Epidemiologi Perdarahan Vitreus
Data epidemiologi menunjukkan bahwa perdarahan vitreus paling banyak disebabkan oleh retinopati diabetik proliferatif, kemudian diikuti dengan break retina, oklusi vena retina, dan posterior vitreous detachment.[8]
Global
Secara global insidensi perdarahan vitreus pada populasi umum adalah 7 kasus per 100.000 orang. Prevalensi perdarahan vitreus berbeda-beda di masing-masing negara dan hampir mirip dengan prevalensi penyakit yang menjadi etiologinya.[9]
Penelitian oleh Wang et al melaporkan angka insidensi kasar perdarahan vitreus pada populasi etnis Cina di Taiwan adalah 4,8 kasus per 10.000 penduduk per tahun. Insidensi perdarahan vitreus jauh lebih tinggi di kelompok usia 40-59 tahun dibandingkan pasien usia muda. Etiologi terbanyak perdarahan vitreus pada kelompok usia tersebut adalah retinopati diabetik proliferatif (43,3%). Perdarahan vitreus lebih banyak ditemukan pada laki-laki.[2,4]
Etiologi perdarahan vitreus pada kelompok usia muda adalah trauma. Pada sebuah penelitian retrospektif terhadap 230 anak-anak dengan perdarahan vitreus, 82,5% di antaranya disebabkan oleh trauma, baik open globe injury atau closed globe injury.[4,10]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional mengenai insidensi maupun prevalensi perdarahan vitreus di Indonesia. Sebuah penelitian retrospektif di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung menunjukkan dari 435 mata dengan diagnosis retinopati diabetik proliferatif atau retinopati diabetik nonproliferatif berat yang mendapatkan terapi laser fotokoagulasi panretina, 31,95% (139 mata) di antaranya ditemukan perdarahan vitreus.[8]
Mortalitas
Perdarahan vitreus pada pasien anak yang disebabkan retinoblastoma memiliki prognosis buruk. Angka mortalitas akibat retinoblastoma mencapai 40-70% di negara berkembang di Asia dan Afrika, sedangkan di negara-negara maju angka mortalitas jauh lebih rendah, yakni 3-5%.[9]