Penatalaksanaan Abrasi Kornea
Penatalaksanaan abrasi kornea bertujuan untuk meredakan rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan melalui pencegahan infeksi. Abrasi kornea paling sering disebabkan oleh karena adanya trauma akibat benda asing, sehingga tindakan yang segera dilakukan adalah pengambilan benda asing.[1]
Ekstraksi benda asing segera untuk mencegah skar permanen dan penurunan visus. Untuk penatalaksanaan obat-obatan abrasi kornea, pasien biasanya diberikan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi dan analgesik topikal untuk meredakan nyeri. Belum ada bukti yang pasti mengenai kebutuhan imunisasi tetanus, kecuali pada trauma penetrasi bola mata.[1]
Ekstraksi Benda Asing
Ekstraksi benda asing sebaiknya segera dilakukan dalam waktu 24‒48 jam, khususnya debris logam atau serpihan besi karat. Irigasi dengan larutan NaCl 0,9% selama 10‒15 menit biasanya berhasil mengeluarkan benda asing.
Apabila belum berhasil, maka berikan anestetik topikal dan swab dengan cotton bud secara perlahan. Apabila swab belum juga berhasil, maka gunakan jarum suntik ukuran 25 G untuk mengambil benda asing tersebut. Namun, pengambilan objek dengan jarum harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan dilakukan oleh tenaga terlatih.[1,6]
Eye Patch Tidak Diindikasikan Pada Abrasi Kornea
Penggunaan eye patch pada abrasi kornea awalnya bertujuan untuk membatasi pergerakan kelopak mata, sehingga penyembuhan abrasi dapat lebih cepat dan keluhan nyeri dapat dikurangi. Namun, pembuktian ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan eye patching tidak cukup menjanjikan, baik dari parameter kecepatan reepitelisasi kornea, derajat nyeri, penggunaan analgesik, kualitas hidup, maupun frekuensi munculnya komplikasi.[7]
Antibiotik Topikal
Pasien biasanya akan diberikan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi. Hal ini disebabkan adanya peningkatan risiko terhadap kejadian keratitis bakterial pada kasus abrasi kornea. Sediaan yang dianjurkan adalah salep mata karena dapat berfungsi sebagai lubrikan dan mempercepat penyembuhan. Namun, penggunaan salep dapat menyebabkan pandangan kurang jelas dan pasien merasa kurang nyaman. Alternatif pemberian obat yang bisa diberikan adalah penggunan obat tetes mata pada pagi-sore hari dan salep pada malam hari.[1,6]
Pilihan antibiotik untuk abrasi kornea adalah salep mata erythromycin 0,5%, tetes mata polymyxin/trimethoprim, atau salep/tetes mata sulfacetamide 10%. Biasanya antibiotik topikal diberikan 4 kali/hari, sampai dengan 24 jam setelah pasien merasa semua keluhan sudah tidak ada.[5]
Analgesik
Obat-obatan antiinflamatori nonsteroid (OAINS) topikal sangat berguna untuk meredakan rasa nyeri tanpa memperlambat penyembuhan luka atau peningkatan insidensi infeksi. OAINS sistemik juga dapat diberikan apabila keluhan nyeri sangat berat. OAINS topikal yang biasanya digunakan adalah diclofenac 0,1% atau ketorolac 0,4%. Sebaiknya OAINS ini tidak digunakan >2 hari, karena penggunaan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan toksisitas korneal.[1,5]
Sikloplegik Topikal
Sikloplegik merupakan salah satu pilihan terapi pada abrasi kornea untuk meredakan nyeri dan fotofobia akibat spasme siliar. Namun, penelitian mengenai efektivitasnya masih sangat terbatas.
Uji klinik acak oleh Meek et al meneliti tentang efektivitas tetes mata homatropine (sikloplegik) dalam menurunkan rasa nyeri pada pasien dengan abrasi kornea. Hasil uji mendapatkan bahwa reduksi skor nyeri antara grup homatropine dan grup plasebo tidak berbeda bermakna, sehingga sikloplegik sebaiknya tidak dilakukan sebagai terapi rutin. Sikloplegik bisa diberikan apabila terjadi spasme otot siliaris atau inflamasi intraokular.[1,5,8]
Anestetik Topikal
Anestetik topikal seperti tetracaine dahulu tidak direkomendasikan karena dapat memperparah kerusakan kornea yang terjadi. Saat ini, uji klinis terbaru menunjukkan potensi pemberian anestetik topikal untuk mengatasi nyeri pada abrasi kornea. Walau demikian, masih diperlukan studi lebih lanjut mengenai efektivitas dan keamanan penggunaannya.[1,5,8]
Follow-Up
Pasien dengan abrasi kornea perlu melakukan follow up untuk mencegah terjadinya progresi abrasi kornea menjadi ulkus kornea. Banyak ulkus kornea yang diawali dari abrasi. Pasien dengan abrasi kornea memerlukan follow up rutin hingga terjadi penyembuhan total dan uji fluoresein negatif.
Abrasi minor biasanya akan sembuh dalam 24‒48 jam pasca trauma, dan tidak membutuhkan follow up apabila pasien sudah tidak ada keluhan. Namun, abrasi yang cukup besar harus dilakukan follow up sampai reepitelisasi benar-benar sudah terjadi dan dokter memastikan tidak ada infeksi yang tersisa.[1,3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini