Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Oklusi Vena Retina Sentral annisa-meidina 2024-02-19T10:16:50+07:00 2024-02-19T10:16:50+07:00
Oklusi Vena Retina Sentral
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Oklusi Vena Retina Sentral

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Pilihan utama penatalaksanaan medikamentosa oklusi vena retina sentral atau central retinal vein occlusion (CRVO) tipe iskemik atau dengan edema makula adalah anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF) intravitreal. Pilihan terapi lainnya adalah kortikosteroid intraokular, fotokoagulasi laser/panretinal photocoagulation (PRP) dan pars plana vitrectomy.

Fotokoagulasi laser direkomendasikan untuk oklusi vena retina sentral dengan neovaskularisasi. Perlu diperhatikan bahwa dari seluruh pilihan terapi yang ada, sampai saat ini belum ada terapi definitif yang sepenuhnya efektif untuk oklusi vena retina sentral.

Observasi tanpa terapi medikamentosa direkomendasikan pada tipe noniskemik atau dengan visus lebih baik dari 6/12. Pada kondisi ini, resolusi spontan dapat terjadi. Selain itu, karena oklusi vena retina sentral sering berhubungan dengan penyakit kronis, seperti diabetes mellitus dan hipertensi, kontrol kondisi ini sangat diperlukan di samping terapi utama, seperti anti-VEGF dan laser fotokoagulasi.[1,3,4,8]

Pada fasilitas kesehatan primer, pasien dengan kecurigaan oklusi vena retina sentral disarankan untuk dirujuk ke dokter spesialis mata dalam 2–4 minggu dari onset gejala. Penanganan awal pada pasien oklusi vena retina sentral adalah pemeriksaan diagnostik, seperti oftalmoskopi dan pemeriksaan darah, seperti kadar gula darah untuk identifikasi dan kontrol faktor risiko.[4,18]

Medikamentosa

Pilihan utama untuk tata laksana medikamentosa pada oklusi vena retina sentral tipe iskemik maupun dengan edema makula adalah injeksi intravitreal anti-VEGF. Kasus tipe noniskemik tanpa edema makula tidak direkomendasikan untuk langsung diberikan terapi medikamentosa karena masih terdapat kemungkinan untuk resolusi tanpa komplikasi. Antikoagulan sistemik tidak direkomendasikan karena berisiko meningkatkan perdarahan retina.[1,3]

Anti-Vascular Endothelial Growth Factor Therapy

Anti-vascular endothelial growth factor atau yang dikenal dengan anti-VEGF direkomendasikan pada oklusi vena retina sentral tipe iskemik dan oklusi vena retina sentral dengan edema makula. Tujuan pemberian anti-VEGF intravitreal adalah menghambat dan mengurangi proses neovaskularisasi dan edema makula yang disebabkan karena kadar VEGF yang tinggi.[1,3,6,8]

Anti-VEGF yang direkomendasikan kebanyakan pedoman adalah ranibizumab, dan aflibercept. Pemberian anti-VEGF pada umumnya diawali dengan loading dose selama 3–6 bulan dengan interval dosis sekitar 4 minggu. Kemudian dilanjutkan dengan regimen tetap per bulan, pro renata (PRN), atau extend regimen sesuai keputusan klinis. Bila setelah 3 kali injeksi tidak didapatkan perbaikan klinis, anti-VEGF dapat dipertimbangkan untuk dihentikan.[4,6]

Pertimbangan pemberian anti-VEGF diambil berdasarkan visus dan gambaran optical coherence tomography, seperti adanya iskemia makula dan kerusakan fovea. Hasil yang diharapkan dari pemberian anti-VEGF adalah mencapai ketajaman visus terbaik yang konstan dan tidak adanya perburukan klinis.[1,3,4,6]

Pada oklusi vena retina sentral tipe iskemik yang sudah menyelesaikan terapi anti-VEGF, disarankan untuk melakukan follow up setiap 1–2 bulan dalam 1 tahun pertama. Tujuan follow up ini adalah untuk melihat adanya vaskularisasi.[3]

Dexamethasone

Pada oklusi vena retina sentral dengan edema makula, pemberian dexamethasone intravitreal dengan dosis 0,7 mg dapat dipertimbangkan. Dexamethasone intravitreal dapat diulang pemberiannya dengan interval 4–6 bulan. Hasil akhir yang diharapkan adalah perbaikan visus, tetapi neovaskularisasi dapat tetap terjadi. Maka dari itu, disarankan follow up tiap bulan.

Pada beberapa studi, efek samping yang jarang tetapi dapat ditemukan adalah peningkatan tekanan intraokular (puncak di hari ke-60 dari terapi dimulai) dan katarak. Maka dari itu, follow up pemeriksaan tekanan intraokular (TIO) dan segmen anterior bola mata perlu dilakukan. Perbaikan visus pada terapi dexamethasone intravitreal rata-rata didapatkan dalam 7–60 hari.[3,4]

Pembedahan

Tata laksana pembedahan yang dapat direkomendasikan pada kondisi tertentu untuk pasien oklusi vena retina sentral meliputi laser panretinal photocoagulation (PRP), PRP dengan cyclodiode laser therapy/tube shunt surgery, dan pars plana vitrectomy.[1,3,4,6]

Tindakan lainnya, seperti grid laser photocoagulation sudah tidak direkomendasikan lagi pada oklusi vena retina sentral dengan edema makula karena tidak didapatkan adanya perbaikan visus. PRP profilaksis untuk pencegahan neovaskularisasi iris (NVI) juga secara statistik tidak bermanfaat dalam menurunkan insiden NVI.[1,5]

Laser Panretinal Photocoagulation

Tindakan laser panretinal photocoagulation (PRP) dapat dipertimbangkan pada mereka dengan oklusi vena retina sentral iskemik yang disertai neovaskularisasi segmen anterior. Anti-VEGF diberikan sebagai adjuvan dalam tindakan ini.

Pemberian anti-VEGF dapat dilakukan pada hari tindakan maupun dalam 1–2 minggu setelah tindakan PRP. Fotokoagulasi dilakukan untuk mematikan retina yang iskemia sehingga produksi VEGF menurun dan aliran pembuluh darah retina membaik.[3,4,6]

PRP dengan Cyclodiode Laser Therapy/Tube Shunt Surgery

Pada oklusi vena retina sentral disertai neovaskularisasi dengan peningkatan TIO dan sudut kamera okuli anterior tertutup, pilihan terapi yang dapat direkomendasikan adalah PRP dengan cyclodiode laser therapy/tube shunt surgery. Pemberian anti-VEGF pada kondisi ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat memperburuk peningkatan TIO dalam jangka pendek.[4]

Pars Plana Vitrectomy

Tata laksana pembedahan yang dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus oklusi vena retina sentral adalah pars plana vitrectomy. Pars plana vitrectomy dilakukan apabila:

  • Oklusi vena retina sentral disertai dengan perdarahan vitreus dengan tujuan memperbaiki penglihatan, atau
  • Oklusi vena retina sentral disertai dengan neovaskularisasi segmen anterior dengan melakukan terapi ablasi retina[1,5]

Diet dan Terapi Suportif

Diet yang direkomendasikan untuk pasien dengan oklusi vena retina sentral adalah diet Mediterania. Diet Mediterania adalah diet tinggi produk tanaman, seperti sayur, buah, dan biji-bijian, serta minyak zaitun. Pasien juga diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan laut, keju dan yogurt dengan jumlah sedang, serta wine maksimal 1 porsi per hari. Hal ini dilakukan terutama untuk mengontrol faktor risiko kardiovaskular, seperti hipertensi dan dislipidemia.

Pasien oklusi vena retina sentral dengan penurunan penglihatan dapat direkomendasikan untuk menggunakan task lighting dan kaca pembesar untuk membantu penglihatan dan mengurangi risiko jatuh. Untuk membantu dalam kegiatan sehari-hari, pasien dapat direkomendasikan untuk menggunakan ukuran tulisan yang lebih besar pada telepon genggam maupun media baca.[4,19,20]

Follow Up

Follow up untuk pasien dengan oklusi vena retina sentral noniskemik yang tidak mendapatkan tata laksana khusus dilakukan setiap 3 bulan dalam 6 bulan pertama. Follow up dapat selesai apabila dalam 18 bulan tidak didapatkan komplikasi maupun perburukan atau 18 bulan setelah injeksi intravitreal apabila diperlukan.

Pada saat follow up, dilakukan evaluasi adanya edema makula, neovaskularisasi retina segmen anterior, ketajaman visus, dan glaukoma neovaskular (tekanan intraokular). Pasien yang mendapat anti-VEGF dilakukan follow up sesuai klinis, dan umumnya dilanjutkan sampai setelah terapi anti-VEGF selesai.[1,4]

Untuk pasien yang mendapat terapi, follow up dilakukan setiap bulan dalam 6 bulan pertama kemudian dilanjutkan menjadi per 3 bulan pada 1 tahun berikutnya. Biasanya follow up pada kasus tanpa komplikasi tidak melebihi 3 tahun.

Adanya disc collateral atau optociliary shunt vessels (OSVs) dan resolusi edema makula menjadi penanda adanya perbaikan. OSVs ditandai dengan adanya vena dari diskus optikus ke koroid, yang fungsinya sebagai bypass vena retina sentral yang mengalami oklusi. Bila ditemukan kondisi ini, follow up dapat dilakukan selama 6 bulan, kemudian selesai bila tidak ada komplikasi.[3,21]

Referensi

1. American Academy of Ophthalmology (AAO). BCSC 12. Retina and Vitreous. 2022.
3. Nicholson L, Talks SJ, Amoaku W, Talks K, Sivaprasad S. Retinal vein occlusion (RVO) guideline: executive summary. Eye. 2022 May;36(5):909–12.
4. The Royal College of Ophthalmologists (RCOphth). Retinal Vein Occlusion (RVO) Guidelines. 2022. (RVO Guidelines 2022/SCI/359). https://www.rcophth.ac.uk/wp-content/uploads/2015/07/Retinal-Vein-Occlusion-Guidelines-2022.pdf
6. Schmidt-Erfurth U, Garcia-Arumi J, Gerendas BS, Midena E, Sivaprasad S, Tadayoni R, et al. Guidelines for the Management of Retinal Vein Occlusion by the European Society of Retina Specialists (EURETINA). Ophthalmologica. 2019 Aug 14;242(3):123–62.
8. Kida T. Mystery of Retinal Vein Occlusion: Vasoactivity of the Vein and Possible Involvement of Endothelin-1. BioMed Res Int. 2017;2017:4816527.
18. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 2nd ed. 2012. https://kki.go.id/uploads/media/1683689635_fa3dea59333025ae148a.pdf
19. Lendzioszek M, Mrugacz M, Bryl A, Poppe E, Zorena K. Prevention and Treatment of Retinal Vein Occlusion: The Role of Diet—A Review. Nutrients. 2023 Jul 21;15(14):3237.
20. Rishor-Olney CR, Hinson MR. Mediterranean Diet. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557733/
21. Kanai M, Sakimoto S, Hara C, Fukushima Y, Sayanagi K, Nishida K, et al. The Caliber of Optociliary Shunt Vessels Is Associated with Macular Blood Flow and Visual Acuity in Central Retinal Vein Occlusion. Ophthalmol Sci. 2022 Mar 1;2(1):100083.

Diagnosis Oklusi Vena Retina Sen...
Prognosis Oklusi Vena Retina Sen...

Artikel Terkait

  • Red Flag Penglihatan Kabur
    Red Flag Penglihatan Kabur
  • Mata Buram Sebelah Secara Mendadak
    Mata Buram Sebelah Secara Mendadak
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas 16 Mei 2025, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 19 jam yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
3 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 16 Mei 2025, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.