Penatalaksanaan Kanker Lambung
Rekomendasi penatalaksanaan kanker lambung pada lesi superfisial yang terbatas pada mukosa adalah reseksi endoskopi. Sedangkan pada stadium yang lebih lanjut dapat disarankan reseksi dengan limfadenektomi, kemoterapi neoadjuvan/adjuvan, atau radioterapi. Terapi paliatif sistemik disarankan untuk lesi yang tidak dapat direseksi atau dengan metastasis.[4,19]
Pembedahan
Pendekatan terapi pembedahan dilakukan sesuai dengan staging tumor, diameter, lokasi, dan tipe histologis tumor. Pembedahan reseksi merupakan pilihan terapi kuratif satu-satunya untuk kanker lambung terlokalisir.[4,21,31]
Reseksi Endoskopi
Reseksi endoskopi dapat menjadi pilihan alternatif pada kasus tumor stadium awal berukuran kecil dengan diferensiasi baik (T1a) dan tanpa adanya nodus limfatikus. Kriteria standar reseksi endoskopi adalah tingginya probabilitas reseksi en bloc, adenokarsinoma tipe intestinal yang terbatas pada jaringan mukosa/submukosa, tidak adanya invasi limfatik, serta diameter tumor <20 cm tanpa lesi ulserasi.
Prosedur reseksi endoskopi yang berhasil dapat memberikan 84–96% kemungkinan untuk kesintasan 5 tahun. Akan tetapi, persentase ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pembedahan reseksi. Pasien yang menjalani reseksi endoskopi perlu dipantau secara berkala.[4,31]
Pembedahan Reseksi
Prosedur pembedahan reseksi yang paling umum adalah gastrektomi total, subtotal, atau distal. Pasien dengan lesi terlokalisir dan dapat direseksi memiliki kesintasan jangka panjang yang lebih baik apabila menjalani pembedahan reseksi saja.
Kriteria lesi yang tidak dapat direseksi adalah:
- Adanya invasi ke struktur vaskuler (aorta, arteri hepatika, dan arteri splenikus proksimal)
- Adenopati di luar lapangan operasi
- Adanya linitis plastica[1,4,19,31]
Tujuan utama pembedahan di lambung adalah reseksi total dari kanker primer dengan batas pembedahan bebas tumor minimal 4 cm dan limfadenektomi yang sukses.
Kanker yang berlokasi di regio dua pertiga bawah dari lambung dapat ditangani dengan prosedur gastrektomi subtotal. Gastrektomi transabdominal merupakan pendekatan untuk pasien dengan kanker di gastroesophageal junction. Pembedahan reseksi merupakan tata laksana baku emas kanker lambung dengan persentase kesintasan 5 tahun mencapai 98%.[1,4,19,31]
Medikamentosa
Medikamentosa yang digunakan pada kanker lambung dapat meliputi kemoterapi adjuvan, neoadjuvan, dan targeted therapy. Modalitas terapi tersebut dapat meningkatkan kesintasan 5 tahun pada kanker lambung.
Kemoterapi
Kemoterapi neoadjuvan bertujuan untuk membantu menurunkan stadium penyakit, menurunkan mikrometastasis, menurunkan risiko rekurensi, dan meningkatkan luaran terapi yang lebih baik. Terapi neoadjuvan dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi metastasis (T3/T4, nodul perigastrik, adanya linitis plastica atau sitologi peritoneal positif).
Pasien yang menjalani kemoterapi dapat mengalami efek samping berupa mual muntah, alopecia, neuropati, dan lemas.[1,4,32]
Kemoterapi adjuvan pascaoperatif bertujuan untuk menurunkan rekurensi dengan menekan sel tumor yang tersisa setelah prosedur reseksi kuratif. Penelitian Adjuvant Chemotherapy Trial of S-1 for Gastric Cancer (ACTS-GC) fase III di Jepang mengevaluasi efikasi kemoterapi ajuvan (fluoropyrimidine 80–120 mg setiap hari selama 4 minggu, diulang setiap 6 minggu selama 1 tahun) dibandingkan dengan prosedur pembedahan saja.
Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa kesintasan 5 tahun pada kelompok yang menjalani kemoterapi ajuvan lebih tinggi daripada kelompok yang menjalani pembedahan (72% vs 61%).[4,33]
Penelitian Medical Research Council Adjuvant Gastric Infusional Chemotherapy (MAGIC) meneliti perbandingan kemoterapi perioperatif (3 siklus preoperatif dan 3 siklus pascaoperatif dari epirubicin, cisplatin dan fluorouracil) dengan prosedur pembedahan saja. Kemoterapi perioperatif meningkatkan kesintasan 5 tahun secara signifikan (36% vs 23%).[3,4,34]
Terapi Biologis dan Targeted Therapy
Pada kasus kanker lambung stadium lanjut atau pada kanker yang bermetastasis, dapat diberikan terapi standar berupa kemoterapi. Akan tetapi, terapi biologis juga sudah disetujui untuk penatalaksanaan kanker lambung. Terapi lini pertama untuk kanker lambung metastasis adalah kombinasi fluororinated pyrimidine (5-fluorouracil) dengan platinum.
Targeted therapy dalam bentuk antibodi monoklonal dan molekul inhibitor juga dapat digunakan sebagai terapi kanker lambung dengan menargetkan human epidermal growth factor receptor (HER2) dan vascular endothelial growth factor receptor (VEGFR). Targeted therapy yang umum dipakai menggunakan agen ramucirumab, pembrolizumab, dan trastuzumab.[3,19]
Radioterapi
Kombinasi kemoradioterapi dilaporkan memberikan tingkat kesintasan yang lebih baik daripada radiasi atau kemoterapi saja. Pada pasien kanker esophagogastric junction yang sudah menjalani pembedahan reseksi total atau kanker lambung yang tidak mendapatkan terapi neoadjuvan, kemoradioterapi dapat diberikan sebagai prosedur standar terapi.
Akan tetapi, studi yang membandingkan kemoradioterapi adjuvan dengan kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang kontroversial, yaitu tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat kesintasan pada kedua kelompok.[3,19]
Terapi Suportif
Terapi suportif pada kanker lambung terutama berkaitan dengan diet dan alur pemberian diet. Pasien kanker lambung seringkali mengalami penurunan berat badan karena disfagia, malabsorbsi, hipermetabolisme, obstruksi gastrointestinal, dan anorexia.
Tumor di area proksimal gaster seringkali memberikan gejala disfagia, di mana keluhan ini dapat berkurang dengan pemasangan stent atau radioterapi. Bila kedua pilihan ini tidak dapat dilakukan, nutrisi enteral dapat diberikan dengan nasojejunal atau nasogastric tube (NGT), atau percutaneous feeding tube. Sedangkan obstruksi pada area distal dapat dibantu dengan pyloric stenting atau operasi bypass.[21]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli