasien untuk membantu dalam proses penegakkan diagnosis.
- Keluhan yang dialami pasien, seperti nyeri perut bagian bawah, nyeri area panggul, produksi discharge vagina meningkat, menstruasi tidak teratur, dispareunia, dysuria, serta nyeri tekan abdomen terutama area uterus dan adneksa
- Riwayat infeksi menular seksual (IMS) sebelumnya, terutama klamidia dan gonorrhea, meskipun penyebab non-IMS juga telah dilaporkan
- Riwayat seksual pasien seperti jumlah pasangan, usia saat pertama kali berhubungan seksual, riwayat berhubungan seksual tanpa kondom, atau melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang bergejala[3,11]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada kasus PID yakni meliputi pemeriksaan secara umum dan pemeriksaan ginekologi.[3,6]
Pemeriksaan Umum
Dari pemeriksaan umum, dapat ditemukan pasien mengalami demam. Kemudian, pada pemeriksaan palpasi pada abdomen, terdapat nyeri tekan pada bagian suprapubik atau perut bagian bawah. Apabila sudah terjadi peritonitis, maka dapat ditemukan defans muskular atau involuntary guarding pada palpasi. Ikterus dan nyeri tekan kuadran atas dapat terjadi jika sudah terjadi penyebaran ke struktur perihepatis (Sindrom Fitz-Hugh–Curtis).[4]
Pemeriksaan Ginekologi
Biasanya hanya melalui inspeksi, pemeriksa dapat menemukan keputihan yang abnormal atau keputihan mukopurulen dari vagina. Selanjutnya pada pemeriksaan dalam, dilakukan pemeriksaan bimanual. Dari pemeriksaan bimanual pada kasus PID dapat ditemukan nyeri goyang serviks, nyeri tekan uterus, atau nyeri tekan adneksa. Dapat pula ditemukan masa pada adneksa hingga abses tuboovarium. Pemeriksaan dalam juga biasanya dibantu dengan alat spekulum, untuk melihat bentuk serviks dan memastikan adanya sekret mukopurulen dari serviks.[2-4]
Diagnosis Banding
Appendicitis dan kehamilan ektopik perlu dipikirkan pada pasien yang mengalami nyeri tekan pada perut bagian bawah.
Appendicitis
Appendicitis adalah peradangan atau inflamasi pada apendiks bagian vermiformis atau dikenal dengan istilah usus buntu. Gejala pada umumnya bersifatnya akut (dalam kurun waktu 24 jam), namun bisa juga bersifat kronis.
Lokasi nyeri yakni pada area periumbilikal atau kanan bawah, dan disertai keluhan mual, muntah, demam dan nafsu makan turun. Untuk membantu dalam penegakkan diagnosis, terdapat sistem skoring yang bernama ALVARADO, dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi, atau dengan baku emas CT Scan. Pada appendicitis akan ditemukan nyeri tekan area McBuney dan penebalan pada USG apendiks.[12]
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah proses implantasi jaringan fetus di luar rahim. Keluhan kondisi ini yakni nyeri perut biasanya unilateral pada area pelvis, amenorea atau justru perdarahan pervaginam, serta anemia atau hipotensi apabila terjadi ruptur. Berbeda dengan PID, tes kehamilan positif dan dikonfirmasi dengan ultrasonografi transvaginal.[13]
Kista Ovarium
Kista ovarium adalah adanya kista atau sebuah kantong yang berisi air pada ovarium. Kista ovarium dapat terpuntir, berdarah, atau pecah, yang merupakan kegawatdaruratan medis.
Pada umumnya kista ovarium bersifat asimptomatik. Namun apabila ukuran cukup besar, biasanya terdapat keluhan seperti rasa penuh pada bagian pelvis dan nyeri hanya pada satu sisi area pelvis. Nyeri dapat bersifat hilang timbul atau terus menerus. Apabila kista terpuntir atau pecah, maka keluhan yang dialami nyeri perut hebat yang muncul mendadak, disertai mual dan muntah.[14]
Endometriosis
Pasien dengan endometriosis dapat asimptomatik atau dapat datang dengan gejala berupa perdarahan intermenstruasi, nyeri haid, dispareunia, nyeri saat buang air besar (dischezia), dan disuria. Nyeri panggul dapat muncul sebelum menstruasi dimulai. Diagnosis endometriosis dapat ditegakkan dengan inspeksi melalui laparoskopi dan dikonfirmasi dengan biopsi.[26]
Cystitis
Pasien dengan sistitis dapat mengeluhkan nyeri pada area yang mirip dengan PID. Meski demikian, pasien dengan sistitis umumnya mengeluhkan sering berkemih dan disuria. Urinalisis akan menunjukkan tanda infeksi. Pada pemeriksaan dalam tidak akan ditemukan adanya nyeri goyang serviks dan tanda klinis PID lainnya.
Divertikulitis
Divertikulitis dapat menimbulkan keluhan nyeri pada area abdomen yang sama dengan PID. Meski demikian, pasien dengan divertikulitis juga mengeluhkan gangguan gastrointestinal yang tidak ada pada PID.
Irritable Bowel Syndrome
Pada irritable bowel syndrome (IBS), pasien mengalami gangguan gastrointestinal kronis seperti diare, konstipasi, mual, dan muntah tanpa adanya bukti gangguan organik yang jelas. Pada pemeriksaan klinis tidak ditemukan nyeri goyang serviks ataupun tanda-tanda IMS.[27]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat membantu menegakkan diagnosis PID dan menyingkirkan diagnosis banding. Misalnya dengan pemeriksaan kehamilan ataupun ultrasonografi untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik. Dapat pula dilakukan uji serologi untuk mengetahui adanya klamidia atau gonorrhea.
Pemeriksaan berikut sebaiknya diperiksakan pada seluruh pasien yang dicurigai mengalami PID:
- Tes kehamilan
- Pemeriksaan mikroskopis duh tubuh vagina jika tersedia
- Pemeriksaan Nucleic Acid Amplification Tests (NAAT) untuk mendeteksi adanya gonorrhea, klamidia dan Mycoplasma genitalium jika tersedia
- Skrining HIV dan pemeriksaan serologi sifilis
Tes Kehamilan
Tes kehamilan pada pasien dengan dugaan PID dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan kehamilan ektopik dan komplikasi dari kehamilan intrauterin yang merupakan diagnosis banding utama dari PID..[22-25]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan NAAT dapat dilakukan untuk mengonfirmasi adanya infeksi klamidia, gonnorrhea, ataupun M. genitalium. Hasil negatif pada NAAT tidak mengeksklusi PID karena PID juga dapat disebabkan oleh berbagai bakteri lain. Pemeriksaan laboratorium lain yang bermanfaat adalah skrining HIV dan pemeriksaan serologi untuk sifilis.
Pemeriksaan laboratorium lainnya umumnya nonspesifik. Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan laju endap darah ataupun CRP, namun tidak sensitif ataupun spesifik untuk diagnosis PID.
Urinalisis dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding berupa gangguan pada saluran kemih. Pada pasien dengan gejala perihepatis, dapat dilakukan pemeriksaan terhadap virus hepatitis B untuk menyingkirkan diagnosis banding.[22-25]
Selain itu, pada pemeriksaan cairan vagina atau serviks di bawah mikroskop dapat menunjukkan adanya cairan mukopurulen dengan leukosit dalam jumlah banyak.[12-14]
Pencitraan
Pencitraan panggul dapat berguna pada pasien yang memiliki PID akut dengan risiko komplikasi dan yang tidak membaik dengan terapi empiris untuk PID, atau yang diagnosisnya masih belum pasti.[22-25] USG transvaginal atau MRI dapat memperlihatkan adanya penebalan tuba, dengan atau tanpa adanya cairan bebas di panggul atau kompleks tubo-ovarial.[4]
Laparoskopi
Laparoskopi dapat menunjukkan adanya penebalan, bengkak dan kemerahan pada dinding tuba, tampak eksudat pada permukaan tuba hingga fimbriae, massa pada pelvis seperti abses tuboovarium, hingga kehamilan ektopik. Bila dilakukan kuldosentesis, dapat ditemukan leukosit dan bakteri nonspesifik.[4]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani