Epidemiologi Fraktur Pelvis
Epidemiologi fraktur pelvis atau fraktur tulang panggul dipengaruhi oleh usia yang lebih tua, serta riwayat trauma, baik berenergi tinggi atau rendah. Trauma dengan energi tinggi, seperti karena kecelakaan lalu lintas, dan trauma energi rendah, misalnya karena jatuh, diasosiasikan sebagai penyebab tersering fraktur pelvis.[2,3,8,18]
Global
Fraktur pelvis berjumlah sekitar 10% dari keseluruhan trauma tumpul dan 3% dari trauma skeletal. Sebesar 2–4% dari fraktur pelvis merupakan fraktur terbuka. Penelitian di Amerika Serikat melaporkan insiden fraktur pelvis sebesar 37 kasus per 100.000 orang setiap tahun.[8]
Pada populasi usia <35 tahun, insiden fraktur pelvis pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Namun, pada populasi usia >35 tahun insiden fraktur pelvis lebih didominasi oleh wanita. Pada dewasa muda, penyebab tersering fraktur pelvis adalah kecelakaan lalu lintas, tetapi pada lanjut usia penyebab tersering adalah karena terjatuh dan juga akibat osteoporosis.[3,4,8,19]
Data dari Australia menyatakan bahwa penyebab terbanyak fraktur pelvis pada pria adalah karena kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan, penyebab terbanyak fraktur pelvis pada wanita adalah trauma berenergi rendah.[2,8,17]
Penelitian di India menunjukkan bahwa sekitar 3% kasus trauma merupakan fraktur pelvis. Berdasarkan penelitian tersebut, penyebab yang paling umum adalah kecelakaan kendaraan, sebesar 77,3% diikuti dengan jatuh dari ketinggian, sebesar 21,3%. Tipe fraktur yang paling sering adalah lateral compression (LC), sebesar 37,3% dan anteroposterior compression (APC), sebesar 33,3%.[20]
Indonesia
Di Indonesia belum terdapat data yang menunjukkan epidemiologi spesifik fraktur pelvis pada populasi umum. Namun, data dari Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan adanya tren kenaikan angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Hal tersebut dapat menunjukkan adanya peningkatan risiko terjadinya fraktur pelvis di Indonesia.[43]
Mortalitas
Mortalitas fraktur pelvis secara global berkisar antara 4–15%. Fraktur pelvis terbuka (open book) memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi, bahkan hingga 45%. Kematian biasa disebabkan oleh perdarahan yang tidak teratasi.[7,8,19]
Studi melaporkan mortalitas 1 tahun setelah fraktur pelvis (1-year mortality) secara global adalah antara 18–27% dan cenderung menurun. Pada pasien usia 65 tahun atau lebih, mortalitas fraktur pelvis sekitar 20%, dan sering diasosiasikan dengan trauma energi rendah, misalnya akibat jatuh.[19,21-24]