Etiologi Xanthelasma
Etiologi xanthelasma umumnya berkaitan dengan hiperlipidemia, di mana terjadi peningkatan kadar kolesterol dalam serum darah. Selain itu, xanthelasma juga dapat terjadi pada kondisi normolipidemia. Beberapa faktor risiko xanthelasma adalah obesitas, konsumsi alkohol, dan diet tinggi lemak.[6,9,10]
Etiologi
Sebagian besar pasien xanthelasma memiliki kadar kolesterol total dan low density lipoprotein (LDL) yang tinggi. Kondisi hiperlipidemia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hiperlipidemia primer dan sekunder. Namun, xanthelasma juga dapat terjadi pada kondisi normolipidemia akibat kadar high density lipoprotein (HDL) yang rendah.
Hiperlipidemia Primer
Hiperlipidemia primer berkaitan dengan kondisi genetik seperti adanya mutasi gen yang menyebabkan gangguan pada reseptor kolesterol tertentu. Berdasarkan klasifikasi hiperlipidemia dan hiperlipoproteinemia menurut Fredrickson, xanthelasma umumnya berhubungan dengan hiperlipidemia tipe IIa (hiperkolesterolemia familial) yang ditandai dengan defisiensi reseptor LDL.[6,9]
Hiperlipidemia Sekunder
Hiperlipidemia sekunder terjadi akibat adanya penyakit lain seperti diabetes mellitus, hipotiroid, obstruksi hepatik, penyakit ginjal kronis, dan miksedema.[6,9]
Xanthelasma Normolipidemia
Kasus xanthelasma pada pasien dengan keadaan normolipidemia diperkirakan terjadi karena adanya penyerapan LDL yang teroksidasi oleh makrofag melalui reseptor scavenger yang kemudian membentuk foam cells. Selain itu, rendahnya HDL juga dapat menimbulkan xanthelasma sebab HDL memiliki peran untuk membuang kelebihan kolesterol dalam jaringan.[10]
Faktor Risiko
Xanthelasma umumnya dialami oleh orang dewasa. Faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya xanthelasma adalah sebagai berikut:
- Obesitas
Konsumsi alkohol yang berlebihan, pola makan yang kaya lemak
- Kondisi kelainan metabolik, seperti hiperlipidemia, diabetes mellitus, atau gangguan pada tiroid
- Konsumsi obat tertentu seperti glukokortikoid, siklosporin, cimetidine, estrogen, retinoid, steroid anabolik, dan antiepileptik[4,5,9]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini