Penatalaksanaan Trachoma
Penatalaksanaan trachoma menggunakan strategi SAFE, yaitu surgery, antibiotic, facial cleanliness, dan environmental control. Tata laksana definitif untuk trachoma adalah antibiotik dengan pilihan utama azithromycin atau erythromycin untuk pasien yang resisten tetrasiklin. Pada keterlibatan kornea, pembedahan seperti epilasi, rekonstruksi kelopak mata, dan keratoplasti dapat dipertimbangkan sesuai komplikasi.[13,14]
Pembedahan (S/Surgery)
Tindakan pembedahan terutama saat terjadi komplikasi, seperti trikiasis dengan epilasi ataupun entropion, dengan prosedur pembedahan yang dipilih adalah rekonstruksi pada kelopak mata. Bila pasien mengalami komplikasi sindrom mata kering yang kronik, pertimbangkan untuk melakukan pemasangan punctual plug.[6,15]
Komplikasi ini yang nantinya berisiko menyebabkan terbentuknya skar pada kornea, yang berakhir pada gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Pada keadaan di mana sudah terjadi keterlibatan kornea sampai menyebabkan gangguan penglihatan, keratoplasti dapat dipertimbangkan.[5]
Medikamentosa (A/Antibiotic)
Penatalaksanaan yang menjadi pilihan utama adalah antibiotik berupa azithromycin. Azithromycin diberikan secara oral dengan dosis 20 mg/kgBB atau 1000 mg dosis tunggal.[3]
Beberapa pilihan lain bila ada kontraindikasi azithromycin adalah:
Doxycycline 100 mg per oral 2 kali sehari selama 2 minggu, hindari penggunaan pada anak berusia <8 tahun
Tetrasiklin 250 mg per oral 4 kali sehari selama 3 minggu, hindari penggunaan pada anak <8 tahun, ibu hamil, atau ibu menyusui
Erythromycin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 2 minggu, direkomendasikan untuk kasus resisten tetrasiklin[3]
Pemberian antibiotik oral dikombinasikan dengan antibiotik topikal dengan pilihan berupa tetrasiklin 1%, erythromycin, atau sulfacetamide yang diberikan 2–4 kali sehari selama 4–8 minggu.[3,6,7,14]
Terapi Suportif (F/Facial Cleanliness and E/Environmental Control)
Faktor risiko utama trachoma adalah sanitasi yang buruk dan kurangnya akses air bersih. Pemeriksaan mengenai kualitas air yang digunakan pasien untuk kebersihan diri, terutama mencuci muka, harus dilakukan. Selain itu, perlu dilakukan water disposal pada area tersebut.[3]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli